Dusun Angker: Rumor yang Beredar (Part 1)

Prolog
JEJAKMISTERI - Cerita ini saya dengar langsung dari narasumber. Sebut saja Acep (nama samaran) yang berkenan membagikan kisahnya kepada JejakMisteri. Cerita ini merupakan pembahasan tentang masyarakat desa yang tertutup dari dunia luar. Bahkan masyarakat ini selalu berusaha mati-matian agar tidak ada orang asing yang memasuki wilayahnya. Mereka tidak segan membunuh orang-orang asing yang berani memasuki wilayah di mana mereka bertempat tinggal serta bermata-pencaharian.
***
Baiklah kita langsung simak ceritanya...
Pada siang menjelang sore hari di sebuah warung kopi di sebuah kota yang namanya dirahasiakan. Terdapat empat orang laki-laki sedang mengobrol. Dua di antaranya adalah bapak-bapak, yang satu berkopiah, yang satu lagi mengenakan ikat kepala bercorak batik. Sedangkan dua orang lagi adalah pemuda yang mengenakan setelan casual.
"Hutan itu terlalu luas untuk dijelajahi. Meski ada jalur untuk mobil tapi medannya cukup berat. Perlu menggunakan mobil khusus offroad kalau mau melewatinya," ujar salah seorang bapak.
"Begitu, ya? Saya hanya merasa penasaran mengenai rumor yang selama ini beredar. Konon jalur yang membelah hutan itu melewati suatu area yang ternyata ada pemukimannya yang berada tidak terlalu jauh dari sana," tukas bapak yang mengenakan udeng-udeng (ikat kepala).
"Pemukiman di tengah hutan, pak?" ucap salah satu pemuda sambil menatap bapak itu dengan penasaran.
"Kamu baru tahu? Bukannya kamu sudah lama menetap di sini, Ran?" Bapak berudeng-udeng itu menatap heran ke arah pemuda bernama Ahran itu.
"Saya memang sudah lama di sini, Pak Tohar. Tapi saya baru mendengar soal rumor barusan. Lagipula apa pentingnya, pak?" Ahran menatap balik Pak Tohar.
"Itu hanya rumor, Pak Tohar. Lagipula orang macam apa yang memilih hidup di tengah hutan yang jauh dari mana pun," bapak berpeci berbicara.
"Pak Ihsan ini seperti kurang update saja. Banyak lho orang-orang yang memilih hidup di tempat terpencil yang jauh dari dunia luar. Bahkan mereka menjadi sangat liar saat bertemu orang asing," tukas Pak Tohar.
"Dani, kok dari tadi kamu diam saja? Biasanya kamu yang paling banyak ngomong," ucap Ahran saat menengok ke arah temannya itu.
"Aku jadi teringat Sulman, ran. Kau tahu dia kan menghilang saat mengantar kayu gelondongan menggunakan truk. Truknya ketemu di jalur tengah hutan itu, tapi Sulman tidak. Ia menghilang. Ia juga sudah sebulan ini tidak pulang ke mess," tukas Dani membuat Ahran tertegun.
"Sulman juga tidak mungkin pulang ke Jawa. Ia tidak pernah mengatakan akan segera pulang kampung. Lagipula waktu itu ia baru seminggu habis dari kampung. Aku khawatir ia diculik orang dari kampung yang dimaksud Pak Tohar," tambahnya sambil menatap Pak Tohar.
"Jangan ngawur, dan. Lagipula keberadaan perkampungan itu hanya sebatas rumor. Belum ada yang membuktikan kalau kampung itu ada," tukas Ahran sambil menggelengkan kepalanya.
"Itu karena mereka yang mencoba membuktikannya tidak ada yang kembali," ucap Pak Tohar disambut tatapan kaget semua orang.
"Lah, memangnya siapa saja yang pernah bilang ingin membuktikan keberadaan kampung itu?" tanya Pak Ihsan dengan raut wajah tegang.
"Sulman itu pria pendek yang berprofesi sebagai sopir truk pengangkut kayu gelondongan, kan? Dia pernah berbicara di depan saya bahwa dia ingin melihat kampung itu dengan mata kepalanya sendiri. Dia bukan satu-satunya yang pernah berbicara begitu kepada saya. Sebelumnya pasangan suami-istri bernama Idlam dan Lashri juga berbicara hal yang sama kepada saya," tutur Pak Tohar.
Ahran dan Dani saling pandang. Sementara Pak Ihsan terlihat menggelengkan kepalanya.
"Lalu?" ucapnya.
