Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

RUMAH MBAH (Part 5 END)


JEJAKMISTERI - Malam itu, sebelum tidur, aku hendak buang air kecil. Jam menunjukkan pukul 23.00 malam. Ibu dan mbah sudah tidur di kamar masing-masing.

Aku segera menuju kamar mandi yang ada di halaman belakang. Suasana nampak sunyi. Hanya ada bunyi serangga malam yang terdengar dari kejauhan.

Mulanya aku jadi ragu, tapi aku tak punya pilihan lain. Akhirnya dengan berat hati aku masuk ke dalam kamar mandi yang minim penerangan itu.

Tapi aneh, sejak aku masuk, aku merasa seperti ada yang berubah.

Suara serangga malam tiba-tiba menghilang, berganti dengan suara-suara berisik dari arah luar kamar mandi yang membuatku jadi sedikit terusik.

Akhirnya aku buru-buru menyelesaikan urusanku, lalu secepat mungkin keluar.

Tapi ketika pintu ku buka, aku sangat terkejut...

Diriku seperti ada di tempat lain! Tempat yang sangat asing, dunia serasa berubah..

Aku kaget.. panik !

Aku tak jadi melangkah, cuma diam di depan pintu kamar mandi yang setengah terbuka..

Lalu ketika aku ingin menutup kembali pintu dan masuk ke dalam, baru kusadari, bahwa diriku bukan ada di kamar mandi lagi, tapi ada di sebuah ruangan lain!

Aku sampai mengucek mata tak percaya dengan apa yang kulihat..

Aku coba untuk tetap menutup pintu dan kembali masuk, dengan harapan situasi bakal kembali seperti semula.

Namun setelah berkali-kali buka tutup, situasi tetap tak berubah. Aku tetap ada dalam sebuah ruangan kosong tanpa isi, tanpa penghuni..

"Ya Allah.. ini kenapa? aku ada dimana?

Rasa takut mulai menjalar, tubuhku gemetar, sejenak aku hanya bisa diam di dalam ruangan asing, tak tau harus berbuat apa.

Tiba-tiba kembali terdengar suara berisik dari arah luar. Aku makin takut.. Tapi juga timbul rasa penasaran dalam hatiku.

Lalu aku beranikan diri untuk sedikit membuka pintu, kemudian mengintip dari celahnya..

Astaga !!

Di luar sana, nampak berkeliaran mahluk-mahluk aneh dengan berbagai macam bentuk dan rupa, tapi yang pasti, semuanya menyeramkan!

Pocong..
Kuntilanak..
Raksasa berambut lebat..
Manusia setengah hewan..

dan banyak mahluk aneh lainnya nampak berkeliaran, bertebaran memenuhi segenap penjuru!

Persis seperti yang ada dalam mimpiku, namun kali ini berbeda, karena semuanya nampak sangat nyata.

Badanku langsung lemas, kakiku tak kuat berdiri, pintu segera kututup kembali, lalu duduk bersandar di belakangnya..

"Ya Allah.. Ini aku ada di mana?" batinku lirih kemudian mulai menangis..

Tanpa sadar, aku menangis sambil memanggil-manggil..

"Ibuuu... Mbaaaah... Tolong Sulis... Sulis takut...." teriakku di antara isak tangis.

Tapi ternyata, suara tangis dan teriakanku malah memancing perhatian mahluk-mahluk yang ada di luar sana.

BUUGGHH !!

BUUGGHH !!

terdengar pintu di gedor dari luar!

Aku panik! segera pintu ku kunci dari dalam.

Namun gedoran pintu makin lama makin keras!

Aku segera menjauh dari pintu..
Langsung meringkuk di salah satu sudut ruangan, sambil menangis ketakutan..

BRAAAKKKK !!!

pintu berhasil didobrak !!

Muncul sosok bertubuh besar berbulu lebat, menyeringai mengerikan memperlihatkan taringnya yang tajam.

Aku menjerit keras!

ketakutan setengah mati saat mahluk itu melangkah masuk mendekat..

Aku meronta sebisanya ketika mahluk itu menjambak rambut ku lalu dengar kasar ingin menyeret ku keluar!

Tapi tiba-tiba...

CRAAASSS...

Sang mahluk meraung keras ketika tangannya yang menjambak rambut ku putus!

Aku menjerit bercampur kaget, Tapi kemudian hatiku lega ketika melihat sosok laki-laki yang berdiri di dekatku..

Mbah hadir disitu dengan keris terhunus!

Rupanya tangan mahluk tadi putus oleh tebasan keris yang ada dalam genggaman mbah.

"Jangan berani-beraninya kau menyentuh cucuku!" Teriak mbah sambil mengacungkan kerisnya!

Mahluk menyeramkan itu langsung berbalik pergi ketika melihat mbah seperti akan kembali menyerang..

"Mbah, Sulis takut mbah!" Teriakku ketakutan langsung memeluk mbah.

"Iyo nduk.. ayo, kita mesti segera keluar dari tempat ini.." Jawab mbah coba menenangkan.

"Sekarang kamu merem.. Jangan membuka mata sebelum mbah suruh.." Perintah mbah sambil menggenggam tanganku.

Aku pun segera menurut. Langsung memejamkan mataku rapat-rapat.

Lalu terdengar mbah seperti membaca mantra-mantra persis di hadapan wajahku.

Tak lama kemudian terasa angin dingin berhembus menerpa...

Lalu suasana mendadak berubah sunyi, kemudian sayup-sayup kembali terdengar suara-suara binatang malam yang bersahutan dari kejauhan.

"Sudah nduk, kamu boleh melek sekarang.." Terdengar suara mbah kembali memberi perintah.

Perlahan aku membuka mata..

Ajaib !

Kini diriku telah kembali berada di halaman belakang rumah mbah, hanya sekitar beberapa meter dari kamar mandi..

Tapi kemudian mendadak kepalaku terasa pusing. Pandangan mataku serasa berputar-putar.

Akhirnya aku pun pingsan...

-------------

Kembali aku terbangun di dalam kamar. Nampak ibu duduk di sampingku dengan wajah yang sangat khawatir.

"Ibuuuu... Aku bangun dan langsung memeluk erat ibu sambil menangis.

"Ya Allah lis.. Kamu nggak apa-apa nduk?" ujarnya sambil mengusap-usap pipi dan wajahku.

"Iya bu, Sulis nggak apa-apa.." Jawabku dengan terisak-isak.

Lalu kemudian datang mbah dengan membawa segelas air putih.

"Minum dulu nduk, biar kamu lebih tenang.." ucap mbah sambil menyodorkan gelas.

"Itu tadi Sulis ada di mana mbah? Tanyaku sesaat setelah meminum habis air putih dalam gelas.

Mbah tak langsung menjawab. Dia nampak ingin mengutarakan sesuatu, tapi seperti ada keraguan dalam dirinya.

"Dengar nduk, mbah mau cerita.. Tapi kamu jangan kaget atau takut saat kamu tau apa yang sebenarnya terjadi dengan dirimu..

Aku mengangguk. Terlihat keseriusan dari wajah mbah. Lalu setelah mbah lihat aku mulai tenang, beliau pun memulai sebuah cerita panjang..

"Jadi begini nduk, saat kamu sakit waktu itu, rupanya indra ke enam mu mulai terbuka, kamu jadi bisa merasakan dan melihat apa yang orang lain tak bisa lihat.."

"Maksudnya, Sulis jadi bisa ngeliat setan mbah?" Tanyaku penasaran.

"Iya betul.. ternyata kamu juga mewarisi bakat yang dimiliki mbah buyutmu, yang nurun ke mbah, dan ternyata kamu juga.." Jawab mbah.

"Waktu itu mbah coba untuk kembali tutup, karena mbah khawatir kamu ketakutan karena belum siap. Tapi ternyata sia-sia, bakat mu terlalu besar untuk di halangi.." ujar mbah lagi.

"Akhirnya kamu mulai merasa seperti sering diganggu mahluk halus, padahal jauh sebelumnya mereka sudah ada di sini, tapi dulu kamu belum bisa merasakan, apalagi sampai bisa melihat mereka.."

“Ya Allah.. Tapi kenapa mahluk sebanyak itu bisa ada di sini mbah?" tanyaku kurang puas.

Mbah tersenyum. Lalu kemudian dia kembali menjelaskan panjang lebar..

"Dulu, wilayah ini merupakan hutan belantara yang angker. Lalu datang mbah buyutmu, mbah Sutowijoyo beserta beberapa muridnya, berniat ingin menetap di sini..

"Mbah Sutowijoyo sengaja memilih tempat ini karena di sini tanahnya paling subur dan sumber airnya bagus.."

"Tentu saja bukan perkara mudah, karena di sini banyak demitnya. Tapi mbahmu tak pantang menyerah, semua demit coba dibabat habis.."

"Namun karena jumlahnya terlalu banyak, akhirnya mbahmu memutuskan untuk mengumpulkan dan mengunci mereka di satu tempat, ya di sini, di atas tanah ini. Tepatnya di belakang rumah.."

"Lalu beliau sengaja membangun rumah persis di atasnya, agar dia bisa mengawasi gerak-gerik mereka.."

"Dan sebagai jaminan, rumah ini dipagari oleh mbahmu, supaya para demit itu nggak akan bisa keluar lagi, sehingga tidak akan mengganggu warga yang lain.."

"Ya ampun mbah.. itu beneran? Kok seperti cerita-cerita dongeng.." Sahutku setelah mendengar kisah dari mbah barusan.

"Ya beneran nduk, masa mbah ngarang? apa yang selama ini kamu lihat dan rasakan, itu semua nyata, kamu sendiri tanpa sengaja masuk ke alam mereka, untung mbah cepat datang.." Balas mbah.

"Tapi jangan khawatir, nanti mbah pagari kamu supaya mereka nggak bisa ganggu.." sambung mbah lagi.

"Tapi maaf, mbah nggak bisa nutup mata batinmu, mulai saat ini, kamu mesti terbiasa dengan kehadiran mereka. Yang penting, mereka nggak akan bisa ganggu kamu, apalagi sampai menyakitimu.."

"Tapi Sulis takut mbah.." Aku membalas dengan nada memelas.

"Jangan takut, nanti mbah ajari bagaimana cara menghadapi mereka, kamu pasti bisa, karena kamu memang memiliki kelebihan.." Jawab mbah sambil tersenyum.

"Mbah sebenarnya bisa saja pergi dari sini, tapi tanggung jawab ini terlalu besar untuk ditinggalkan, mbah takut kalau sampai pagar gaibnya runtuh, akan menimbulkan malapetaka bagi warga kampung ini.." Jelas mbah lagi.

Aku terdiam. Semua rahasia yang menyelimuti diriku dan rumah ini akhirnya terkuak. Dan diriku masih coba mencerna dan menelan semua kenyataan yang baru saja aku ketahui.

Akhirnya sejak saat itu, sedikit demi sedikit aku mulai belajar menerima kenyataan bahwa aku harus hidup berdampingan dengan mereka.

Dan berkat bimbingan dan sejumlah pelajaran ilmu kebatinan dari mbah, membuatku makin mudah untuk menghadapi semuanya.

Kini setelah sekian lama, akhirnya aku mulai terbiasa. Aku sudah tak sungkan lagi berbagi kamar mandi dengan hantu wanita berpunggung bolong itu. Mau gimana lagi?

Aku sekarang cuma bisa tersenyum geli saat bocah botak bertelinga lancip coba mengintip dari samping tempat tidur. Kadang malah aku yang usil, sekali mataku melotot, dia langsung hilang ketakutan..

Aku tersenyum sinis ketika sang mahluk besar berbulu lebat bertangan buntung cuma bisa menatap marah penuh dendam, namun tak mampu mendekat.

Kuntilanak yang beterbangan dari pohon ke pohon di depan rumah, sudah menjadi pemandangan rutin hampir setiap malam.

Ketika pocong kumal berwajah gosong berdiri menghalangi pintu, aku bukannya takut, tapi malah mendekat lalu menghardik..

"Minggir !

Dia pun langsung melompat memberikan jalan agar aku bisa lewat...

Entah sampai kapan aku menjalani kehidupan yang luar biasa ini.

Tapi aku ikhlas..

Ku anggap ini semua sebagai takdir yang harus kuterima dengan lapang dada..

Kini setelah berpuluh tahun berlalu, aku masih bertahan di rumah ini. Aku juga telah berkeluarga dan memiliki 3 orang anak.

Segalanya telah berubah, tapi tidak dengan rumah ini. Mbah yang telah lama wafat, meninggalkan tanggung jawab besar di pundakku.

Aku tak keberatan, sebisa dan selama aku sanggup, akan ku jaga dan kurawat warisan peninggalan leluhurku ini.

Masih sering kurasakan kehadiran Mbah di sampingku. Dia seakan selalu ingin mendampingi cucu-cucunya untuk menjaga rumah ini.

Namun kini muncul suatu kekhawatiran dalam hati, siapa yang akan meneruskan tongkat estafet mulia ini?

__________

Malam itu aku yang sedang bertirakat di kamar, dihampiri oleh anak bungsuku Rizki yang datang mendekat lalu bertanya..

"Ibu, itu siapa mbah yang ada di samping ibu?" Tanya bocah lelaki usia 5 tahun itu...

Aku kaget, tapi kemudian tersenyum...

------SELESAI------

Terima kasih telah menyimak cerita ini, semoga kita semua dapat mengambil hikmahnya...

*****
Sebelumnya

close