Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Santri Edan (Part 3)


JEJAKMISTERI - Hari ke 3
Ngomongin soal mimpi basah sewaktu ngedan dengar dari cerita temen-temen yang lain pada lucu-lucu, ada yang seminggu bocor sampai 5x, ada yang ngimpi ketemu raisa terus bocor, ada yang ngedannya berduaan eh kok ya pas bangun tidur dua-duanya sama bocor hhhh, padahal biasanya itu ulah jin-jin macam kunti bisa juga siluman ular, bahkan sampai iblis perempuan, gambaran mimpi ya biasanya cantik-cantik tapi itu hanya tipuan saja, aslinya malah menyeramkan, kalau ruhani seseorang tinggi cahaya akan mengeluarkan cahaya yang melewati kayangan, salah satu raja kahyangan bisa menyuruh salah satu putrinya untuk turun ke bumi menemuinya dalam mimpi.

Sesudah subuh kulanjutkan perjalanan, hari ini kuniatkan puasa agar lebih konsentrasi mengingat Allah dan melatih menahan nafsu, kulihat daerah ini tertulis bernama "padangan", jalannya cukup lebar dan lurus, hingga pengendaranya pada ngebut ngebut, arah yang kutapaki ini menuju Ngawi, jalan dan terus berjalan hingga matahari mulai terasa panas, aku istirahat dipinggir jalan aspal yang tepinya cor-coran, menjemur celana pendek yang masih basah, celana ini tipis jadinya cepet kering, ku beli seharga tujuh ribu waktu dikampung ada orang yang jualan keliling mobil pickup, padahal awalnya si penjual ngasih harga 20 ribu, eh ya emang temenku pintar nawar, yang awalnya 20 ribu dapat satu ditawar jadi dapat tiga, sadiss!.

Sambil duduk santai, melihat sawah yang membentang, menikmati sentuhan sinar matahari yang terasa hangat hangat panas dan melihat sibuknya lalu lalang kendaraan.

Aku mulai terbiasa dengan laku edan ini, bayangan tempat majlis terasa sangat jauh, dan tidak terpikirkan untuk kembali, soalnya ada salah satu santri baru lima hari ngedan gak kuat terus pulang ngojek hhh.

Aku mulai tenggelam dalam dunia baru ini, dunia yang tidak pernah terpikirkan sama sekali selama hidupku, sebelum membaca kisahnya Kyai Guru, dunia yang berlawanan kebiasaan orang umum, ketika orang-orang ingin dipuji, ingin kemuliaan dan kehormatan didepan manusia, selalu ingin dianggap akan keberadaannya, dan benci akan hinaan, dijelek-jelekkan dan direndahkan. ini malah sebaliknya, berusaha untuk rendah diri dihadapan manusia, tidak ingin dia anggap, mencari kehinaan. Namanya juga orang gila akan sangat terlihat lucu jika ingin dimuliakan, juga orang gila sudah pantas dipandang hina dan rendah secara umum.

Orang-orang sufi jaman dulu malah ada yang membayar seseorang untuk menjelek-jelekan dirinya dipasar, itu untuk melatih merontokkan egonya. Aku juga ingat tausiah Kyai Guru, tentang salah satu cara meraih atau menaikan derajat langit kita disisi Allah, yaitu menerima jika dijelek-jelekan dan difitnah. Aku sendiri belum seutuhnya bisa untuk itu, karena Tingginya egoku dan kotornya hatiku. Aku sedang belajar dan berusaha karena lelaku ini salah satunya yaitu latihan menjadi hina dihadapan manusia. Belajar mengakui bahwa kitalah yang rendah dan Allah lah yang maha tinggi,. Kita sering mengucap Allah maha tinggi, akbar, mulia, suci dan sifat-sifat Allah yang lain, tapi kita sendiri masih merasa tinggi, mulia suci dan merasa besar. Benci bila direndahkan, padahal itu ternyata sifat iblis, iblis sebelum dilaknat adalah ciptaan Allah yang taat beribadah bahkan sempat menjadi pemimpin para malaikat dan menguasai perpustakaan langit, tapi dilaknat karena tidak mau sujud (menghormati) adam, karena adam diciptakan dari tanah dan iblis diciptakan dari api, adam juga baru saja diciptakan sedang iblis sudah lama diciptakan, ibaratnya gengsi sama anak kemarin sore, jadi iblis merasa lebih baik lebih tinggi dari adam, jadi kok kita merasa lebih tinggi, merasa mulia dari orang lain bisa dipastikan ada cucunya atau anteknya iblis didalam tubuh kita.

Flashback ketika awalku datang ke majlis, disitu ada seorang pemuda mungkin umur 17 tahun sedang mencorat coret sebuah seragam SMA dan santri lain ikut membantu mencorat coret, aku mendengar percakapan para santri bahwa akan menjalani laku ngedan,

"Ngedannya itu nanti berapa lama mas?" Aku nimbrung percakapan karena penasaran dan excited,

"Seratus hari mas" Jawab mas santri yang mau ngedan,

"Oh.." Aku memperhatikan

"Kalau mau ngedan itu apakah ada syaratnya kah mbah ngawi?" Tanyaku pada seseorang disebelahku namanya mbah Ngawi karena beliau orang ngawi, jadi sering dipanggil mbah ngawi

"Ada, syaratnya boleh ngedan kalau sudah menjalankan puasa tingkatan 21 hari dan 41 hari, ngedan itu juga ada tingkatanya, pertama ngedan 21 hari, 41 hari selanjutnya 100 hari sampai 7 bulan," Jelas mbah Ngawi,

"Oh.." Balas ku merasa tertantang.

Dan lelaku ngedan yang kujalani saat ini hanya 21.
*flashback end

*****

Kelanjutan perjalanan, berjalan dan terus berjalan, seperti biasa ditemani panas matahari, panas aspal dan tenggorokan yang kering keronta, kadang aku memunguti makanan yang masih layak makan dipinggir jalan untuk bekal buka puasa nanti sore, sempat berpapasan dengan orang yang sudah tua, keliatannya si dia agak gila, saat berpapasan kuberi dia pisang yang kudapat dari nasi berkat yang diberikan orang tadi malam, dan dia menerimanya, mungkin ini bisa dibilang "solidaritas orang gila" hehehe, jam 11 siang lebih sampai disebuah masjid bernama "al-iklas", berdiam di masjid itu sampai bakda ashar,

Kelanjutan perjalanan, kulihat nama daerah itu namanya "Ngraho", jalannya lebar, melewati sebuah pasar-pasar dan setelah itu kulihat daerah situ banyak kerajinan kayu, bekas akar-akar pohon disambung sambung hingga membentuk kuda, ada yang diukir menjadi sebuah bentuk sekumpulan ikan dll, sungguh kreatif.

Perjalanan sampai magrib dan akhirnya buka puasa, (aku sudah lupa buka dengan apa) di sebuah masjid kecil pinggir jalan, magriban dan wirid disitu, imamnya terlihat masih muda, pas wiridan disitu kalau ada truk besar lewat rasanya seperti gempa karena getarannya, setelah selesai wiridan sejenak aku nyantai di teras masjid sambil makan-makan, kudengar percakapan bapak-bapak yang membahas tentang bencana longsor, dan orang yang tenggelam tak terselamatkan, lanjut isa'an dan wiridan diemper masjid,

Setelah selesai aku mencari tempat yang cocok untuk ku istirahat, berjalan dan berjalan tapi tak ku temuii juga yang cocok, karena penerangan di daerah situ kurang, hingga aku berjalan disebuah tanjakan tinggi yang sangat gelap gulita bahkan jalan tidak kelihatan, sebelum berjalan ditanjakkan itu sempat ada beberapa anak muda yang nongkrong yang memperhatikan. Pas ditanjakan ini sempet kaget juga karena disebelah ku ini ada cahaya jatuh gak taunya ternyata banyak kunang-kunangnya, aku terus mendaki tanjakan itu berharap ada pemukiman yang cocok untukku istirahat, tak disangka didepan tanjakkan ini hanya hutan saja, waduh.., sunyi dan sepi terasa mencekam, perasaanku benar-benar campur aduk, depan kanan kiriku ini tidak bisa kulihat hanya kegelapan, aku hanya melihat langit sebagai petunjuk jalan, kadang terbantu satu dua kendaraan-kendaraan yang lewat, hingga keliatan jalannya yang berkelak kelok, disiini aku berjalan sangat ngebut meski jalan tidak terlihat, sambil bersholawat dan berdoa dengan ijin karomah guru jika ada setan yang mengganggu terbakar, jujur saja aku sendiri orangnya sangat penakut.

Hingga suatu ketika saat berjalan ditengah kegelapan jalan yang ditengah hutan ini ada kendaraan berpapasan, kakiku keluar dari aspal dan tak taunya diluar jalan" Jleb..jleb..jleb..jleb... Ahhh.." Duri duri menusuk nusuk kaki kiriku, waduh.., aku coba mengambil duri sekenanya, masih ada duri yang masih nancap di telapak kakiku, dan aku terus berjalan dengan terpincang-pincang karena hanya tepi telapak kaki sebagai pijakan dan harus menahan sakit, sambil mengikuti langit yang tak sepenuhnya ditutupi oleh pohon kanan kiri jalan, kadang langit tertutupi oleh awan semakin membuatku jadi tidak bisa melihat apa-apa, wah kok ya begini amat.

Akhirnya ketemu juga dengan sebuah pemukiman kecil dengan penerangan yang kurang, aku mencari tempat untuk ku istirahat tapi kok ya tetap masih tak ada, aku terus berjalan lagi tak taunya di depanku hutan lagi walah-walah.. Nasib.. Nasib.. Ditengah perjalanan dipemukiman kecil itu sempet aku melihat plang bertuliskan "pusekemas margomulyo 6 km", itu membuatku jadi harapan bahwa didepan sana ada pemukiman yang bisa untuk aku istirahat, akhirnya setelah jauh berjalan, sampai juga dipemukiman yang penerangan nya cukup dan aku istirahat di depan sebuah toko besar yang sudah tutup, dan tiduran disebuah kursi panjang. Didaerah itu sudah sepi dan hampir tak ada kendaraan yang lewat ntah sudah jam berapa dan ntah sudah seberapa jauh dan lama aku berjalan di malam ini, sungguh sangat melelahkan dan menakutkan, mungkin ini pengalaman terekstrim sepanjang hidupku, jika kuingat aku berjalan mulai habis subuh tadi, lumayan jauh juga.

Ku coba mengambil duri yang masih menancap, ada yang bisa kuambil tapi ada dua duri yang sudah terlanjur masuk ke dalam hingga tak bisa kuambil, mungkin karena pijakanku saat berjalan hingga duri semakin masuk kedalam, aku rebahan di kursi panjang dan tidur..

"Brak.." belum lama tidur ternyata ada mobil di depan toko,

"Maaf mas numpang istirahat" aku terbangun dan berkata pada mas-mas yang keluar dari mobil,

"Hehe ya mas silahkan" jawab mas itu melewati ku yang sepertinya sedang sibuk masuk ke dalam rumah samping toko,

Alhamdulillah agak lega, khawatir diusir karena aku benar-benar kelelahan, kutunggu orang itu sampai pergi kembali dan kembali tidur,

Kejadian malam ini kuambil pelajarannya, kegelapan lah yang membuat ketakutan, keresahan dan kegelisahan. Seperti hati yang dikuasai oleh gelapnya nafsu, dan begitu pentingnya juga sebuah cahaya meskipun kecil tapi bisa menjadi petunjuk akan perjalanan hidup di dunia ini yang dengan kepalsuan nikmat yang sementara, gelapnya nafsu yang tak pernah habis untuk dituruti dan dipenuhi, hingga mata hati menjadi buta.

Kita sering memasang target duniawi tanpa ada niatan untuk mendukung hal yang bernilai ibadah, bila tercapai akan memasang target-target baru, dikejar dengan penuh kelelahan dan bila tak tercapai akan setres, segala macam akan dilakukan menghalalkan segala cara, bahkan ada yang membunuh dan tak peduli apapun asal terpuaskan nafsunya, tanpa disadari kita sudah menjadikan nafsu sudah menjadi tuhan, lupa akan arti diciptakan hidup didunia menjadi hambanya Allah,.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya

close