"Sulman adalah teman kami, pak. Bahkan ia sudah kami anggap sebagai saudara. Menghilangnya dia jelas membuat kami semua panik. Polisi bahkan tim SAR belum juga menemukannya hingga sebulan berlalu," kata Dani.
"Maksudmu, kamu ingin mencari Sulman sendiri begitu?" tanya Pak Ihsan.
"Ia tidak akan sendiri. Saya akan memfasilitasi mereka sekaligus saya turut serta," tukas Pak Tohar.
Pak Ihsan menggelengkan kepalanya. "Itu bukan ide yang bagus. Lebih baik kalian tidak melakukannya. Biar aparat yang mencari Sulman maupun pasangan itu," ucapnya.
"Lho? Bukannya bapak beberapa waktu lalu bilang bahwa kampung itu hanya rumor. Kok sekarang gerak-gerik bapak malah menunjukkan hal yang bertentangan dengan ucapan bapak sebelumnya?" Pak Tohar menatap penasaran ke arah Pak Ihsan.
Pak Ihsan tampak gelagapan.
"Memangnya ucapan saya barusan bertentangan dengan ucapan saya mengenai rumor kampung itu?" ucapnya seolah tidak merasa.
Ahran menatap penasaran ke arah Pak Ihsan. Ia merasa jika laki-laki itu sedang menyembunyikan sesuatu.
"Pak Ihsan kan kenal baik dengan Sulman. Mungkin bapak tahu hal soal dia yang tidak kami tahu?" ucapnya disambut gelengan kepala Pak Ihsan.
"Nak Sulman itu orangnya rajin, ia juga tidak pernah membantah jika diminta membantu pekerjaan seperti membetulkan genting misalnya," tukas dia.
"Membantu pekerjaan?" Ahran merasa ada yang janggal dengan kata-kata yang diucapkan Pak Ihsan barusan.
"Sudahlah, nak Ahran. Tidak perlu dilanjutkan. Lagipula saya pamit mau pulang dahulu. Istri saya barusan WA. Ia meminta saya pulang. Ada tamu penting," kata Pak Tohar.
"Lalu untuk rencana kita mencari teman kami bagaimana itu, pak?" tanya Dani seraya bangkit dari duduknya.
Pak Tohar yang sedang bersiap melangkah, menoleh ke arah Dani.
"Kita bicarakan nanti di rumah. Kalian datang berdua, ya. Kalau Pak Ihsan sendiri apakah ada niatan untuk datang? Mungkin bapak tertarik untuk ikut bersama kami?" ucapnya kemudian menatap ke arah Pak Ihsan yang sedang balik menatapnya.
"Tidak, terimakasih, Pak Tohar. Lagipula nanti malam saya mendapat giliran jaga," tukasnya sambil menatap ke kejauhan.
Waktu beranjak petang. Saat ba'da isya, Ahran dan Dani telah berada di rumah Pak Tohar. Mereka tidak berkumpul di dalam rumah melainkan di sebuah gazebo yang terbuat dari bambu yang dipelitur.
Malam itu mimik wajah Pak Tohar terlihat serius. Ia seperti baru mendapatkan kabar penting.
"Ini cukup gawat. Tamu yang datang tadi sore membawa kabar tidak mengenakkan. Mereka datang sekeluarga hanya untuk memberitahu saya bahwa anggota keluarga mereka, seorang perempuan, hilang ketika ikut rombongan para offroader. Tidak ada satu pun di keluarga itu yang tahu jalur yang dilewati para offroader tersebut. Saya bertaruh jika para offroader itu melewati jalur di mana Sulman dan pasangan suami-istri itu hilang," ujar Pak Tohar dengan nada agak gemetar.
"Lalu, bagaimana tanggapan bapak?" tanya Ahran penasaran.
"Saya sudah berjanji pada mereka untuk melakukan pencarian ke lokasi tersebut. Kalian berdua tentu yang menjadi rekan perjalanan saya. Apalagi kalian berdua ingin menemukan Sulman, bukan?" tukas Pak Tohar. "Besok setelah pekerjaan selesai, kita akan langsung berangkat," tambahnya.
"Apa itu tidak terlalu mendadak?" tanya Ahran dengan heran.
"Lho? Bukannya lebih cepat lebih baik? Bahkan seharusnya malam ini juga kita berangkat. Tapi berhubung mobilnya sedang diservis, ya tunda dulu sampai jam kerja besok berakhir," kata Pak Tohar sambil mengedarkan pandangannya ke arah Ahran dan Dani.
Singkat cerita. Keesokan harinya tepat setelah jam kerja berakhir, yaitu pada pukul 04.00, sebuah mobil SUV warna putih melaju keluar dari kota kecil itu.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya