Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LELUHUR KERAJAAN PURBA (Part 16) - PESAN PENTING EYANG DHARMAWANGSA, JENAKA BERTEMU LELUHURNYA


PESAN PENTING EYANG DHARMAWANGSA, JENAKA BERTEMU LELUHURNYA

Sambil mendengarkan aku seperti melihat sosok yang ku kenal, lebih kagetnya ia seperti menatapku. Hatiku bergetar, merinding dan campur aduk rasanya. Sosok itu berdiri di atas bukit melihat orang-orang sedang berperang, ia seperti menatap sedih dan kembali manatapku, 

Itu kan eyang.. Mataku berbinar sampai berlinang air mata, Eyang Dharmawangsa...

*****

JEJAKMISTERI - Eyang Dharmawangsa menatap sendu kearah kerumunan orang yang sedang berperang, dari jaman sebelum masehi sudah ada peperangan, perebutan wilayah, sampai tak jarang membuat peradaban yang sudah tertata rapi menjadi porak poranda. Eyang adalah sosok pertapa sekaligus penasehat suatu kerajaan, hanya saja tidak boleh di publikasikan mengenai detailnya.
Kemudian sosok bercahaya kembali melanjutkan penjelasannya, seperti sedang mendengarkan dakwah hanya saja temanya sejarah.

Sosok Bercahaya : Setiap jaman memiliki perannya sendiri, begitu juga setiap tokoh yang ada di dalamnya. Dari Para Pertapa, Raja-Raja, Para pujangga, Peramal, bahkan rakyat biasa sudah memiliki tugasnya sendiri di dunia ini. Tak perduli ia terlahir sebagai pahlawan atau penjahat, orang sakti atau orang biasa, status dan strata dalam kehidupan, semuanya sudah digariskan olah sang Hyang Widhi, Sang Hyang Tunggal, Tuhan Yang Maha Esa.

Tak ada satupun dari kami yang berani melihat sosok tersebut, semua hanya bisa tertunduk khusuk mendengarkan. Semakin lama semakin teduh rasanya, kemudian gambaran berganti menjadi era pembangunan kerajaan, ada candi-candi yang ku kenal dan cukup familiar. Kulihat Eyang Dharmawangsa masih berada di tempatnya, berdiri dengan kewibawaan yang sangat teduh sembari mengucapkan kata-kata seperti orang berdzikir. Setelah beberapa saat sosok bercahaya tersebut mulai menghilang dan berpesan kepada kami.

"Jagalah bumi semesta ini, warisi semangat dan perjuangan para leluhur dan ingat akan sang pencipta. Dunia ini terbagi menjadi banyak dimensi, dihuni oleh manusia dan makhluk tak kasat mata. Semuanya adalah makhluk ciptaan Sang Hyang Tunggal, segala ilmu dan pengetahuan adalah miliknya semata, syukuri apa yang telah kalian miliki. Tugas kalian adalah untuk menjaga dan mewarisi, ilmu yang kalian miliki memang lebih dari manusia biasa, jangan sombong terhadapnya karena ini hanyalah titipan untuk nantinya dipertanggung jawabkan. Pergunakanlah untuk membantu sesama dan jangan pernah meminta imbalan"

Tiba-tiba Jenaka seperi meneteskan air mata, aku dan Nyai sempat saling tatap karena kaget dengan kejadian ini.

Abah : Jenaka sedang hanyut kedalam masa lalunya, kemudian tanpa disadari ia melompat ke masa depan, ini membuat gejolak hatinya tidak stabil. Coba kalian lihat gambaran disana, ada sosok seperti seorang raja yang tak asing bukan?

Aksa : Kalau tidak salah beliau yang kita temui dulu ya abah, yang sempat masuk ke gelang tasbihku? Leluhur Jenaka?

Aksa : Benar Nak Aksa, beliau adalah leluhur Jenaka. Melalui batin mungkin mereka sedang berkomunikasi, ini adalah titik temu antara Jenaka dan Leluhurnya. Hanya saja mungkin masih melalui sebuah pesan dan abah yakin dalam perjalanan nanti Jenaka akan bertemu leluhurnya secara langsung.

Di dalam gambaran, sosok leluhur Jenaka sangat gagah, sosok Raja yang tegas berwibawa tapi tutur katanya ramah Khas leluhur Sunda. Beliau dijaga beberapa Panglima kerajaa dan sosok Ghaib hewan mitologi yang besar. Ada seperti burung bersayap besar di atasnya, kemudian ada seperti naga dan beberapa macan kumbang. Hampir semua makhluk Ghaib itu memakai seperti mahkota yang mirip peci. Sepintas leluhur Jenaka seperti sedang tersenyum kepada Jenaka dan mengulurkan tangannya, dari tangan tersebut muncul cahaya yang kemudian masuk kedalam tubuh Jenaka.

Abah : Kau lihat Nak Aksa, itu adalah ilmu leluhurnya yang masuk, hanya saja masih akan aktif bila Jenaka sudah benar-benar siap.

Kemudian sosok tersebut menghilang, cahayanya berpendar kepada kami, ada semacam hawa sejuk yang masuk melalui kepala dan menyebar keseluruh tubuh.

Abah : Nak Aksa, yang baru saja terjadi adalah karomah dari beliau. Kamu tak perlu tau siapa beliau, hanya saja beliau adalah salah satu leluhur yang menjadi wali sepuh untuk nusantara ini. Apa yang baru saja masuk ke tubuhmu belum saatnya kamu ketahui, suatu saat akan kamu sadari sendiri keberadaanya. Begitu juga dengan jenaka.

Aksa : Baik abah, rasanya memang berbeda, yang masuk ke tubuhku tadi seperti saat kalacakra dari eyang masuk tapi kali ini lebih luar biasa rasanya.

Nyai Sekar : Suatu saat bila memang tubuhmu sudah singkron maka akan terkoneksi dengan sendirinya, perbanyaklah berlatih meditasi.

Di tengah pembicaraan tiba-tiba muncul sosok Eyang Dharmawangsa di depan kami.

Eyang Dharmawangsa : Dhamar Sasmitha, Sekar, pada akhirnya kalian menepati janji untuk mengantarkan cucuku sampai disini, bertemu denganku dalam wujud utuh seperti ini. Semoga Sanga Hyang Widhi dan Semesta senantiasa merestui niat baik kalian.

Abah : Sudah menjadi tugas dan sumpah kami eyang untuk menjaga keturunan sekaligus menepati janji mengawalnya sampai pada titik yang sudah ditentukan.

Nyai Sekar : Benar Eyang, Nak Aksa adalah keturunan yang sudah digariskan untuk menerima ilmu dan pengetahuan dan mengemban tugas besar. Dari perjalanan yang masih awal ini, kami sudah cukup melihat kesungguhan serta keteguhan hatinya. Apalagi saat ini sudah muncul sahabat yang akan menemani perjalanannya kelak, sahabat yang sudah digariskan pula.

Eyang Dharmawangsa : Terima kasih sudah menjaga dan mendampingi proses cucuku ini. (aku hanya bisa tertunduk mendengarkan pembicaraan mereka). Untuk anak ini (mununjuk Jenaka) telah digariskan sejak awal untuk menjadi pendamping perjalananmu cucuku. Cucuku... Walaupun dia tidak sebaik dirimu dalam hal spiritual, tapi dia lebih darimu dalam hal akal dan logika. Nantinya kalian akan seperti hukum alam, sebab dan akibat, menerima dan menolak, hitam putih, baik buruk, positif negatif, yin dan yang. Dari dalam tubub anak ini terpancar aura yang cukup unik, energi di dalam tubuhnya bisa menangkis hawa negatif dengan cepat, bisa menetralkan tubuhnya sendiri dari energi sekitar. Hanya saja ia belum mampu untuk menggunakan atau mengaturnya, kelak dari perjalanan kedepan akan terbuka dengan sendirinya. Satu lagi Eyang melihat dari dalam dirimu dan anak ini memiliki visi pengelihatan yang bertolak belakang, anak ini terbuka pengelihatan masa depan dan kamu cucuku terbuka visi pengelihatan masa lalu. Eyang akan membuka simpul cakra kalian agar visi pengelihatan menjadi lebih jelas, tapi ingat jangan memaksakan diri untuk menggunakannya. Gunakan hanya untuk kepentingan perjalanan dan pengetahuan saja.

Aksa : Eyang, terima kasih untuk segala hal yang eyang berikan. Aku masih merasa belum sanggup menerima hal luar biasa ini, masih merasa belum pantas. Akan tetapi seperti yang sudah abah dan Nyai ajarkan, bahwa segala hal yang telah diberikan kepadaku adalah jalan takdir yang tak bisa ku tolak, justru harus di syukuri.

Eyang Dharmawangsa : Benar yang di ajarkan Damar Sasmitha dan Sekar, bersyukurlah atas segala yang telah kau miliki. Cucuku, setelah ini bersiaplah untuk mewarisi sejarah Nusantara. Damar Sasmita akan membimbingmu, sahabatmu ini kelak akan menemui jalan takdirnya.

