Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cokro Kolo Munyeng (Part 9)


JEJAKMISTERI - Nyai Kantil Semayang menunjukan satu tempat dimana sebuah media ditanam aku segera kebawah Gazebo dan menggali tanah yang ditunjukan setelah cukup dalam menggali aku menemukan sebuah Kendi atau tempat air dari tanah, Kendi yang banyak terdapat rajah juga diikat dengan benang hitam dengan menyebut Asma Gusti Allah aku membuka ikatan benang Hitam dan memecahkan Kendi tersebut, "wusshhh" satu energi keluar saat Kendi itu pecah.

"Alhamdulillah.. aku sudah bebas, terima kasih banyak Wi.." ucap Kantil Semayang.

"Nenek.. sekarang nenek bebas, silahkan kalau nenek mau pergi" balasku.

"Aku tidak akan pergi, aku ingin ikut denganmu Wi..." kata Nyai Kantil Semayang.

"Aku tidak ingin nenek terikat dengan balas budi, sekarang nenek sudah bebas.. silahkan..." jawabku.

"Baiklah Wi.. aku akan pergi setelah urusanmu selesai atau beri aku kesempatan untuk membantumu.. membebaskan Hamidah" ucap Kantil Semayang.

"Baik.. kalau itu yang nenek inginkan.." jawabku sambil kembali memasuki rumah megah Hamidah.

Hari semakin malam sayup-sayup terdengar suara telapak kaki yang menghampiri, aku segera membuka pintu dan tampak Mbok Nah didepan pintu.

"Ada apa mbok.." tanyaku.

"Mas ditunggu ndok Hamidah.. dibawah"  jawab mbok Nah.

"Malam-malam gini mbok...??" ucapku.

"Iya" jawab mbok Nah singkat sambil berbalik badan dan melangkah menuju tangga.

Saat sampai dilantai bawah aku melihat Hamidah tengah duduk dikursi panjang berukir seekor ular naga, dua cangkir kopi panas terlihat masih mengepulkan asap tipis.

"Wi... menurutmu gimana kalau semua hartaku aku sumbangkan untuk Sosial aku ingin mendirikan rumah yatim piatu untuk menebus semua dosa-dosaku, gimana Wi.." tanya Hamidah.

"Semua terserah sampean.. mungkin itu semua untuk jangka panjang yang terpenting saat ini kerjakan dulu yang kemarin kita bicarakan, bila semua sudah selesai nanti kita tindak lanjuti" jawabku.

Setelah semua yang kukatakan dilaksanakan sama Hamidah, terlihat toko Hamidah sangat sepi hingga banyak tenaga kerja yang diberhentikan dan dengan ikhlas Hamidah memulangkan pekerjanya kekampung halaman masing-masing.

Satu tahun lebih Hamidah berjibaku untuk menyantuni fakir miskin dan beberapa lembaga sosial yang disantuni juga membangun sebuah panti asuhan anak yatim piatu.

Hamidah bukan lagi sosok yang dulu, kini Hamidah menjadi Sosok yang Alim, Hamidah tidak pernah tidur dirumahnya yang Megah, dia lebih banyak tidur bersama anak-anak Yatim, tapi bukan berarti Hamidah terbebas dari penguasa kegelapan yang telah memberinya kekayaan, beberapa kali aku menghentikan sosok-sosok gaib yang ingin menjemput Hamidah dan atas bantuan beberapa orang kyai.. Hamidah masih bisa untuk diselamatkan 

Hingga satu hari Hamidah menelponku dan mengatakan bahwa ada laki-laki yang menyukai dan mengajaknya untuk menikah dan meminta pendapatku, aku mengembalikan semua keputusan sama Hamidah.

Akhirnya Hamidah kembali menikah meski ada keraguan dalam hatinya, juga rasa takut dan trauma.. tapi sebagai manusia Hamidah juga butuh kasih sayang dan perhatian.

Setelah dua bulan menikah, suami Hamidah kembali meninggal dan semua kejadian itu kembali terulang, aku yang sudah faham semua ini hanya diam.

Enam bulan kemudian.
"Wi.. sebenarnya ada apa dalam diriku, aku pikir setelah perjanjian ghaib itu dibersihkan, aku tidak akan mengalami hal ini lagi, tapi ternyata begini juga" ucap Hamidah.

"Mbak Hamidah akan hidup normal dan semua itu kuncinya, ada pada diri suami mbak" jawabku.

"Maksudnya gimana Wi.." tanya Hamidah.

"Cobaan-nya berat.. baik bagi suami maupun mbak Hamidah sendiri..." Jawabku sambil menuang kopi dalam piring kecil.

"Gimana mas wi.. tolong mbak.." balas Hamidah.

"Memang sulit untuk mengatakan hal ini, apalagi menjalaninya sebagai pengantin baru, harus menahan rasa cinta sampai 40 hari.. tidak boleh berhubungan badan, apa mampu untuk suami mbak?" Ucapku.

"Kira-kira mas Wi mampu gak..?" Tanya Hamidah.
 
"Loh kok saya mbak.." jawabku.

"Iya mas, sekalian tolong mbak, mau tidak.." tanya Hamidah.

Aku sesat berpikir untuk memberikan jawaban.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close