Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DENDAM SINTREN (Part 2)


JEJAKMISTERI - Tubuh Asmirah yang sudah tidak bernyawa serta di penuhi luka dan darah, di seret oleh Kisman menuju kebun di belakang gudang padi milik juragan Janadi. Terlihat noda darah di sepanjang seretan tubuh Asmirah, bau amis yang menyengat membuat Ambar, membersihkan darah bekas seretan tubuh Asmirah dengan rasa mual. 

"Wes mati tapi tetep gawe wong susah, pancen gundik!" Omel Ambar sembari membersihkan noda bekas darah Asmirah. [Sudah mati tapi tetap saja membuat orang susah, dasar pelacur]

"Ndoro, awake Asmirah niki badhe di kubur teng mriki?" tanya Kisman dengan menunjuk tanah di bawah pohon mangga besar. [Nyonya, tubuh Asmirah ini mau di kubur di sini?]

"Yo Kis, ojo kesuen!" perintah Ambar. [Iya, Kis. Jangan lama-lama!]

Setelah Kisman selesai menggali tanah, linggis yang berada di kemaluan Asmirah di dorong agar lebih dalam. Mayat Asmirah tampak melonjak akibat tekanan linggis di dalam tubuhnya. 

Lalu Kisman pun membopong tubuh Asmirah yang sudah menjadi mayat itu, ke lubang yang baru saja dia gali. Tapi ternyata, lubang itu kekecilan untuk badan Asmirah. Karena waktu sudah akan menjelang subuh, Ambar yang mulai gelisah takut ketahuan orang lain, lalu menyuruh Kisman. Untuk menekuk kaki dan tangan Asmirah agar bisa muat di lubang itu. 

KREEEEEKK...

Saat Kisman mencoba memaksakan tubuh Asmirah masuk, terdengar suara gemretak tulang.  

***

Sudah satu minggu lebih, kedua orang tua Asmirah mencari-cari Asmirah. Semua pelosok desa sudah di jelajahi mereka, untuk mencari putri sulungnya. Tapi usaha mereka berbuah nihil, bahkan juragan Janadi juga ikut mencari Asmirah. Menyuruh seluruh bawahannya mencari pujaan hatinya itu.

Semenjak Asmirah menghilang tanpa kerana, juragan Janadi menjadi lebih pemurung. Tidak ada lagi pertunjukan sintren yang ia selenggarakan. Kampung menjadi sepi. 

Seperti malam ini, tepat malam jumat kliwon. Desa Beluk terlihat sangat sepi, bahkan tidak terdengar suara hewan malam seperti jangkrik. Justru yang terdengar adalah suara lolongan anjing yang bersahut-sahutan, membuat suasana menjadi semakin mencekam. 

Di kebun kosong, terlihat gundukan tanah yang tiba-tiba mengeluarkan asap putih. Gundukan itu perlahan membelah menjadi dua, dari dalam gundukan itu keluarlah sesosok wanita memakai kebaya kuning dengan sanggul yang berantakan. 

Sosok itu begitu mengerikan, matanya hitam, mulutnya terbelah hingga ke telinga pemperlihatkan gigi hitam dan lidahnya yang panjang menjulur. Belum lagi wajahnya yang busuk berbelatung. 

***

"Man, koe ora nginep ngene wae?" ucap seorang pria paruh baya. [Man, kamu tidak nginap di sini saja?]

"Ora, sesuk aku kerjo, Din" balas Kisman pada sahabatnya, Nurdin. [Engga, besok aku kerja, Din]

"Yowes ati-ati nek muleh, iki jumat kliwon, Kis," ujar Nurdin. 
[Yauda, hati-hati pulangnya, ini jumag kliwon, Kis]

"Ora wedi aku, Din. Dedemit kok di wedeni," kekeh Kisman. 
[Engga takut aku, Din. Hantu kok di takutin.]

"Koe wedine kambe bojomu toh?" Canda Nurdin sebelum Kisman pergi sembari mengayuh sepeda ontelnya.

Di perjalanan menuju rumahnya, Kisman tidak melihat seorang pun di jalan. Tapi Kisman berusaha mencoba untuk tidak merasa takut. Sampai saat dirinya memasuki area perkebunan kosong, tiba-tiba Kisman mendengar suara gending jawa. 

"Koyone ono pertunjukan sintren iki," batin Kisman. [Kayaknya ada pertunjukan sintren nih]

Dengan semangat, Kisman langsung mengayuh sepedanya cepat ke arah sumber suara. Tapi saat Kisman sudah berhenti di tempat arah suara gending jawa tadi. Di sana terlihat kosong, hanya ada kebun dengan penerangan temaram, yang di dapatkan dari sinar rembulan. 

Badan Kisman mulai merinding, saat dia akan berbalik pulang. Seseorang memanggilnya lembut. 

"Mas...," panggil suara lirih.

Kisman pun langsung mencari sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari seorang perempuan cantik yang memakai gaun berwarna kuning. 

Tapi kisman tidak langsung menghampiri, dia melihat kaki perempuan itu. Napak ke tanah atau tidak, ternyata kaki perempuan itu menapak ke tanah. Membuat Kisman semangat mengampiri perempuan itu. 

"Nangopo, Mbak? Kok wengi-wengi iseh dolan?" tanya Kisman. [Kenapa, Mbak? Kok malam-malam masih main?] 

"Aku meh muleh neng desa sebelah, Mas," jawab perempuan cantik itu. [Aku mau pulang ke desa sebah, Mas]

"Kok dewenan, ndak karo lanange?" [Kok sendirian, nggak sama suami?] 
"Lanangku iseh merantau, Mas," [Suamiku masih merantau, Mas]

Setelah mengobrol sebentar, Kisman menawari perempuan itu untuk pulang  bersamanya. Perempuan itu pun menyetujuinya.

***

Di sepajang perjalanan, perempuan yang mengaku bernama Rani itu seperti sengaja menempelkan dadanya yang  besar ke punggung Kisman. Tangannya yang memegang pinggang Kisman pun, kini sudah berpindah ke selangkangan Kisman.

Kisman yang merasa ini adalah kode akhirnya menghentikan sepedanya di tengah-tengah kebun kosong. Di desanya memang banyak kebun kosong. 

Setelah mereka turun dari sepeda, tanpa basa-basi, Kisman yang masih berusia tiga puluhan itu dengan bernafsu langsung memeluk tubuh sintal perempuan di depannya. Bibirnya yang tebal melumat bibir lembut perempuan yang di baru di temuinya itu. 

Tangan Kisman juga dengan bebas, menyentuh bagian kewanitaan perempuan itu dan memasukan jarinya kedalamnya. Jari itu bergerilya di sana, memainkan daging kecil yang jika di sentuh akah membuat perempuan itu mendesah. 

Saat kejantanan Kisman susah terasa kaku, perempuan itu mendorong tubuh Kisman agar telentang di tanah. Kisman pun mengikuti kemauan perempuan itu. Setelah Kisman sudah telentang, perempuan itu membuka celana Kisman. 

Di pegangnya kejantanan Kisman yang sudah berdiri dengan urat-urat yang menyembul. Lalu dengan cepat, perempuan itu memasukan kejantanan Kisman ke dalam mulutnya. Dikulum dan di sedot-sedot kejantanan Kisman hingga Kisman tidak tahan untuk mendesah. 

Tapi semakin lama, kuluman itu berubah menjadi gigitan yang membuat Kisman kesakitan. 

"Mbak, kok rosone dadi loro?" tanya kisman masih dengan memejamkan matanya. [Mbak, kok rasanya jadi sakit?]

Kisman pun membuka matanya untuk melihat apa, yang sedang di lakukan perempuan bernama Rani itu pada kejantanannya. 

Alangkah terkejutnya Kisman, saat melihat perempuan cantik tadi kini berubah menjadi sosok mengerikan, wajahnya busuk dan di penuhi belatung. 

"Sopo koe?" tanya Kisman takut sembari berusaha melepaskan kejantanannya itu dari mulut sosok mengerikan di depannya. [Siapa kamu?]

Sosok itu hanya menyeringai, kejantanan Kisman di gigitnya keras. Membuat Kisman berteriak kesakitan. 

"Aarrghhhhh tolooonggggg...."

Kisman berusaha meminta tolong tapi tidak ada satu pun orang yang lewat, sosok itu terus menggigit dan mengunyah kejantanan Kisman yang sekarang sedang berusaha melepaskan diri dari sosok itu. 

Saat usaha Kisman akhirnya berhasil, ternyata kejantanannya itu sudah terlepas dan menggantung di mulut sosok mengerikan itu. Kisman pun semakin histeris, rasa sakit dan takut menjadi satu. 

Sosok perempuan mengerikan itu merangkak di atas tubuh Kisman, lalu wajahnya di dekatkan dengan wajah Kisman. 

"Asmirah...?" 

Sosok mengerikan yang ternyata hantu Asmirah itu perlahan mendekatkan kukunya yang panjang dan runcing ke wajah Kisman.

"Ampun, aku njaluk ngampurane, As," rengek Kisman. [Ampun, aku minta maaf, As]

Seakan tidak perduli dengan rengekan Kisman, Asmirah perlahan mencolokan jarinya pada kedua mata Kisman. Di cungkilnya ke dua bola mata Kisman hingga bola mata itu keluar dan menggelinding jatuh. 

Seakan belum puas, hantu Asmirah memegang kepala Kisman yang sedang sekarat dan menariknya keras hingga akhirnya kepala itu terlepas dari tubuh Kisman, lalu di lemparkannya kepala tanpa bola mata itu. 

Asmirah yang kini berubah menjadi sosok mengerikan itu pun teratawa, tawa yang sangat mengerikan. 

"Tunggu giliranmu, Ambar."
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close