Semboja Kedhung Jati (Part 10)
JEJAKMISTERI - "Dhuaaaarrr...!!!" ledakan dahsyat terjadi saat serangan dari makhluk perempuan itu berbenturan dengan serangan Kyai Jambrong. Keduanya lalu mental beberapa tombak kebelakang. Beruntung Kyai Jambrong bisa mendarat mulus dengan kami berdua masih berada di punggungnya. Sementara si perempuan siluman, nampak bersalto di udara beberapa kali, lalu kembali mengayunkan trisulanya ke arah kami.
Selarik sinar putih meluncur cepat, disambut dengan auman dahsyat dari Kyai Jambrong yang disertai deru angin kencang. Kembali dua kekuatan besar beradu. Dan lagi lagi ledakan dahsyat terdengar mengguncang bumi.
"Dhuaaarrr....!!! Blegaaarrrr...!!!"
Kesal karena semua serangannya bisa dipatahkan oleh lawan, perempuan siluman itu semakin gencar melakukan serangan. Sementara Kyai Jambrong, entah mengapa aku merasa kalau makhluk siluman dari Gunung Kidul ini sedikit ogah ogahan melayani serangan lawannya. Ia hanya menghindar dan sesekali memapaki serangan lawan dengan kekuatan kecil, tanpa sekalipun melancarkan serangan balasan. Beberapa kali serangan dari siluman perempuan itu nyaris mengenaiku dan Ningrum yang duduk di punggungnya.
"Maaf Kyai, aku tau perempuan itu adalah mantanmu, tapi seriuslah sedikit! Jangan main main! Aku tak mau mati konyol di tempat ini!" seruku disela gemuruh suara angin yang diakibatkan oleh gerakan Kyai Jambrong yang sangat cepat itu.
"Berisik!" sentak harimau jadi jadian itu menyahuti protesku, sambil terus melompat lompat menghindari serangan lawan.
"Atau kalau tidak, turunkan saja kami, biar Kyai bisa puas bermain main dengan perempuan itu!" seruku lagi.
"Kamu mau dikeroyok makhluk makhluk gaib yang sedang menonton disana itu?" geram Kyai Jambrong lagi.
"Arrggghhh...!" aku jadi kesal sendiri. Tak kusangaka harimau jadi jadian yang saat dulu kutemui di gunung kapur Gunung Kidul terlihat begitu berwibawa, ternyata punya sifat sedikit konyol juga.
"Kamu nggak usah banyak protes! Biar kuurus dulu perempuan nakal itu!" geram Kyai Jambrong lagi.
"Nakal katamu?!" si perempuan siluman yang ternyata mendengar ucapan Kyai Jambrong terlihat kesal. "Siapa yang nakal disini? Ini tempatku! Dan kau tiba tiba datang membuat keonaran! Begitu kau bilang aku yang nakal?" Perempuan siluman itu menceracau sambil terus mengayun ayunkan senjatanya, yang memancarkan cahaya putih secara bertubi tubi meluncur ke arah kami.
Lagi lagi Kyai Jambrong hanya menghindar. Entah sampai kapan pertarungan ini akan berakhir kalau begini caranya. Aku tak mau protes lagi, karena memang aku tak bisa berbuat apa apa di tempat ini. Mungkin memang Kyai Jambrong butuh sedikit bermain main setelah sekian lama tinggal di goa di puncak gunung tanpa ada yang menemani, atau dia ingin sedikit bernostalgia dengan perempuan siluman yang katanya dulu pernah dekat dengannya itu. Entahlah!
Sampai pada suatu kesempatan, akhirnya kemarahan harimau jadi jadian itu terpancing juga, saat salah satu serangan si perempuan berhasil mengenainya. Sedikit saja memang, hanya menyambar bulu di ujung ekornya, hingga beberapa helai bulu itu hangus dan mengeluarkan asap tipis berbau sangit. Namun serangan yang sedikit itu ternyata telah sanggup membuat harimau tunggangan kami itu menggeram marah.
"Grroooaarrrr....!!! Perempuan sund*l! Berani kau membakar ekorku! Kau harus membayar mahal untuk ini!" diawali dengan geraman dahsyat Kyai Jambrong menerkam perempuan siluman itu. Kali ini dengan kekuatan penuh dan sungguh sungguh.
Sadar kalau lawannya mulai serius, perempuan siluman itu kembali mengacungkan senjatanya ke depan. Selarik sinar putih kembali melesat ke arah kami, yang segera disambut dengan auman dahsyat oleh Kyai Jambrong.
Kembali suara berdentum terdengar. Namun kali ini sepertinya tak berpengaruh terhadap Kyai Jambrong. Ia masih terus meluncur kedepan, mengejar si perempaun siluman yang terlempar dan jatuh terkapar tepat di depan mulut goa.
"Bruuukkk...!!!" Kyai Jambrong lalu mendarat tepat diatas tubuh si perempuan. Sebelah kaki depannya mencengkeram leher si perempuan, sementara sebelah lagi menekan lengan si perempuan yang memegang senjata itu.
"Heegghhh...!!!" percuma saja si perempuan siluman itu meronta untuk membebaskan diri. Cengkeraman cakar Kyai Jambrong sepertinya terlalu kuat untuk ia lawan.
"Cepat katakan! Dimana sukma dari perempuan yang kini raganya kau tempati itu kau sembunyikan, atau akan kucabik cabik tubuh kotormu ini!" geram Kyai Jambrong.
"Arrgghhh...! Baiklah! Akan kuberitahu! Tapi tolong lepaskan dulu cakar kotormu ini dari tubuhku!" dengus si perempuan siluman.
"Akan kulepaskan setelah kau mengatakan semuanya!" bentak Kyai Jambrong.
"Dasar macan tua ompong tak tau malu! Baiklah, akan kuberitahu! Sukma perempuan itu ada didalam goa sana! Sekarang lepaskan aku!"
"Grrrrrrrrr...!!!" Kyai Jambrong menggeram lirih, lalu mundur selangkah, melepaskan cengkeraman cakarnya dari leher dan lengan si perempuan siluman itu. Perempuan itu lalu pelan pelan berusaha bangkit sambil menggerutu panjang pendek.
"Najis!!!" gerutunya sambil menepis nepis leher dan lengannya yang tadi dicengkeram oleh Kyai Jambrong.
"Grrrrrrrrr...!!!" kembali Kyai Jambrong menggeram.
"Iya iya, sebentar! Ayo, ikut aku. Akan kutunjukkan tempatnya," perempuan itu lalu berbalik dan melangkah masuk kedalam goa. Kyai Jambrong dengan kami yang masih berada di punggungnyapun segera mengikuti langkahnya.
"Rum, makhluk makhluk seperti kalian ini, apakah memang seperti ini sifatnya?" bisikku pada Ningrum, saat Kyai Jambrong membawa kami masuk kedalam goa.
"Seperti ini gimana maksudmu?" Ningrum ikut berbisik.
"Mereka berdua itu, apa kamu nggak nyadar kalau sifat mereka agak kekanak kanakan?" tanyaku lagi.
"Entahlah! Apakah menurutmu aku juga kekanak kanakan?" balas Ningrum.
"Jangan berisik!" geram Kyai Jambrong yang sepertinya mendengar kami sedang membicarakannya. Aku hanya tertawa kecil.
Sampai didalam goa, aku dibuat terperangah dengan isi dari perut goa ini. Benar benar seperti istana. Serba megah dan gemerlapan. Lengkap dengan singgasana besar berwarna keemasan dan puluhan dayang dayang istana yang berpenampilan tak jauh berbeda dengan perempuan perempuan yang menyambut kami di mulut goa tadi. Si perempuan siluman tak mengindahkan sambutan dari para dayangnya itu. Ia terus melangkah dan mengarahkan kami masuk lebih dalam lagi ke dalam istana, tempat dimana sukma sukma dari manusia yang pernah mengikat perjanjian dengan perempuam siluman itu dikurung dan disiksa
Sungguh tragis. Pemandangan yang sangat mengerikan kini terpampang di hadapanku. Ratusan atau bahkan ribuan sukma manusia nampak sedang menjalani siksaan yang bahkan mampu membuatku bergidik ngeri hanya dengan melihatnya. Sungguh, untuk menceritakannya saja aku tak mampu, karena memang sangat sangat mengerikannya.
"Mereka adalah sukma dari orang orang yang dulu pernah mengikat perjanjian denganku," kata perempuan siluman itu, sambil menoleh ke arahku.
"Mengerikan!" desisku tanpa sadar.
"Ya. Seperti inilah akibat jika manusia bersekutu dengan siluman sepertiku."
"Kenapa kau melakukan semua ini?" tanyaku.
"Kenapa? Makhluk sepertiku, memang diciptakan untuk berbuat seperti ini! Menggoda dan menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat. Itu sudah takdir kami! Dan kalau sampai manusia benar benar tergoda dengan tipu muslihat kami, itu bukan sepenuhnya salah kami kan? Iman mereka saja yang lemah!"
"Eh?!" aku melengak mendengar ucapan si perempuan itu.
"Jangan dengarkan semua kata katanya," bisik Kyai Jambrong. "Sekali siluman tetap siluman. Semua yang ia ucapkan dan lakukan, semuanya bertujuan untuk menjerumuskan manusia!"
"Dimana ibuku?" tanya Ningrum pada makhluk siluman perempuan itu.
"Ikut aku," si perempuan siluman kembali melangkah. Kyai Jambrong dengan kami yang masih berada diatas punggungnyapun mengikutinya.
"Disana!" tunjuk si Perempuan ke salah satu sudut istana.
Aku kembali terperangah, melihat sosok sukma Bu Nengsih yang kondisinya terlihat begitu mengenaskan. Tubuh renta perempuan itu tergeletak di lantai goa dengan sebuah meja besar terbuat dari batu menindihnya. Ya, sukma Bu Nengsih dijadikan ganjal meja oleh perempuan siluman itu.
"Ibu....!"
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya