Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jiwa Yang Tersesat (Part 10)


JEJAKMISTERI - "Hanya segini kemampuan pasukanmu Nyai?! Percuma aku memberimu jalan masuk untuk menyerang istana ini! Hanya dalam beberapa gebrakan saja pasukanmu sudah kocar kacir!" Dayang Seruni mendengus marah.

"Jangan menyalahkan aku!" Nyai Weling menjawab tak kalah sengit. "Kau tak pernah mengatakan kalau pasukan di istanamu sekuat ini! Juga kehadiran siluman harimau dari tanah mataram itu! Aku jadi curiga! Kau ternyata hanya menjebakku! Pura pura memberi celah kepadaku untuk menyerang istana ini, untuk kemudian kalian bantai seperti ini!"

"Apa untungnya aku menjebak kalian?! Kalau hanya sekedar membasmi kalian, tanpa menjebakpun aku bisa melakukannya sendirian! Memang kamunya saja yang tidak becus...!"

"Cukup! Tak ada gunanya saling menyalahkan! Yang penting sekarang kita pikirkan apa yang harus kita lakukan sekarang! Jangan sampai rencana yang sudah kita susun rapi ini berakhir dengan sia sia!"

"Cih! Sepertinya memang aku yang harus turun tangan! Tapi apa boleh buat! Akan kuberi kau sedikit bekal, lalu segera lumpuhkan Ratu Gayatri! Hanya itu jalan satu satunya! Aku yakin, begitu sang ratu berhasil dilumpuhkan, maka para pengikutnya tak akan bisa berbuat banyak! Di saat itulah aku akan muncul sebagai pahlawan, dan kau bisa mendapatkan apa yang telah aku janjikan!"

"Sebentar!" Nyai Weling menyela. "Kau tidak sedang menjebakku kan?"

"Menjebak?! Apa maksudmu?!"

"Kau lihat sendiri kan, setiap lawan yang mencoba mendekat ke arah kakakmu, akan musnah terkena serbuk sari beracun yang ditebarkan olehnya. Dan kau menyuruhku untuk menyerangnya langsung. Itu sama saja dengan kau menyuruhku untuk bunuh diri!"

"Bodoh! Makanya dengarkan baik baik kalau ada orang berbicara! Tadi sudah kubilang, aku akan memberimu sedikit bekal, agar serbuk sari beracun itu tak berpengaruh kepadamu! Selain itu, akan kuberitahu kelemahan kakakku itu! Serang pada bagian...."

"Pengkhianaaaatttt...!!!" Dayang Kesambi yang berdiri bersamaku didalam gumpalan kabut ciptaannya itu sepertinya sudah tak bisa menahan diri lagi. Mendengar Dayang Seruni hendak mengatakan kelemahan Ratu Gayatri, Dayang Kesambi segera berteriak lantang dan menerjang kearah dua sosok yang sedang berbicara serius itu.

"Kesambi! Beraninya kau...!"

"Pengkhianat busuk! Akan kubungkam mulut kotormu itu!"

"Coba saja kalau kau bisa! Aku juga sudah lama ingin melenyapkanmu Dayang keparat!"

"Mati saja kau!"

"Whuusss....!!!"

"Blarrrr...!!!"

"Blegaaarrr...!!!"

Kedua dayang itupun mulai terlibat pertempuran yang sangat sengit. Sebagai dayang dayang andalan istana, keduanya memang memiliki kemampuan diatas rata rata. Aku hanya bisa berdiri bengong menyaksikan kejadian yang terjadi dengan sangat cepat itu. Sementara Nyai Weling yang berusaha untuk ikut campur justru dicegah oleh Dayang Seruni.

"Jangan ikut campur urusanku Nyai! Biar kuurus sendiri makhluk menyebalkan ini! Kau! Cepatlah menuju ke Ratu Gayatri! Serang bagian *******nya dari belakang!"

"Bedebah!" Dayang Kesambi yang mendengar Dayang Seruni sempat menyebutkan kelemahan sang Ratu semakin meradang. Ia mencoba mengalihkan serangannya ke arah Nyai Weling yang mulai merayap ke medan pertempuran. Namun gerakan Dayang Kesambi bisa dibaca dengan sangat baik oleh Dayang Seruni. Dengan sigap ia menghadang dan memapaki serangan dari Dayang Kesambi yang diarahkan ke arah Nayi Weling.

"Bedebah! Terkutuk! Pengkhianat busuk!" Dayang Kesambi merutuk sejadi jadinya, saat menyadari bahwa usahanya untuk mencegah Nyai Weling dengan mudah bisa digagalkan oleh Dayang Seruni.

"Merutuklah sepuasnya! Karena sebentar lagi mulut kotormu itu akan kubungkam selamanya!"

"Kisanak! Kau..., ah, aku bahkan belum tau siapa namamu! Cepat peringatkan Ratu Gayatri! Nyai Weling sepertinya akan membokongnya dari belakang!" sambil terus mengimbangi serangan serangan dari Dayang Seruni, Dayang Kesambi berteriak kepadaku.

"Tapi Dayang...."

"CEPAAATTT...!!! hanya kau yang bisa kuandalkan saat ini! Jangan sampai terlambat! Dan jangan sampai gagal!"

Aku terbengong sesaat! Tugas yang diberikan oleh Dayang Kesambi, terasa sangat berat untuk kulakukan. Posisi Ratu Gayatri cukup jauh dari tempatku berdiri. Aku harus menerobos arena pertempuran yang dipenuhi oleh sosok sosok siluman ular dan lipan raksasa yang sedang saling serang. Bukan tak mungkin kalau aku justru akan lumat di tangan makhluk makhluk menjijikkan itu sebelum sampai ditempat Ratu Gayatri. Ah, andai saja aku bisa berkomunikasi dengan Kyai Jambrong!

"Bodoh! Kenapa malah bengong?! Cepaaatttt...!!! Keselamatan Ratu berada di tanganmu!" bentakan Dayang Kesambi mengejutkanku.
"Hahahaha...!!! Sungguh sangat mengenaskan! Kau justru berharap kepada manusia yang bahkan kencingpun belum bisa lurus!" ejekan Dayang Seruni memacu semangatku. Ya! Aku tak boleh tinggal diam! Aku harus mengambil tindakan! Karena ini bukan hanya menyangkut masalah keselamatan Ratu Gayatri, tapi juga menentukan nasibku sendiri. Kalau Ratu Gayatri berhasil dikalahkan, maka nasibku juga ikut dipertaruhkan.

Seolah tersadar dari mimpi buruk, aku segera berlari menuju ke medan pertempuran. Tanganku masih sempat menyambar tongkat unik yang tergeletak diatas tanah. Entah tongkat milik siapa. Mungkin milik para peri yang sudah tewas menjadi korban dari pertempuran ini.

"Minggir!" sentakku saat beberapa sosok siluman ular mulai menyadari keberadaanku dan mencoba menghadangku. Kuayunkan tongkat di tanganku ke depan, meski aku tak yakin tongkat itu akan berguna di tanganku. Syukurlah, saat aku mengayunkannya, aku merasakan ada sesuatu yang terlontar dari ujung tongkat itu dan menghantam salah satu sosok siluman ular yang menghadangku.

"Whiiiihhh...! Ini keren!" aku semakin bersemangat mengayun ayunkan tongkat di tanganku itu kesegala arah, menghajar siluman siluman ular yang mencoba menghadang dan menyerangku.

"Hahaha! Ternyata cukup menyenangkan juga bertarung seperti ini! Ayo! Siapa lagi yang mau maju! Biar kuhabisi kalian semua! Hahaha...!" bagai orang kesetanan aku terus merangsek maju sambil mengayun ayunkan tongkat di tanganku. Siluman ular yang menjadi korban seranganku semakin banyak. Namun semakin banyak juga siluman yang lain yang merangsek menyerangku. Hal ini membuat langkahku untuk menuju ke arah Ratu Gayatri sedikit tersendat.

"Sial! Kalau begini caranya..." aku mendengus kesal sambil terus melayani serangan serangan dari para siluman ular itu. Samar samar kulihat Nyai Weling merayap dari arah belakang Ratu Gayatri yang masih berada dipunggung Kyai Jambrong.

"Siluman pengecut! Beraninya main belakang! RATU GAYATRIIII....!!! AWAS! DIBELAKANGMUUUU...!!!" aku berteriak lantang, mencoba mengingatkan Ratu Gayatri. Namun teriakanku seolah tenggelam dalam hiruk pikuknya pertempuran. Jelas Ratu Gayatri tak mendengarnya.

"Brengsek!" kesal, aku mencoba mengayunkan tongkatku ke arah Nyai Weling yang berada di kejauhan sana. Namun tak ada pengaruh apapun. Siluman tua jelek itu justru menyeringai ke arahku sambil memamerkan taring taringnya yang berkilat tajam, seolah sedang mengejekku.

"Sial!" aku mengumpat. Terlalu 'terpesona' oleh seringaian Nyai Weling, membuat kewaspadaanku sedikit berkurang. Salah satu siluman ular berhasil menyerang dan membelit pinggangku dan mengangkat tubuhku tinggi tinggi. Aku mencoba meronta untuk membebaskan diri. Namun belitan siluman ular itu justru semakin erat, membuat tulang pinggangku terasa remuk berpatahan.

"Matilah aku!" rutukku saat kulihat siluman ular itu mengangkat kepalanya sejajar dengan wajahku. Wajah keriput jelek kini jelas terpampang di hadapanku. Hanya berjarak beberapa jengkal saja, hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku. Nafas berbau sangat busuk yang membuat kepalaku pusing dan perutku mual bukan kepalang.

Wajah keriput jelek itu menyeringai ke arahku. Mulutnya terbuka lebar, seiring dengan kepalanya yang tertarik mundur perlahan seolah mengambil ancang ancang, lalu...

"Whuuussss...!!!" kepala berwajah jelek keriput dengan mulut terbuka lebar itu dengan cepat melesat kedepan, tepat ke bagian kepalaku.

"Modyar tenan aku!" jeritku sambil meronta semakin kuat. Tak mau mati konyol, aku berusaha melindungi kepalaku dengan mengangkat sebelah tanganku yang masih bebas tepat didepan wajahku. Tangan yang juga kugunakan untuk memegang tongkat saktiku. Wajah siluman ular itu nampak terkejut. Namun gerakannya yang sangat cepat itu sepertinya sudah tak bisa ia urungkan lagi. Maka tanpa ampun kepala berwajah jelek itu dengan keras berbenturan dengan ujung tongkat yang kupegang.

"Krraaakkkkkk....!!!" suara berderak terdengar keras. Kepala siluman berwajah jelek yang berbenturan dengan ujung tongkatku itu hancur berkeping keping. Cairan hitam dan serpihan serpihan daging berbau busuk sukses mengguyur tubuhku.

"Hoooeeekkkk...!!!" rasa mual tak sanggup kutahan lagi. Isi perutku tumpah membasahi tubuh siluman ular yang belitannya pada tubuhku mulai melemah itu. Tubuhku merosot turun. Aku berusaha untuk menguasai kesadaranku. Jangan sampai hanya karena bau busuk ini aku pingsan di tengah pertempuran. Nggak lucu kedengarannya. Apalagi aku belum menyelesaikan tugas yang diberikan kepadaku. Tugas? Seolah diingatkan, aku kembali menoleh ke arah posisi Ratu Gayatri berada.

"Gawat!!!" seolah tersengat aliran listrik bertegangan tinggi, aku tersentak. Bagaimana tidak, di kejauhan sana kulihat Nyai Weling melesat dari arah belakang Ratu Gayatri. Mulutnya yang terbuka lebar dengan taring taring yang siap mengoyak lawan, mengarah tepat ke bagian tubuh yang terlarang dari Ratu Gayatri. Dan Ratu Gayatri sepertinya tak menyadari serangan itu.

"Arrrgghhhh....!!! RATU GAYATRIIIII.....!!!" kembali aku menjerit lantang, sambil terus meronta berusaha membebaskan diri dari belitan bangkai ular yang membawa tubuhku turun ke tanah itu. Kedua kakiku kuayun ayunkan sekuat tenaga. Juga tanganku yang memegang tongkat sakti itu. Entah kebetulan atau bagaimana, saat aku mengayunkan tanganku yang memegang tongkat itu kebelakang, aku merasakan tubuhku yang masih terayun ayun diudara itu terdorong dengan kuat kedepan, terlepas dari lilitan bangkai ular yang membelengguku, dan melesat cepat mengarah kearah Nyai Weling yang juga melesat cepat kearah Ratu Gayatri.

"Gayatriiiii...!!! Awaaassss....!!!"

Whuuussss...!!!"

"Groaaaarrrrr...!!!"

"Bodoh! Jangan nekat!"

"Kesambi pengecut! Jangan kabur kau!"

"DHUAAAAARRRRR....!!!"
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close