Jiwa Yang Tersesat (Part 9)
JEJAKMISTERI - Tatapan sinis Dayang Seruni ke arah arena pertempuran membuat perasaanku menjadi tak nyaman. Apalagi rasa resah yang diperlihatkan oleh peri itu semakin lama semakin jelas. Beberapa kali ia mendesah dengan wajah yang menampakkan ketegangan, membuat kecurigaanku semakin bertambah.
Dan benar saja, tak lama setelah itu Dayang Seruni yang awalnya berdiri di sebelahku tiba tiba berbalik dan memanggil salah satu dayang yang ikut bertugas menjaga kami.
"Dayang Kesambi!" seru Dayang Seruni lantang
"Hamba Gusti Putri!" salah satu dari dayang itu mendekat dan membungkuk memberi hormat. Sikap yang semakin membuatku bertanya tanya. Apalagi ditambah dengan panggilan 'Putri' yang ditujukan kepada Dayang Seruni itu.
"Tolong lanjutkan tugas yang disini, aku ada urusan sebentar!" titah Dayang Seruni tegas.
"Tapi Gusti Putri, titah dari Gusti Ratu...."
"Kau berani membantahku hah?!" bentak Dayang Seruni, keras. Membuatku semakin curiga. Dari sekian banyak peri yang ada, baru kali ini aku mendengar ada seorang peri yang bicara dengan nada keras dan sedikit kasar.
"Maaf Gusti Putri, bukannya hamba bermaksud untuk membantah, tapi..."
"Laksanakan saja tugas dariku! Dan jangan banyak bertanya!" sungut Dayang Seruni sambil berbalik dan tanpa kuduga peri itu segera melompat dari atas ketinggian benteng. Aku sempat melongok kebawah, dan kulihat tubuh Dayang Seruni melayang turun pelan, lalu begitu menginjakkan kedua kakinya ketanah, peri itu segera mengendap endap menghindari arena pertempuran, dan menyelinap ke arah pasukan musuh berada.
Ini semakin mencurigakan! Aku tak boleh tinggal diam! Otakku segera berpikir keras dan menganalisa keadaan. Ya. Aku harus membuntuti peri itu, agar tau apa sebenarnya yang ingin ia lakukan. Tapi bagaimana caranya?
Mataku celingak celinguk memandang ke sekeliling. Benteng ini sangatlah tinggi. Tak mungkin aku melompat seperti yang dilakukan oleh Dayang Seruni tadi. Bisa bisa sampai dibawah tubuhku malah jadi perkedel. Hanya ada satu jalan, tangga diujung benteng itu, tempat yang tadi kugunakan untuk naik keatas benteng ini. Ya. Aku harus memanfaatkan tangga itu.
Sejenak kulirik Dayang Kesambi yang nampak sedang berbicara serius dengan dayang dayang yang lain. Mungkin sedang membicarakan apa yang telah dilakukan oleh Dayang Seruni barusan. Ini kesempatan bagus untukku. Mereka sedikit lengah. Aku harus memanfaatkan kesempatan ini.
Kutarik nafas panjang beberapa kali, lalu kuhembuskan pelan pelan, dan setelah aku benar benar merasa mantab, aku segera berlari secepat yang aku bisa ke arah tangga itu.
"Hei! Kau mau kemana!" kudengar salah seorang dayang itu berseru. Aku tak memperdulikan teriakannya. Aku terus berlari hingga sampai diujung tangga, lalu berusaha menuruninya secepat yang aku bisa.
"Mau kemana kisanak?!" kudengar suara tajam dari arah belakangku. Aku menoleh, dan kulihat Dayang Kesambi berusaha untuk mengejarku sambil mengibaskan tangan kanannya kearahku.
"Sial!" rungutku saat sulur sulur tanaman rambat keluar dari telapak tangan Dayang Kesambi dan berusaha membelit tubuhku. Aku segera mempercepat langkahku menuruni tangga, sambil berusaha menghindari sulur sulur tanaman rambat yang semakin memanjang dan berusaha membelitku itu. Beberapa kali aku nyaris terpelanting karena kehilangan keseimbangan. Namun akhirnya aku sampai juga di anak tangga paling bawah.
Sulur sulur tanaman rambat itu masih terus mengejarku. Demikian juga dengan Dayang Kesambi yang kini melayang mengikutiku. Aku berlari zig zag diantara pilar pilar bangunan istana itu sambil mencari cari arah pintu gerbang. Dapat! Disebelah kiri sana! Aku semakin mempercepat lariku, sementara Dayang Kesambi juga terus mengejarku.
Dua sosok peri penjaga gerbang kulihat berdiri membelakangiku. Ini kesempatan bagus. Mereka sepertinya tak menyadari kehadiranku. Dengan segala kekuatan yang kupunya aku segera melompat kedepan, bersamaan dengan Dayang Kesambi yang berteriak di belakangku.
"Penjaga! Hentikan orang itu!" Kedua peri penjaga gerbang itu serempak berbalik, bersamaan dengan tubuhku yang meluncur deras kearah mereka.
Terlambat! Kedua peri penjaga itu belum sempat berbuat apa apa saat aku menerjang mereka. Benturan keras tak terelakkan. Bertiga kami jatuh bergulingan didepan pintu gerbang. Pergulatan seru terjadi sesaat. Kedua peri penjaga itu berusaha meringkusku. Dan aku berusaha sekuat tenaga membebaskan tubuhku dari cengkeraman keduanya.