Aksa : Insyaallah Eyang, cucumu ini akan berusaha sebaik mungkin untuk mengemban tugas dari Eyang dan Leluhur Nusantara. Eyang, kalau boleh tau apa tujuan eyang memintaku untuk melakukan perjalanan mewarisi sejarah nusantara? dan mengapa ada kata mewarisi?.

Eyang Dharmawangsa : Tujuan besarnya belum waktunya untuk kau ketahui, tetapi jangan terjebak dengan tujuan akhir karena di setiap perjalanan nanti akan ada tujuan dan pencapaian tersendiri. Mewarisi bukan berarti hanya kau saja, terlebih Nusantara bukan hanya kata semata.
Cucuku, kelak dalam perjalananmu akan banyak tokoh leluhur yang kau temui, banyak peristiwa yang akan kau lalui, teguhkan hatimu dan pasrah kepada sang Hyang Tunggal. Ingat, jangan mudah percaya dengan makhluk yang mengaku leluhurmu atau leluhur bangsa ini, hatimu harus bisa menembus lebih dalam agar tidak terseset. Itulah mengapa takdir memilih Damar Sasmita dan Anak ini (Jenaka) sebagai pendamping perjalananmu, bukan lain adalah untuk memberi keseimbangan. Sepertinya sudah waktunya kalian kembali, anak ini? (Jenaka) belum terbiasa masuk dimensi Ghaib dalam waktu lama. Bila waktunya tiba eyang akan hadir kembali, Semoga Sang Hang Tunggal dan Semesta senantiasa menuntun dan melindungi kalian. Salam.

Sosok eyang berjalan ke arah depan dan perlahan menghilang. Abah memintaku untuk menyentuh Jenaka agar bisa tertarik kembali ke Dimensi Normal.

Abah dan Nyai saling berhadapan dalam bermeditasi untuk membuka portal, dari aura abah dan nyai yang menyatu kemudian membentuk portal ghaib, akhirnya sudah tiba kami kembali.

Selang beberapa saat kubuka mata dan kami sudah kembali ke Rumah Abah.

Aksa : Abah.. Nyai.. peristiwa barusan itu apa bisa di bilang nyata?

Nyai Sekar : Memang sulit menjawab pertanyaanmu itu nak aksa tapi memang terjadi. Tugas luar biasa sudah menanti kalian, sepertinya Nyai harus menyiapkan ramuan khusus untuk tubuh kalian biar selalu sehat. Ada yang mau wedang uwuh?

Abah : Ya jelas mau, minuman tradisionalmu itu terbaik nyai.

Aksa : Wah, sepertinya mantep ini. Saya jg mau Nyai.

Samar-samar terdengar suara dari arah belakangku yang membuat merinding mendadak.

"Aku Juga Mauuuuuuuu........ uuuuuuuu..... uuuuuuuuu"

Aksa : Astagfirullah... Jenaka.... !!!

Lantas abah dan Nyai tertawa lepas.

Abah : Hahaha, dasar bocah gemblung.

Jenaka : Hehe. maafkan aku yang masih newbie ini bah. lha enak bener meditasi barengan gini. Eh, tadi aku dapet gambaran yang cukup unik lho, cuma gak tau apa artinya. Rasanya seperti di kasih gambaran tentang kerajaan jaman dulu dan anehnya seperti ada sosok yang baru menjelaskan. Aku gak bisa lihat jelas karena silau banget. Ini maksudnya apa ya bah?

Abah : IHa kamu itu ya melenceng sendiri kok jenaka. Yang lain meditasi fokusnya ke Dunia Paralel kamu malah kesasar ke Dimensi masa lalu, untung aja tadi sempat di kejar, kalau gak kamu dijadiin pekerja candi jenaka.

Jenaka : lhah, aku kan gak tau bah. Hemm.
terus itu maksudnya apa bah? Apa ini Tugas buat kita?

Abah : Ya kurang lebih seperti itu Jenaka. Besuk kita akan bahas mengenai perjalanan awal kita untuk mewarisi sejarah nusantara sembari nguri-uri peninggalan leluhur Nusantara.

Nyai : Ini sambil di nikmati wedang uwuhnya biar seger badannya.

Jenaka : Wah, ndak usah repot-repot Nyai, kurang cemilan. Hahahahaha

Telinga Jenaka di jewer nyai sampai si Jenaka menjerit.

Ampuunnn Nyai.

Sambil menikmati wedang uwuh ini, kami sempatkan ngobrol sebentar untuk rencana hari minggu ke suatu lokasi bersejarah.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya


*****
Sebelumnya

close