Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LELUHUR KERAJAAN PURBA (Part 6) - SOSOK JENAKA & DIMULAINYA PERJALANAN SPIRITUALKU


JEJAKMISTERI - Kemudian Abah Berhenti dan Seorang diatas Bergerak turun..

Sosok itu mendekat kearah kami, kulihat sosok itu seperti seorang pendekar dengan ikat kepala dan pedang di belakang punggungnya.
Pikiranku sudah tak karuan, belum sempat terjawab semua peristiwa sebelumya sudah ada lagi peristiwa diluar nalar datang tepat di depanku. Aku sempat berfikir apakah ini ujian bagiku dalam hal spiritual? apakah akan terjadi kericuhan yang melibatkan keluargaku? hatiku mulai gusar di tambah ada sesuatu yang bergejolak di dadaku, berputar-putar seperi akan keluar.

Abah Damar : Nak Aksa, atur emosimu jangan sampai Kalacakra di dadamu keluar tanpa sadar. Tenanglah, tak ada yang perlu kau khawatirkan.

Kemudian sosok pendekar tersebut semakin mendekat, nampak jelas perawakan yang tinggi, gagah dengan sorot mata sangat tajam. Yang lebih mengagetkan sesampainya didepan abah sosok pendekar tersebut menunduk dan bersimpuh dengan tumpuan sebelah kaki, seperti memberi penghormatan kemudian mengucapkan salam dan berkata "Asallamualaikum Tuanku Damar Sasmitha, tak ada yang perlu di khawatirkan, walau sempat ada yang mendekat tetapi mudah bagiku menghalaunya, hanya sekedar gangguan kecil dari dimensi sebelah".

Abah Damar : (mengangguk). Waalaikum sallam Patih Darindra, ya terimakasih sudah menjaga kediamanku, kembalilah bersama para prajurit. Seketika banyak sekali bayangan muncul dari sudut kubah, berbaris seperti prajurit lalu menghilang bersama sal dari patih Darindra.

Aksa : Abah? yang tadi itu siapa?dan mengapa banyak sekali prajurit menjaga rumah ini?

Abah Damar : Patih Darindra, ia adalah patih yang setia menjagaku dari dulu bersama prajuritnya yang juga setia mengikutinya. Sumpah setianya kuterima setelah ia dulu ke selamatkan dari kutukan ahli sihir era kerajaan. Praktik perdukunan atau sihir sudah mendarah daging dari dulu sampai sekarang nak aksa, jadi hal seperti ini sudah jadi barang umum. Tugas kita sebagai seseorang yang memang paham harus bisa menjaga diri dan sesama. Patih Darindra Kuminta untuk menjaga rumah dan seisinya, ya walaupun sebenarnya nyai sekar saja sudah cukup, tetapi untuk berjaga-jaga saja. Sekarang istirahat lah nak aksa

Aksa : Baik abah, terima kasih untuk segala pengetahuan malam ini. Saya masuk rumah dulu.

Kamipun beranjak masuk rumah masing-masing, kembali kepada realita hidup yang sempat kami tinggal sementara waktu. Melihat istri dan anakku tertidur pulas lega rasanya, akupun ikut tidur disamping anakku sampai subuh menjelang. Syukur Alhamdulillah Gusti atas segala perlindunganMu.

Pagipun datang bersama hiruk pikuk kehidupan asri di daerah tempat tinggalku, karena masih di hari libur ku ajak anak dan istriku jalan-jalan menikmati pemandangan sekitar, menyusuri sawah dan sempat mampir ke sungai yang masih sangat jernih airnya. Kami sempat lama bermain di sungai karena anakku memang suka bermain di air, istriku juga sedang asik jadi ya biarlah karena ini waktu yang tak tergantikan.

Sambil menunggu mereka bermain di sungai, aku duduk di batu yang lumayan besar, memandangi alam yang begitu indah dan sangat sejuk. Dari kejauhan kulihat seorang pemuda sendirian sedang asik menikmati pemandangan juga, sepertinya ia sedang menulis sesuatu, barangkali ia seorang yang senang menulis. Yah, asik juga menikmati hal semacam itu di tempat ini.

Setelah panas semakin terik kami beranjak pulang dan segera melepas lelah di rumah. Istri dan anakku seperti nya kelelahan karena kulihat sudah tertidur didepan televisi, mereka berdua adalah tujuan bahagia segala jeri payah dan perjuanganku. Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan perlindungan. Amin.

Sore hari seperti sebelumnya, kulihat abah dan nyai sedang sibuk menyiapkan dagangan dan membuka warkop. Lantas aku ikut membantu karena mereka sudah seperti orang tuaku sendiri, abah dan nyai juga sudah terbiasa denganku yang selalu membantu disela kesibukanku jadi sudah tidak ada rasa sungkan lagi. Di depan Aku membantu abah membuka warung dan memasang beberapa set kursi meja untuk pelanggan ngopi di teras, kulihat ada seorang pemuda yang tak asing bagiku datang menghampiri abah. Sepertinya sudah akrab dengan abah karena obrolan mereka terlihat asik dan mengalir begitu saja, setelah ku lihat betul ternyata ia pemuda yang kulihat di Sungai pagi tadi.

Jenaka namanya, ia adalah pemuda di sudut kampung yang memang sering nongkrong di warkop abah, sembari menata warkop akhirnya aku ikut dalam obrolan karena abah juga mengenalkan ku dengan Jenaka. Setelah saling berkenalan kami lanjutkan obrolan sambil ngopi dan mengawali sore ini dengan cukup asik. Jenaka bisa dikatakan sebagai pemuda seumuranku, hanya saja ia tipikal orang yang asik, periang tanpa beban, gaya bicaranya santai dan logis. Seperti tersirat dari namanya "JENAKA" obrolan kata ke kata yang membangkitkan tawa, terbalut oleh ceritanya. Membuatku merasa terlarut dalam obrolan santai ini. Jenaka memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai dunia bisnis dan cara mengaturnya, terbukti dari bisnis sablon dan konveksinya lumayan bagus. Ia sempat bercerita kepada kami mengenai bisnisnya dari awal berdiri sampai sekarang, walaupun dari yang dikatakan ada sedikit penurunan omset, tetapi ia orang yang optimis akan tujuannya.

Ditengah obrolan batinku sempat menangkap ada sesuatu yang janggal menyelimuti aura Jenaka, ada semacam energi negatif yang muncul dan redup di sekitar tubuhnya, hanya saja aku masih ragu dan tak begitu ku gubris. Kemudian abah seperti memandangku tajam dan tersenyum, seakan tau kalau aku juga melihat kejadian barusan.

Obrolan kami berpindah dari bisnis ke pengalaman Jenaka sewaktu masih kuliah, ia bercerita sempat ada kejadian aneh saat tengah belajar meditasi di materi Pertunjukan Teater. Dalam dunia Teater memang seringkali di ajarkan tekhnik meditasi untuk memusatkan pikiran dan fokus, agar membantu sang aktor tenang sembari belajar memahami tubuh dan pikirannya. Jenaka pernah mengalami satu kejadian aneh saat ia sedang belajar meditasi di kamarnya,

Jenaka : Malam itu agak capek rasanya karena seharian latihan teater, tapi aku sempatkan meditasi sebentar sebelum tidur agar bisa lebih fokus hati dan pikiran. Aku memahami meditasi adalah untuk memperoleh ketengan batin dan pikiran.

Sampai pada malam itu aku mulai meditasi dengan suasana yang lumayan mendukung, diluar rumah juga tak ada suara yang mengganggu. Rasanya sudah mulai asik dan tenang, hanyut dalam meditasi, mencoba fokus dengan nafas dan mengalir apa adanya. Tiba-tiba ada rasa kantuk yang sangat berat, sampai di puncaknya tiba-tiba badanku serasa ringan dan pandangan di depanku terang sekali kemudian perlahan gelap kembali. Terpejam mataku fokus berganti pada suara sekitar, ada bunyi masuk perlahan ke rongga telingaku.

"Klinting..klinting..klitning"

Semakin terdengar jelas suara tersebut sehingga perasaan khawatir bergejolak di dalam benaku untuk ku lanjutkan atau tidak. Aku takut menggangu fokusku yang dimana sudah ku bangun dengan perlahan. Suara itu semakin keras membuatku ragu akan melanjutkanya. Perasaan merinding datang menggrogoti bagian leher belakangku. Aku putuskan untuk perlahan membuka mataku karena rasa penasaran yang menghambat. Tetapi lebih ke rasa takut, walau aku agak tak percaya dengan hal semacam itu. Ku buka mataku lalu beranjak dari tempat meditasiku, kuberanikan diri menuju sumber suara. Apa yang terjadi? ada sosok wanita berambut panjang terurai dan dengan gaun merahnya (daster). Tampak mengerikan dari belakang, maaf tapi ternyata itu ibuku sedang membuatkan kopi untuk ayahku, sepertinya dia sengaja dengan keras mengaduk kopi, sehingga menghasilkan suara "klinting klinting" duh, terngiang ngiang di kepalaku. Bukan sih, lebih tepatnya aku yang penakut. Maaf ya ini aku juga ceritakan, karena setiap meditasi kadang tidak selamanya berjalan mulus hehe. Lalu ku tinggalkan pemikiran itu dan mulai fokus lagi ke meditasi yang perlahan ku bangun kembali. Rasa kantuk mulai datang lagi, badanku serasa ringan seperti melayang. Sewaktu batinku bertanya-tanya, pandangan di depan kembali terang dan kulihat seperti ada panggung dengan sorot lampu di sudutnya. Ku coba menelusuri panggung dengan batin karena memang itu yang bisa dilakukan, ada banyak sekali kumpulan kertas yang hampir memenuhi panggung. Lalu aku hampir jantungan ada bisikan yang memintaku memilih peran dari salah satu naskah di panggung.

"Tentukan peran sesuai kata hatimu, carilah di antara di yang terpilih"

Dengan mengarahkan batinku, aku mencoba mencari-cari peran dan naskah yang begitu banyak di panggung. Ku baca dan ku pilih tapi tak ketemu juga, entah kenapa aku terus saja mencari sampai semua perasaan terbawa. Di ujung pencarian tiba-tiba terdengar kembali suara yang tadi, kali ini bercampur merinding karena aku melihat ada tangan menjulur ke arahku dan memberikan suatu benda seperti naskah,

"Berhentilah mencari naskah yang pernah kamu perankan. Apa kau mencari ini? aku juga mencarinya"

Kemudia aku tersadar dan rasanya masih belum percaya, merinding masih tersisa di sekujur tubuhku, lalu aku langsung tidur.

Abah Damar : Wah, ceritamu itu serem juga jenaka. Abah jadi ikut merinding apalagi bunyi "klinting klinting" itu. (abah melirikku lagi seperti memberi tanda)

Jenaka : Ya begitulah bah, itu sudah lama sekali tapi masih sering terbayang. Entahlah, dan biarlah. Aku cuma mau fokus bisnisku biar rame lagi. Aku susah percaya dengan hal-hal ky gt, tapi selama aku mengalami sendiri dan masih bisa di tarik logika ya jadi agak percaya. "Klinting klinting" itu mulai terngiang ngiang ya bah. Hehe

Aksa : Mas Jenaka ini orangnya pemberani juga ya dan saya salut dengan cara berfikir mas jenaka.

Jenaka : Ah, biasa saja mas. lagipula aku kalau ceritanya sama abah itu rasanya loosss mas, gak tau kenapa.

Aksa : (Aku kembali melihat ada kabut negatif muncul dan redup di tubuh jenaka dan seketika seperti tersambung ke tempat usahanya yg di selubungi kabut hitam, hanya saja masih samar-samar.
Ku coba untuk mendalami kembali dan kulihat ada mata merah memandang ke arahku dengan tajam, aku sampai hampir berteriak)
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close