JURAGAN PESUGIHAN (Part 10)

Syarat Siasat
JEJAKMISTERI - Rumah Mbah Parmin mulai ramai, bukan manusia tapi makhluk lain penghuni malam. Peliharaan Mbah Parmin mulai menampakkan diri dan sibuk dengan dirinya sendiri. Ada yang menatap gue dengan penuh curiga, saling bercanda dengan teman sejenisnya dan dipojok sesosok kuntilanak terdiam dengan rambut terurai panjang menutupi sebagian wajahnya. Pemandangan yang cukup menyeramkan. Suara binatang malam terdengar saling bersahut-sahutan membuat bulu kudukku mulai berdiri. “Ayo Rick, kita kembalikan aja” pintaku dengan berbisik ketelinga Ricky. Ricky bergegas mengambil botol bekas air minum dan meletakkannya di atas meja.
“Sudah mbah, ini peliharaan mbah khan? Kami berdua mau menyerahkannya tapi ada beberapa syarat!” “kata gue. Gue pegang botol yang di atas meja tadi, sambil melihat ke dalamnya. Ternyata tuyul andre terlihat sumringah karena mau kembali ketuannya. Gue dan Ricky dari awal sudah merencakan untuk menyerahkan tuyul tersebut dengan beberapa syarat. Dengan syarat itu kami berharap Mbah Parmin tidak lagi sembarangan melepas peliharaannya. “Opo iku le? (apa iku nak?)” tanya Mbah Parmin.
“Peliharaan mbah jangan ada yang beroparsi di kecamatanku, syarat yang lain nanti saya minta kalau ada waktu kesini lagi!” ucap gue dengan enteng meski dengan sedikit takut. Gue sangat kasihan dengan orang-orang dilingkungan kecamatan gue yang harus berjibaku untuk mencari nafkah. Pagi hingga siang, siang hingga malam, bahkan malam hingga pagi lagi susah payah memeras keringat digunakan untuk mencari uang. Namun tuyul andre dengan mudahnya mengambil yang bukan haknya tanpa harus mengeluarkan keringat. Kondisi itu yang membuat kami prihatin, serta tidak mau ada lagi kejadian seperti yang ada di pasar krempyeng. Sudah! Kejadian itu yang terakhir. Kecamatan kami harus bebas dari tuyul.
“Iyo le nek karepmu ngunu (ya nak kalau mau kamu begitu”) jawab Mbah Parmin menyanggupi.
Gue berpikir, kegiatan jual beli setan ini sudah menjadi profesi Mbah Parmin. Sudah berapa orang beli dan transaksi disini. Sudah berapa manusia yang disesatkan oleh setan-setan ini gue sendiri tidak tahu. Semua itu hanya sebatas pertanyaan di dalam benak gue. Kalau gue sama ricky menghancurkannya sekarang, juga kasihan. Toh cari kerjaan sekarang juga gak gampang untuk manusia seumuran Mbah Parmin dan juga wanita yang dibelakang tadi. Demi mencari sesuap nasi cara yang aneh dihalalkan. Padahal manusia tidak kekal, gua juga bingung mau gimana caranya menghentikan semua ini! Tapi gua juga bukan pahlawan. Kami berdua dari awal masuk hanya memandangi kopi yang disuguhkan, tanpa berani meminumnya karena masih khawatir apa yang akan terjadi. Masih menghisap rokokku Fuuuuhhhhhhhh…
“Mbah syarat yang lain, nanti kalau kesini lagi saya akan sampaikan “ kata ricky mengulangi perkataan gue tadi. Syarat apa lagi yach! Gue hanya bisa termenung memikirkan syarat kedua, ketiga dan seterusnya, karena sebenarnya gue dan Ricky tidak ada niatan apa-apa hanya ingin mengembalikan si tuyul andre. Namun untuk menghadapi orang semacam Mbah Parmin, gue dan ricky harus jeli, penuh siasat dan “tatak”. Tatak maksudnya pede dan berani, sehingga tidak terlihat takut. Syarat jadi siasat.
“Oh ya gak papa nak, asal tidak terlalu berat syaratnya nanti dan tidak mengganggu usahaku ya“ jelas Mbah Parmin. Gue hanya bisa mengangguk saja tanda setuju untuk tidak membuat syarat yang berat. Usaha Mbah Parmin yang menyesatkan manusia ini ternyata berkembang dengan pesat. Tiap hari tidak kurang 2 manusia sesat datang untuk menjalin pernjanjian syirik dengan raja iblis dengan perantara Mbah Parmin. Zaman sudah digital namun tingkah manusia makin tradisional. Semuanya karena buta akan harta duniawi. Meskipun ramai pengunjung, Mbah Parmin tetep sekali-kali mengeluh kalau daganganya juga pernah sepi. Alhamdulillah sepi, jadi makin sedikit manusia yang tersesat.
“Gak diminum nak kopinya?” tanya Mbah Parmin dengan tangan menunjuk hidangan yang sudah disediakan. Dua gelas kopi yang tersedia di meja sejak kami datang masih utuh dan tidak bergeser dari tempatnya. Kopi sudah mulai dingin dan malam beranjak larut. Kami memutuskan untuk tidak meminum kopi tersebut karena takut kalau ada apa-apanya. Kami harus pamit. Sejenak kami menghabiskan rokok, lalu bersiap-siap pulang. Sambil melirik kedalam, gue masih bisa melihat para setan itu sedang bermain-main layaknya anak-anak. Raut muka ricky juga tampak sangat kesal malam itu.
“Mbah saya pamit pulang dulu” kata gua sambil menjabat tangan pria tua itu, ricky pun ikut menyalaminya. “Iya nak, hati-hati dijalan!” jawab Mbah Parmin.
Kami melangkah keluar rumah, dan berjalan dari tengah hutan yang menyeramkan. Namanya jalan di hutan, terus maju tanpa menoleh kesamping kanan dan kiri. Kami percepat jalan ditengah hutan itu karena sayup-sayup pelan terdengar alunan suara gamelan yang semakin dekat. Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak yang licin dan penuh ilalang.
“Brrrrruuukkk.... Coook.”
Ricky yang berjalan didepan gue terpeleset. Jalan setapak yang licin ditambah dengan suara-suara asing yang menyeramkan dan membuat kami tidak fokus. Gue pelan-pelan membantu Ricky untuk bangun dan meneruskan kembali perjalanan kami turun. Makin lama daerah semakin tidak beres, mungkin semua orang yang ada di daerah ini aneh-aneh. Hiiii... suasanya menyeramkan waktu itu! Semoga cepet-cepet sampai ke rumah yang kami titipi motor.
Selama perjalanan kami serasa ada yan mengikuti dari belakang, tapi gue tak peduli dan tak mau ambil pusing. Kami tetap melajukan motor ini sampai kerumah Ricky. Sesampai dirumahnya gue istirahat sebentar untuk minum dan menghilangkan lelah karena perjalanan jauh. Setelah itu aku pun pulang kerumahku untuk istirahat dan melanjutkan kegiatan dihari esok.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya