Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jiwa Yang Tersesat (Part 7)


JEJAKMISTERI - "DAYAANNGGG...!" Gayatri berseru memanggil salah seorang dayangnya yang segera menghadap dan memberi hormat.

"Hamba menghadap Gusti Ratu," takzim dayang itu sambil membungkuk.

"Tolong panggil pangeran untuk menghadap kemari. Aku ingin memperkenalkannya kepada tamu tamuku ini!" titah Gayatri.

"Siap melaksanakan titah paduka Gusti Ratu!" kembali dayang itu membungkuk memberi hormat, lalu segera berlalu dari hadapan kami. Tak lama ia kembali dengan mengiringi seorang laki laki yang begitu aku melihatnya, nyaris saja aku terlonjak dari dudukku.

"Pak Prabowo!" seruku tanpa sadar. Namun laki laki itu hanya menatapku dengan pandangan yang sangat sulit untuk diartikan. Hanya sekejap, karena untuk sesaat kemudian laki laki yang aku sangat yakin bahwa itu adalah Pak Prabowo segera memberi hormat kepada Gayatri.

"Hamba menghadap Bunda Ratu. Ada apakah gerangan sampai Bunda Ratu memanggil hamba untuk menghadap kemari?" ujar Pak Prabowo penuh hormat.

"Sengaja Bunda memanggilmu kemari putraku, karena aku ingin memperkenalkan dirimu dengan tamu tamuku ini."

"Siapa mereka ini Bunda Ratu? Sepertinya mereka bukan dari bangsa kita?"

"Ya. Benar sekali putraku. Mereka adalah bangsa manusia."

"Bangsa manusia? Bangsa apakah itu Bunda Ratu?"

"Bangsa manusia, makhluk yang sangat berbeda dengan kita, dan tinggal di alam yang berbeda juga dengan kita. Secara kebetulan, mereka tanpa sengaja singgah di negeri kita. Jadi Bunda sengaja mengundang mereka ke istana ini."

"Hmmm, sangat menarik," Pak Prabowo menoleh ke arah kami. "Baru kali ini aku melihat makhluk seperti kalian. Darimana asal kalian kisanak? Dan apa tujuan kalian datang kemari?"

"Pak Insinyur!" Slamet yang rupanya juga masih mengenali Pak Prabowo segera menyela. "Sampeyan ini gimana to? Masa sudah tak mengenaliku lagi? Aku Slamet Pak, yang dulu...."

"Bunda Ratu, apakah sikap dan cara bicara bangsa manusia itu memang seperti ini? Sepertinya mereka tak punya unggah ungguh dan tata krama sama sekali ya!"

"Wah, ed..." aku segera membungkam mulut Slamet yang sepertinya hendak mengucapkan kata kata kasar. Dari sikap dan pembawaan sosok laki laki itu, sedikit banyak aku mulai bisa menduga apa yang sebenarnya telah terjadi dengannya.

"Putraku," Gayatri tersenyum dan melirikku. "Kita dan mereka memang berbeda. Jadi jangan tersinggung dengan sikap dan pembawaan mereka yang seperti itu. Sekarang, kukira sudah cukup perkenalanmu dengan mereka. Kembalilah ke Dalem Kapangeranan! Nanti Bunda akan menyusul. Masih ada hal penting yang ingin bunda bicarakan dengan tamu tamu Bunda ini."

"Baik Bunda Ratu. Dan kalian, aku senang bisa berkenalan dengan kalian. Kuharap, suatu saat aku juga bisa singgah ke tempat kalian." Pak Prabowo tersenyum lalu beranjak meninggalkan kami.

"Gayatri! Aku butuh..."

"Ya. Aku mengerti," Gayatri dengan cepat memotong ucapanku. "Akan kujelaskan secara singkat. Memang aku yang selama ini menyembunyikan jiwa Prabowo itu di istanaku ini. Tapi itu semua kulakukan semata mata karena aku ingin menyelamatkannya dari incaran siluman ular itu, sambil menunggu seseorang dari bangsa kalian untuk menjemputnya. Tak lebih dan tak kurang!"

"Maaf Gayatri! Tapi aku masih belum mengerti! Jika niatmu untuk menyelamatkannya, kenapa tak kau kembalikan dia ke raganya, tapi justru kau sembunyikan disini? Dan kenapa harus menunggu ada yang menjemputnya? Dan sikapnya itu tadi ..."

"Andai bisa semudah itu. Tapi sayangnya aku tak bisa. Jika kupaksakan untuk mengembalikan jiwa Prabowo kedalam raganya, maka kondisi Prabowo di alammu sana itu tak akan bisa pulih seperti sediakala. Ada kemungkinan hanya jiwanya yang kembali, tapi tidak dengan ingatan dan akal sehatnya. Perlu kau ketahui, hanya separuh jiwa Prabowo yang tersesat di alam ini. Separuhnya lagi masih bersemayam didalam raganya. Menyatukan jiwa yang terbelah menjadi dua seperti itu, bukanlah hal yang mudah. Apalagi jiwa yang tersesat disini sedikit banyak sudah terkena pengaruh dari perjanjiannya dulu dengan Nyai Weling! Butuh usaha keras dan laku yang tak mudah. Dan itu menjadi tugasmu!"

"Tugasku?!" aku mengernyit heran.

"Ya. Bukankah kau yang sudah bertekad untuk menemukan dan membawa jiwa Prabowo itu kembali ke raganya?"
"Ah, iya. Kalau begitu Gayatri, karena ternyata jiwa Pak Prabowo itu berada di tanganmu, maka sekarang juga kuminta engkau untuk..."

"Tidak semudah itu! Sudah kubilang kan tadi? Semua butuh usaha keras dan lelaku yang tak mudah."

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?"

"Kembaliah ke alammu, dan ajak orang yang paling berpengaruh dalam kehidupan Prabowo dulu ke tempat dimana dulu Prabowo mengikat perjanjian dengan Nyai Weling. Hanya orang itu yang bisa memanggil jiwa Prabowo pulang ke raganya!"

"Orang yang paling berpengaruh? Maksudmu Bu Rokhayah?"

"Tepat sekali! Kau lumayan cerdas juga ternyata. Semua yang dilakukan oleh Prabowo dulu, semata mata hanya demi menebus kesalahannya terhadap Rokhayah. Jadi hanya dialah yang bisa memangil jiwa Prabowo pulang."

"Ah, aku mengerti sekarang. Kalau begitu ...."

"Mohon ampun Gusti Ratu! Hamba menghadap!" seorang dayang darang tergopoh gopoh menyela ucapanku.

"Ada apa dayang? Kenapa kau menghadap tanpa kupanggil?!" seru Gayatri.

"Mohon ampun Gusti Ratu. Hamba terpaksa menghadap tanpa dipanggil, karena keadaan diluar istana sedang genting. Nyai Weling mengerahkan pasukannya untuk menyerang istana ini!"

"Hmmm, jadi begitu ya! Baiklah! Sepertinya memang sudah waktunya untukku melenyapkan siluman itu. Kau, kembalilah dan siagakan pasukan! Biar aku nanti menyusul!"

"Baik Gusti Ratu!" dayang itu memberi hormat dan kembali keluar.

"Dan kau anak manusia! Sepertinya urusanmu disini sudah selesai. Segeralah kembali ke alammu, dan segera lakukan apa yang telah kusarankan tadi."

"Baiklah Gayatri, terimakasih atas segala saran yang telah kauberikan. Aku akan..."

"Sebentar Mbak Peri!" Slamet yang semwnjak tadi diam kembali menyela. "Bagaimana cara kami kembali ke alam kami?"

Aish! Aku menepuk jidat. Benar juga apa yang dikatakan Slamet. Aku tak sempat berpikir bagaimana caranya untuk kembali ke alam manusia.

"Itu bukan soal yang sulit," ujar Gayatri. "Sahabatku! Keluarlah! Sudah cukup ujian yang kauberikan kepada anak asuhmu ini! Kuanggap ia sudah lulus dari ujian yang telah kau berikan! Sekarang, antar mereka pulang, sebelum mereka terseret dalam pertempuran besar yang sepertinya akan segera terjadi ini!"

"Groooaaarrr...!!!" sebuah auman keras terdengar, disusul dengan sesosok bayangan besar yang melompat dan mendarat di hadapanku. Aku terkesiap melihat sosok yang tiba tiba hadir itu. Sementara Slamet sampai terlonjak kebelakang karena kaget. Cempluk, gadis itu sempat menjerit keras sebelum akhirnya jatuh pingsan.

"Whuaaaaaaa....!!! Macaaaannnnn....!!!"
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close