Namun apalah dayaku yang hanya manusia biasa ini. Menghadapi dua peri penjaga ini saja aku sudah kerepotan. Ditambah dengan kemunculan Dayang Kesambi dengan sulur sulur tanaman rambat yang keluar dari telapak tangannya yang segera melilit dan meringkusku, membuatku benar benar tak bisa berkutik.
"Huh! Merepotkan saja! Kalau bukan karena kamu tamu kehormatan Gusti Ratu, sudah kuhabisi kamu!" dengus Dayang Kesambi kesal.
"Hufh, Dayang Kesambi! Tolong! Lepaskan aku, dan biarkan aku pergi! Ini...., ini berhubungan dengan keselamatan ratumu! Kalau aku....."
"Diam!" sentak Dayang Kesambi. "Aku sudah berusaha untuk bersikap lembut kepadamu manusia. Tapi tindakanmu ini...."
"Tidakkah kau menyadari apa yang dilakukan oleh Dayang Seruni tadi?! Kau lihat sendiri kan dia pergi ke tempat pasukan musuh berada?! Kau pikir apa yang akan dilakukan oleh Dayang Seruni?! Kau tak menyadari sikap dan tatapan matanya tadi?! Dia itu..."
"Ya. Aku tau! Tapi bukan begini caranya manusia! Kau mau mati konyol? Kau tak tau siapa Dayang Seruni. Kau juga tak tahu seperti apa sifat dan kemampuan Dayang Seruni! Kalau sampai ketahuan kau membuntutinya, bisa tamat riwayatmu!"
"Tapi..."
"Jangan berisik!" Dayang Kesambi mengibaskan kedua tangannya. Sulur sulur tanaman rambat yang melilit tubuhkupun terlepas. "Dan jangan bertindak ceroboh! Harusnya tadi kau bicara dulu denganku! Ayo! Biar kutemani, kalau kau memang mau nekat membuntuti Putri Seruni!"
Ah, lega rasanya mendengar ucapan Dayang Kesambi barusan. Kupikir dia akan mencegahku mengikuti Dayang Seruni. Ternyata tidak. Justru dia bersedia menemaniku. Sepertinya dayang itu juga memiliki dugaan yang sama denganku. Aku lalu bergegas mengikuti langkah dayang itu keluar dari pintu gerbang. Berdua, kami mengendap endap dibawah tembok benteng istana, sedikit menjauh dari arena pertempuran menuju ke tempat yang tadi dituju oleh Dayang Seruni.
Sesaat kemudian, dari kejauhan kami melihat Dayang Seruni nampak berbicara serius dengan salah satu siluman ular. Ini semakin mencurigakan. Sayangnya, karena jarak yang masih cukup jauh, aku tak bisa mendengar percakapan mereka. Dayang Kesambi yang sepertinya bisa membaca pikiranku lalu mengajakku mendekat, setelah terlebih dahulu membuat selubung kabut yang menyelimuti tubuh kami berdua.
"Tak kusangka, Putri Seruni sampai berbuat senekat ini," gumam Dayang Kesambi sambil membawaku melayang bersama kabut yang telah ia buat.
"Siapa sebenarnya Dayang Seruni itu? Dan kenapa kau memanggilnya Putri?" tanyaku.
"Dia adalah adik dari Gusti Ratu Gayatri, yang juga adalah panglima perang di kerajaan ini. Sifatnya memang sangat berlainan dengan Gusti Ratu! Cenderung keras dan emosional. Tadi kukira dia nekat turun karena kesal tak diijinkan untuk ikut bertempur! Tapi melihat gelagatnya yang mengendap endap diam diam ke tempat musuh, aku jadi berpikir lain," jawab Dayang Kesambi.
"Apakah maksudmu...."
"Sudah lama sebenarnya terjadi perseteruan diam diam antara Gusti Ratu Gayatri dan Putri Seruni. Putri merasa, selama ini ia diperlakukan secara tidak adil. Gusti Ratu yang menjadi pemimpin di negeri ini, justru lebih banyak berkelana dan jarang berada di istana. Dan sang Putri, dia yang lebih banyak berada di istana dan melakukan tugas tugas istana, hanya dianugerahi jabatan panglima perang. Pernah dulu Gusti Ratu ingin menyerahkan kedudukannya kepada Sang Putri, namun ditentang oleh sang Ibunda, karena memang Putri Seruni kurang memiliki kebijaksanaan dan lebih sering menuruti ego pribadinya. Jadilah perseteruan diantara keduanya berlarut larut sampai sekarang." jelas Dayang Kesambi panjang lebar.
"Jadi seperti itu ya. Pantas saja! Tapi apa yang ia lakukan sekarang ini ...."
"Sepertinya kita punya pemikiran yang sama kisanak. Dan jika apa yang kita pikirkan itu benar, maka mau tak mau aku harus mencegahnya. Meski itu berarti aku harus bertarung dengan Putri Seruni!"
Aku terdiam mendengar ucapan Dayang Kesambi itu, karena kini kami telah sampai di dekat kedua sosok yang sedang berbicara serius itu. Dengan jelas kini aku bisa mendengar pembicaraan mereka. Pembicaraan yang sukses membuat bulu kudukku merinding!
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya