Dusun Angker: Rumah Misterius (Part 2)

JEJAKMISTERI - Singkat cerita. Keesokan harinya tepat setelah jam kerja berakhir, yaitu pada pukul 04.00, sebuah mobil SUV warna putih melaju keluar dari kota kecil itu.
SUV tersebut melaju kencang di jalanan beraspal rata nan mulus.
"Kita terlalu sore berangkatnya. Sesampainya di sana kita bisa kemalaman," ujar Ahran sambil menatap ke arah kaca depan.
"Sebentar lagi kita tiba di persimpangan itu. Hanya sepotong jalan yang diaspal. Selebihnya adalah jalan batu yang kemudian bersambung dengan jalan tanah yang sangat becek jika musim hujan," kata Pak Tohar yang mengemudikan mobil.
"Pak, apakah bapak tidak melihat gelagat aneh Pak Ihsan saat kemarin kita di warung kopi? Kok dia seperti gelagapan begitu saat bapak membicarakan tentang kampung itu?" kata Dani yang duduk di samping Pak Tohar.
"Mungkin dia belum sarapan. Makanya gelagapan," tukas Pak Tohar dengan santai.
"Masa karena belum sarapan? Mungkin dia sedang menyembunyikan rahasia yang berkaitan dengan keberadaan kampung di tengah hutan itu," kata Dani seraya melihat ke arah sebuah rumah berdiri terpencil dengan jarak beberapa meter dari pinggir jalan raya.
"Rumah itu mencurigakan. Aku barusan melihat sepasang mata yang menyala, mengintip dari jendelanya," katanya.
"Rumah itu sudah lama ditinggalkan penghuninya. Konon karena tanah itu milik pemerintah kabupaten. Membangun rumah di atasnya otomatis dianggap menyerobot tanah milik negara," tukas Pak Tohar seraya melihat ke arah pertigaan.
Ia kemudian membelokkan kendaraannya ke arah kanan.
"Ini dia jalur menuju tengah hutan rimba. Yang saya tidak suka dengan jalur ini adalah banyaknya truk yang parkir sampai menutupi badan jalan," katanya seraya melihat ke arah tiga truk yang terparkir hingga memakan badan jalan.
"Masih mending truk biasa, pak. Coba kalau logging truck yang trailer itu. Bisa-bisa kita harus mundur buat kasih jalan," sahut Ahran sembari menengok ke belakang dan tersentak.
"Astaga!" pekiknya.
"Ada apa, ran?"
Sontak Pak Tohar menginjak pedal rem kemudian melihat ke arah kaca spion tengah. Dani juga lantas menengok ke belakang ke arah Arhan.
Di bangku tengah hanya Arhan yang wajahnya terlihat memucat. Ia juga terdengar melafalkan ayat kursi.
"Ada apa sebenarnya, ran? Tidak ada apa-apa, tuh," kata Dani dengan gusar.
Arhan mencoba menenangkan diri kemudian menghela nafas beberapa kali.
"Sumpah makhluk itu ada di bangku belakang. Kedua matanya itu bersinar warna merah. Ia seperti nenek-nenek berambut hitam mengembang begitu," ucapnya membuat Dani terkejut.
"Seperti nenek-nenek berambut hitam mengembang? Salahku tadi melihat ke arah rumah itu. Artinya dia mengikuti kita," tukas Dani seraya bergidik.
"Maksudmu?" tanya Ahran penasaran.
"Aku juga melihatnya. Tapi di rumah itu. Di balik jendela yang sudah tidak ada daun pintunya. Ia melihat ke arahku seperti ingin menerkamku," tukas Dani.
"Kalian banyak-banyak berdoa saja. Baca-baca ayat suci Al-Qur'an. Semoga sosok itu tidak menyeret kita ke dalam nasib buruk," timpal Pak Tohar seraya melajukan kembali mobilnya.
Ahran dan Dani pun terdiam. Mereka kini fokus menatap ke depan, ke arah jalan yang kini berupa jalur tanah yang penuh dengan cekungan bekas tapak ban mobil terutama truk.
Jalur tanah tersebut membelah sebuah perkampungan dengan ramainya aktivitas para warganya. Rumah-rumah tampak berderet di sepanjang kiri dan kanan jalan yang dilewati.
Saat Pak Tohar memacu kendaraannya dengan kecepatan agak tinggi karena menemukan jalan yang berkontur rata, mendadak seorang nenek-nenek muncul menghadang.
Otomatis Pak Tohar menghentikan laju mobilnya.
"Astaghfirullah'al adzhiim! Nek, ngapain ngehalangin jalan? Untung saja saya sigap berhentiin mobil," pekik Pak Tohar kemudian melihat ke arah nenek tersebut.
Nenek itu tampak berbicara dengan bahasa lokal yang tidak dapat dimengerti.
"Dia bicara apa?" tanya Ahran sambil menatap ke arah nenek itu.
"Dari gerak-geriknya sepertinya dia ingin kita putar balik. Dia melarang kita meneruskan perjalanan," tukas Pak Tohar.
"Lalu apa kita akan kembali saja? Oh, rupanya sudah hampir maghrib," kata Ahran sambil melihat ke depan.
Mendadak terdengar suara klakson nyaring dari belakang. Saat menengok, rupanya sebuah truk logging trailer yang kosong, melaju melewati mobil Pak Tohar melalui jalur sebelah kiri yang kosong.
Si nenek tiba-tiba berlari ke arah truk itu, berusaha untuk menghentikannya, namun gagal. Truk trailer tersebut berhasil lewat hingga semakin menjauh saja dari sana.
Si nenek tampak mencak-mencak kemudian melemparkan batu ke arah truk yang telah melewatinya dengan tidak sopan itu. Saat ia melihat ke arah mobil yang dikendarai Pak Tohar, mobil tersebut sudah tidak ada.
Si nenek pun bersungut-sungut saat melihat SUV putih tersebut telah jauh melaju, mengikuti truk trailer tersebut.
"Maafkan kami, nek. Bukannya kami tidak mau mendengarkanmu tapi kami tidak mengerti bahasamu," ucap Pak Tohar seraya terkekeh. "Meskipun kami mengerti tapi kami sudah bertekad untuk menemukan mereka yang tersesat di dusun atau kampung itu," tambahnya.
"Tidak usah nyerocos, pak. Nenek itu tidak akan mendengarnya. Kalaupun mendengarnya juga, ia belum tentu mengerti," sergah Ahran.
SUV yang dikemudikan Pak Tohar melaju perlahan melewati jalan tanah yang mulai becek. Apalagi truk di depan melaju tersendat karena mengalami slip di jalur licin dan becek itu.
"Di sini abis hujan, ya. Kalau saja lagi musim kemarau, jalanan seperti ini gampang dilewatinya," ujar Dani seraya melihat ke arah kaca spion di hadapan kirinya.
Ia tertegun saat melihat sosok tepat di belakang Ahran, sedang bersiap mencengkeram bahu temannya itu.
"Ahran! Cepat menyingkir! Dia di belakangmu!" pekiknya.
Nguuuunggggg.... Mobil yang mereka tumpangi mengalami slip saat roda belakang terperosok ke dalam jejak ban truk yang cukup dalam.
"Ahhhhh!" Ahran berteriak panik sembari ia bergulir ke kanan.
Saat melihat ke bangku belakangnya, tampak sosok itu sedang menyeringai.
"Baca, ran! Baca!" teriak Dani sembari membaca ayat kursi.
Sedangkan Pak Tohar yang turut dibuat panik, tidak lantas menoleh ke arah belakang di mana Ahran sedang ketakutan. Ia tetap melihat ke depan, ke arah truk yang posisinya kini melintang menghalangi jalan.
"Pekerjaan lagi! Kita harus keluar. Tinggalkan saja itu!" ucapnya seraya mematikan mesin.
Ia kemudian keluar dari mobil. Sementara Ahran dan Dani dengan pontang-panting keluar dan menyusul Pak Tohar.
"Ini mengerikan!" ucap Ahran sambil bergidik ngeri.
"Apa tujuan dia mengikuti kita?" kata Dani seraya bergegas ke arah truk yang mengalami gagal menanjak itu.
Tanjakan yang akan dilewati tidak seberapa tinggi, namun dikarenakan jalannya ysng berupa tanah serta baru diguyur hujan, maka tanjakan itu menjadi sulit untuk dilewati.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya