Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ki AGENG PEKANTINGAN


CeritaRakyat - Desa Pekantingan merupakan salah satu desa yang terletak dibawah pemerintah Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon, yang mempunyai luas wilayah 167,258 Ha.

Batas-batas Administratif pemerintah Desa Pekantingan Kecamatan Klangenan sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Batas Desa  Bojong Wetan.
• Sebelah Timur : Batas Desa Wangunharja.
• Sebelah Selatan : Batas Desa Danawinangun dan Jamblang.
• Sebelah Barat : Batas Desa Jemaras Kidul.

Desa pekantingan adalah desa yang  masyarakatnya masih menghormati adat istiadat atau tradisi seni budayanya.
Seperti halnya yang tiap tahun selalu rutin di peringati oleh semua lapisan warga masyarakat Desa Pekantingan dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Mulud 1438 Hijriyah.

Masyarakat di Desa ini, menggelar tradisi Muludan berbarengan dengan prosesi panjang jimat di dua keraton di Kota Cirebon.

Rangkaian acara malam pelal Maulid Nabi Muhammad SAW digelar di Desa Pekantingan dengan disambut ribuan masyarakat yang datang untuk mengikuti aktivitas malam pelal tersebut.

Sebelum acara malam pelal digelar, masyarakat Desa Pekantingan mengadakan berbagai kegiatan pertandingan-pertandingan turnamen olahraga guna memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pendopo Buyut Pekantingan.

Selain mengadakan berbagai pertandingan, juga menampilkan berbagai hiburan seperti, sandiwara, wayang kulit dan pesta rakyat.

Malam Pelal Muludan setiap tahunnya di Desa Pekantingan selalu ramai oleh warga Pekantingan dan warga tetangga desa sekitarnya, bahkan warga dari luar kotapun banyak yang datang ke Desa Pekantingan Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon.

Malam pelal muludan di makam Buyut Pekantingan selalu diadakan acara pembersihan atau pencucian benda-benda pusaka yang berada di makam buyut pekantingan.

Terdapat ada tujuh benda pusaka, namun yang di mandikan hanya tiga benda pusaka saja, seperti Parud, Kipas dan sejenis benda berbentuk semacam keris.

Namun sejarah mencatat, pada tahun baru Islam 1430 Hijriyah, seharusnya jadi berkah tersendiri bagi masyarakat Desa Pekantingan, menyusul banyaknya peziarah ke kompleks Makam Keramat Pekantingan. Tapi, saat itu menjadi lain, beberapa senjata benda pusaka yang bernilai sejarah yang ada di kompleks itu dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab pada hari Senin, 29 Desember 2008.

Pencurian beberapa benda pusaka milik Keramat Pekantingan diduga dilakukan pagi menjelang subuh dan baru diketahui juru kunci kompleks sekitar pukul 07.00. Pelaku diduga mengetahui seluk beluk kompleks makam. Sebab, pelaku dengan mudah beraksi dan tidak diketahui oleh peziarah dan warga sekitar kompleks makam itu.

Pelaku juga diduga masuk dari samping kompleks makam lalu masuk ke ruang utama penyimpanan pusaka kemudian kabur melalui jalan masuk. Beberapa benda pusaka yang dibawa kabur itu antara lain tombak pusaka (CIS), keris pusaka dan keris kujang pusaka.

Desa pekantingan adalah desa yang masih kental dengan mitos-mitos zaman dahulu.
Pada hakikatnya sejarah Desa Pekantingan tidak bisa dipaparkan oleh penduduk pribumi atau sesepuh desa kepada orang-orang pendatang (bukan asli orang Pekantingan). 

Namun penulis masih beruntung karena bertemu dengan juru kunci Buyut Pekantingan yang memberikan sedikit pemaparan sejarah desa Pekantingan dan dengan ucapan  "Bissmillah" pangapunten, penulis tidak ada keniatan lain selain berbagi sejarah yang sudah tercatat buat saling berbagi pengetahuan untuk anak cucu.

Menurut juru kunci Pekantingan, Buyut Pekantingan itu bernama Ki Ageng Pekantingan berdasarkan Prasasti yang ada didepan pintu masuk (bagian dalam) makam Buyut Pekantingan yang bertuliskan dengan huruf Sansekerta yang berbunyi Ki Ageng Pekantingan.

Buyut Pekantingan, konon menurut sejarahnya adalah seorang pemuda Pajajaran berasal dari Kalingga bernama, Suryagani yang artinya Cahaya Hidup. Suryagani dikenal dengan nama Gusti Sinare atau Ki Gede Pekantingan (Jaka Kantingan).
Masih berdasarkan juru kunci tersebut, pada masa mudanya Ki Ageng Pekantingan atau Jaka Kantingan, pernah jatuh cinta kepada murid perempuan gurunya yang bernama Siti Quraisyin, yaitu kerabat dari Mbah Kuwu Cakrabuana dan diantara gurunya itu adalah Nini Ranggis. Namun Jaka Kantingan ditolak cintanya oleh Siti Quraisyin, lalu beliau sakit hati dan pergi. 

Selama perjalanan tersebut, beliau keluar dari agama Islam dan menganut Agama Hindu. Ia berkelana dari tempat satu ketempat lain utk berguru kepada orang-orqng sakti. Beliau berusaha membuat sekutu untuk memberontak gurunya dengan cara bertempur dengan para kigede-kigede lain dan menaklukannya untuk bergabung dengannya. Diantaranya, Ki Gede Arjawinangun (Buyut Bongkang) dan Ki Gede Sende (Buyut Sende). Kedua Ki Gede tersebut dikisahkan kemudian menjadi murid atau sekutunya.

Setelah menaklukan kedua buyut itu, Jaka Kantingan melanjutkan perjalanan ke ujung kulon dan bertemu dengan seorang yang sakti yaitu Nini Renggis dan beliaupun berguru kepadanya. Selesai berguru padanya, beliau kembali pulang dan dalam perjalanan pulang Jaka Kantingan menjumpai sayembara didesa Jemaras dan mengikuti sayembara tersebut. Sayembara itu berisi :

“Barang siapa yang mampu menanam padi berjalan maju dan membawa atausekaligus memikul air dengan keranjang dipundaknya, maka pemenangnya berhak menikahi dan mendapatkan Buyut Nyimas Jemaras yang bernama Nyi Gede”.

Jaka Kantinganpun akhirnya berhasil memenangkan sayembara tersebut namun hadiahnya tidak diambilnya (Jaka Kantingan tidak menikahi buyut Jemaras) lantaran Jaka Kantingan hanya mencintai Siti Quraisyin. Ia pun justru lari meninggalkan gelanggang Syambara, tanpa mengambil Nyimas Jemaras sebagai istrinya. Dalam pelariannya itu, ia kemudian memutuskan untuk mendatangi Keraton Pakungwati, tempat Siti Quraysin tinggal, Ia kemudian membuat huru hara di Keraton dengan jalan gaib.

Pada suatu hari, dengan ilmu yang dimilikinya, Jaka Kantingan membuat kerusuhan di keraton Cirebon dengan cara mencuri barang-barang keramat. Pencurian yang dilakukan oleh Jaka Kantingan tidak ada yang mengetahui siapa pelakunya kecuali Mbah Kuwu Cakrabuana. Mendapati hal janggal di Istana, rupanya Pangeran Cakrabuana dapat mengetahui siapa dalang dibalik huru-hara dalam Istana tersebut. 

Ia pun kemudian memaklumi kelakukan Ki Ageng Pekantingan yang sedang dimabok cinta itu. Kerusuhan yang dibuat oleh Jaka Kantingan tak dapat diredam oleh Mbah Kuwu dikarenakan kepintaran dari Jaka Kantingan dan akhirnya Mbah Kuwu pun mengizinkan Jaka Kantingan menikahi Siti Quraisyin, beliaupun kemudian memerintahkan kerabatnya yaitu Siti Quraysin untuk bersedia menikah dengan Ki Ageng Pekantingan, dan barulah setelah itu keduanya menikah.

Dan berawal dari sinilah Jaka Kantingan akhirnya kembali memeluk agama Islam. Bersama Istrinya, kemudian Ki Ageng Pekantingan mendirikan sebuah desa yang kelak dinamai Pekantingan.

Wallahu'aklambhishowab...

DATA KUWU DESA PEKANTINGAN

1. KUWU MANGUN -- Thn (tdk tercatat).
2. KUWU RODJAYA -- Thn ‒ 1967.
3. KUWU DATA  -- Thn 1967 – 1986.
4. PJS KUWU MADJA -- Thn 1986 – 1988.
5. KUWU H. SUGIANTO -- Thn 1988 – 1996.
6. PJS KUWU JAYADI, E.S -- Thn 1996 – 1997.
7. PJS KUWU DIDI ROSIDI, S -- Thn 1997 – 1999.
8. KUWU SUBADI -- Thn 1999 – 2007.
9. KUWU HJ. RUNTASIH -- Thn 2007 – 2013.
10. KUWU DIDI JUNAEDI -- Thn 2013 -- 2019.
11. KUWU SUHARTO -- Thn 2019 sd. sekarang.

***

Sesungguhnya segala kebaikan itu datangnya dari Allah dan bila ada salah dan khilaf dari saya mohon di ma'afkan..🙏🙏🙏

Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan sejarah Panjenengan..🙏

Sumber : Juru Kunci Buyut Pekantingan.


close