Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Santri Edan (Part 7)


JEJAKMISTERI - Hari ke 7
Adzan subuh berkumandang, memulai hari baru yang besok akan berpredikat hari kemarin, kemudian bisa jadi seminggu yang lalu, setahun yang lalu, sepuluh tahun yang lalu, bahkan jika nanti sudah di alam setelah kematian berpredikat suatu hari ketika aku masih hidup,

Yang lalu telah berlalu, Yang sekarang terjadi akan berlalu, Dan yang akan datang juga akan berlalu, Waktu terus berjalan dan tak kan kembali lagi, Dunia terus bergerak, Meskipun hanya berdiam diri, Begitu naifnya manusia, Menghentikan denyut nadi sendiri sebentarpun tak bisa, Apalagi mau kembali ke masalalu, Untuk kembali ke masa-masa indah atau memperbaiki kesalahan, Di detik sekarang ini akan menjadi masalalu di masa depan nanti, Setiap kejadian hanyalah kejadian, Menjadi bernilai tidaknya, Tergantung dari kita mengambil pelajaran dari kejadian, Untuk menjadi dewasa.

Tidak terasa sudah hari ke 7, telapak kaki jadi menebal khususnya kaki yang kanan, rambutku yang panjang mulai terasa tebal dan menggimbal, badanku yang kurus makin kurus, kulitku yang item makin item, dan aku yang gak ganteng makin gak ganteng (dibaca: jelek parah..), aku adalah seorang pemuda umur 22 tahun yang dua bulan lagi nambah umur, tinggi ku 166 cm dan berat badanku biasanya si sekitar 49-50, yah memang terbilang kurus.

Aku sholat shubuh masih di masjid yang sama, setelah wirid kelanjutkan perjalanan, baru mulai jalan ada seekor biawak ditengah jalan yang tidak bisa jalan karena habis ketabrak motor, ku geser pakai kaki biawak itu di selokan samping yang airnya lumayan deras, kembali berjalan sampai sekitar 15 km tiba di pasar mantingan, aku nyari masjid karena kebelet dan ngisi air wudhu dibotol aqua yang kubawa, kemudian lanjut perjalanan terlihat ada gapura perbatasan provinsi jawa Tengah jawa Timur, kemudian beberapa meter kedepan ada sebuah candi di sebelah kanan kiri jalan, ada seseorang yang manggil,

"Mas.....!!!" Teriak orang seberang jalan memanggilku sambil menawarkan satu botol aqua,

Akupun nyebrang menghampiri orang itu,

"Duduk dulu disitu mas ngobrol" Ajak orang itu

Akupun ngikutin orang itu,

"Ini mas saya mau minta warisan" Pinta orang itu,

"Warisan apa ya..?" Tanyaku heran orang gila kok dimintai warisan

"Warisan yang didapat selama mas jalan"

Orang itu tau kalau aku sedang lelaku, tapi ngiranya lelaku ku ini buat nyari barang-barang klenik,

"Yang kudapat selama jalan ini ya ini mas, setidaknya sebuah iman akan tawakal pada Allah, siapa yang berserah diri kepada Allah, Allah akan menanggung-nya, saya berangkat tanpa bekal tanpa meminta-minta, dikasih uang juga harus disedekahkan, nyatanya juga masih hidup hehe, juga yang kudapat dari perjalanan ini bagaimana hasil jika berprasangka yang baik saja pada Allah" Jelasku malah tausiah,

"Oh gitu ya mas, apakah selama jalan ini sering ziarah ke kuburan-kuburan?"

"Nggak mas"

"Ini mas disebelah rumahku itu ada kuburan keramat katanya si kuburan seorang wali, tiap malam jumat ramai ada yang bawa sesajen-sesajen gitu mas, aku juga sering membersihkan kuburan itu karena ada disamping rumahku, kalau pendapat mas gimana?"

"Wah gimana ya, sebenarnya makam para Kyai ataupun wali itu ingin dipindah tempatnya yang lebih sepi dari peziarah dikarenakan para peziarah itu bukan mendoakan atau berterimakasih pada ahli kubur karena atas jasa-jasa perjuangan beliau-beliaulah islam iman bisa sampai kita nikmati, tapi kebanyakan malah meminta pada ahli kubur hingga jin siluman iblis fasik pada mbonceng apa yang dihajatkan sewaktu minta ditempat kubur,"

"Oh gitu ya mas, ya dah mas terimakasih atas waktunya, silahkan saja kalau mampir rumah saya di desa itu, nama saya roy (nama samaran aku sendiri juga sudah lupa namanya hehe) orang kampung pada kenal saya semua, itu guru saya dibelakang candi mas",

"Ya mas, terimakasih juga untuk aquanya" Ku tengok belakang candi dan kulihat memang ada seseorang yang terlihat seperti orang keilmuan, dan aku lanjut jalan.

Kulanjutkan perjalanan seperti biasa dengan masih melewati persawahan desa-desa dan teriknya matahari dengan kaki yang cenat cenut, hingga waktu dzuhur, sebelumnya aku nemuin sebuah kayu untuk kujadikan tongkat, aku dzuhuran disebuah masjid yang memasuki gang desa, kulihat ini seperti masjid tua, masjid sudah sepi kulihat jam menunjukkan jam 1 siang, setelah sholat dan wirid aku sejenak nyantai meluruskan kakiku yang terasa kaku, ada seseorang datang mendatangiku

"Sedang lelakon ya mas?"

"...." Aku hanya senyum saja melihat bapak itu yang keningnya menghitam

"Ikut tarekat apa mas?"

"Torekoh Qodiriyah Naqsyabandiyah Syatariah pak"

"wah 3 tarekat"

"Ya gitulah pak"

"Nanti kalau lewat sana mampir ke masjid... Ya mas"

"InsyaAllah pak" Jawabku kurang maksud dengan masjid yang disampaikan bapak yang jidatnya hitam tersebut.

Aku berada dimasjid itu sampai ashar kemudian lanjut perjalanan hingga hampir magrib sampai kota sragen, lumayan ramai, jalan di trotoar begitu banyak orang, melewati pasar melewati alun-alun, dan magrib sampai sebuah masjid yang bernama masjid raya al falah, dimasjid itu ada kopi dan teh sepuasnya bagi pengunjung masjid, ntah dah berapa gelas aku ngopi dan ngeteh dimasjid itu, sesudah Isya aku keluar dari masjid tersebut, aku bingung nyari tempat buat tidur karena habis hujan tempat-tempat pada basah, dan kulihat jalanan juga masih ramai aku ingat bahwa malam minggu, banyak komunitas motor CB pada bolak-balik, akhirnya aku balik lagi ke masjid utk dzikiran, sampai tengah malam ada tahajud berjama'ah, aku ikutan sholat jamaah, tapi surat bacaan sehabis fatekah suratnya Al Baqarah, beh lamanya.., tapi suratnya dibagi kayak 3 atau 4 kali solat aku cuma ikut sekali sholat, kulihat ya pada makmum pada mundur juga satu persatu.

Hari ke 8
Paginya, bakda subuh di masjid ada acara pengajian, aku mojok dzikiran, setelah selesai itu aku nyantai di samping masjid, kemudian ada orang masjid yang memberi makan acara pengajian, aku yang niatnya sudah mau puasa akhirnya gak jadi puasa.

Setelah selesai makan kulanjutkan perjalanan menuju solo, berjalan dan terus berjalan melewati rumah-rumah persawahan hingga akhirnya sore hari sampai di flyover palur sukoharjo kemudian mencari masjid untuk magriban, ketemu sebuah masjid kecil bertingkat bernama masjid Mutaqien, sebebelum masuk masjid ganti baju tiba-tiba ada seorang pemuda yang habis beli makanan memberi uang 10 rb yang kemudian kumasukan di kotak amal masjid.

Selesai sholat aku lanjut perjalanan, hari mulai gelap lalu lintas masih ramai dan masuk kota solo, terlihat pohon-pohon besar dan melewati makam pahlawan yang terkesan horor bagiku waktu itu.

Kemudian jam isa' tiba bingung nyari masjid hingga masuk gang-gang warga, setelah menemukan masjid seperti biasa orang-orang menatapku dengan aneh, selesai itu aku kembali ke jalanan kota, terlihat ada warung yang sedang menayangkan pertandingan bola yaitu MU, kulihat sekilas, skornya dalam MU kondisi kalah..

Jalan dan terus berjalan mengikuti plang arah semarang semaleman di kota solo yang sangat ramai, didalam keramaian ini kadang nyeplos nyanyi sepenggal lagunya dewa "didalam keramaian aku masih merasa sepi, sendiri memikirkan kamu.., kau genggam hatiku dan kau tulis namamu". Kulewati gedung-gedung mall hotel, perumahan elit, bangunan tua, alun-alun dan keraton hingga melewati jalan adisucipto, dan beristirahat rebahan mengistirahatkan kaki yang berjalan seharian disebuah trotoar samping sebuah spbu perempatan manahan, menatap langit memikirkan keAgungan Tuhan.

*****
Sebelumnya

close