Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUNGAI ARWAH


JEJAKMISTERI - Suara kicau burung, aliran sungai yang jernih, dan rindangnya khas hutan tropis adalah lanskap yang langsung menyambutku.

Ya, pada pertengahan september 2011, aku resmi menjadi seorang koki di sebuah perusahaan kayu di wilayah Muara Untu, Kab. Barito Utara.

Hari-hari pertama jadi koki di perusahaan tersebut aku merasa baik-baik saja. Sebab tempatku bekerja adalah di sebuah camp induk yang ramai dan besar.

Dan di sini pun aku langsung banyak kenalan teman-teman baru yang ramah-ramah dan baik hati.

Namun, di penghujung bulan september, aku mendapat perintah untuk bertugas jadi koki di camp blok A.

Camp blok A ini jauh masuk ke dalam pedalaman. Dan camp tersebut hanya ada beberapa karyawan serta dua buah bangunan saja.

Tapi, karena upahnya sangat tinggi di banding dengan gajih di camp induk, akhirnya aku menerima tugas tersebut dengan senang hati.

Terlebih kata mereka di sana sudah ada kepala koki, yang telah bergelar Hajjah, untuk jadi temanku.

Singkat cerita, hari pertama tinggal di camp blok A, aku langsung akrab dengan semua karyawan dan juga Ibu Hajjah.

Beliau tipikal orang yang enak di ajak ngobrol dan enak pula untuk bertukar pikiran.

Ada banyak juga wejangan-wejangan beliau yang bagus dan menyejukan hati.

Namun, satu hal yang tak begitu menarik di hatiku adalah ketika beliau bercerita mengenai hal-hal mistik.

Jujur, untuk masalah yang satu ini aku sama sekali tak mempercayainya. Bahkan, saat beliau mengajarkan doa-doa atau ayat-ayat suci yang bisa untuk menangkal kekuatan mistik, aku hanya pura-pura menyimak
tapi pikiranku melayang entah kemana.

***

Satu minggu kemudian, sang Ibu Hajjah tiba-tiba di pindahkan ke camp yang lain.

Ini terjadi karena di camp yang lain sedang ada training koki-koki baru. Jadi, secara otomatis aku hanya bertugas sendiri sampai di kirimnya koki lain sebagai temanku.

sehari setelah kepergian Ibu Hajjah, aku jadi sangat kesepian.

Bahkan, saat malam tiba, aku tidak bisa tertidur dengan nyenyak.

Ya, meski tak bisa tidur dengan nyenyak ini memang sudah terbiasa aku rasakan sejak pertama kali datang kesini, namun untuk malam ini rasanya sungguh berbeda.

Cuaca-nya sangat gerah dan panas. Dan sejak tadi sore suara burung hantu tak mau berhenti juga memperdengarkan suaranya yang seram dari pinggir sungai di samping camp.

Fiuuh... Aku menghembuskan nafas panjang sambil bangkit dari tempat tidur.

Dan dengan malasnya aku lalu beranjak ke dapur untuk membuat teh.

15 menit duduk santai sendirian di dapur membuat aku mulai teringat akan cerita Ibu Hajjah tentang sungai yang ada di samping camp.

Ya, beliau sempat bercerita kalau sungai itu dahulu kala di namakan Sungai Arwah. Karena dulu di sepanjang sungai itu sering bergentayangan arwah-arwah orang yang mati tenggelam di dalamnya.

Dan selain itupula, pernah ada yang melihat sesosok hewan purba yang tak teridentifikasijenis dan species-nya.

Orang-orang yang pernah melihatnya sering mengatakan hewan itu mirip T-Rex. Tapi ada juga yang mengatakan kalau makhluk itu mirip buaya yang bisa berjalan, berdiri dan mencari makan di daratan layaknya manusia.

Aku suka akan cerita itu. Karena aku memang pecinta pelajaran tentang makhluk-makhlukpurba seperti dinosaurus dan lain-lain. Namun aku kurang suka ketika Ibu Hajjah mengatakan jika makhluk itu mungkin saja adalah sosok jin atau siluman.

"Bagaimana bisa Bu Hajjah mengatakan kalau itu bisa saja jin atau siluman?" tanyaku kala itu tak percaya.

"Ya. Soalnya menurut orang-orang yang pernah melihatnya, sosok makhluk aneh itu akan menghilang begitu saja ketika bertemu dengan manusia."

"Itu bisa saja karena lari atau terbangnya cepat."

"Makhluk ini menghilang begitu saja secara ajaib di hadapan mata mereka. Dia bukannya lari atau terbang." ucap Ibu Hajjah kala itu menegaskan.

Hmmm... Aku selalu tersenyum sendiri ketika mengingat bagian itu. Sebab menurutku Ibu Hajjah terlalu naif dan suka membesar-besarkan cerita.

Ya, setidaknya itulah penilaianku bila teringat cerita tersebut. Dan sampai saat aku duduk santai sambil minum teh itupun aku masih meremehkannya.

Namun, ketika beberapa menit kemudian tiba-tiba aku mendengar ada suara gemerisik dari arah belakang camp, mendadak aku jadi merinding sendiri.

Awalnya aku mengira itu adalah karyawan yang habis berburu ikan.

Namun, saat suara gemerisik itu malah masuk ke kolong camp tempatku berada, perasaanku seketika jadi kurang nyaman juga.

Lalu, karena saat itu aku kebetulan membawa senter, pelan-pelan aku mencoba mencari tahu apa yang ada di bawah sana.

"Shet, shet!" satu demi satu celah lantai yang berukuran 1,5 Cm itu aku sinari dengan cahaya senter.

"Tak ada apa-apa, kok!" gumamku dalam hati ketika melihat memang tak ada apapun yang berada di bawah sana. Namun, meski begitu suara-suara gemerisik tadi terus terdengar semakin jelas saja.

Ah... Akhirnya aku mulai kesal dan memutuskan untuk kembali ke kamar saja.

Memang sih, aku sempat berpikir untuk membangunkan beberapa karyawan supaya membantu mengecek siapa yang berada di bawah sana.

Tapi, karena melihat jam sudah menunjukan pukul 11 malam, aku jelas segan untuk melakukannya.

***

Tiga hari setelah kejadian itu, hampir setiap malam aku selalu bermimpi buruk.

Ya, dalam mimpiku itu ada seorang wanita tua yang memintaku untuk meminta maaf dengan melarungkan beberapa sesaji di sungai di samping camp.

Aku jelas tak mau mengindahkannya. Sebab aku tak tahu salahku apa. Dan lagian itu cuma mimpi. Sungguh konyol jika aku harus percaya dengan sebuah mimpi.

Namun, ketika hampir menginjak satu minggu, mimpi itu semakin sering muncul. Bahkan, saat tidur siang pun aku tetap bermimpi yang sama.

"Aku harus tanyakan hal ini kepada Ibu Hajjah." batinku kemudian, ketika pada suatu hari aku turun ke camp induk untuk mengambil barang dan gajih.

Singkat cerita, saat tiba di camp induk, aku langsung menemui Ibu Hajjah yang kebetulan sedang istirahat dari kesibukannya dalam mengawas training beberapa koki yang baru saja datang.

"Dulu saya juga pernah bermimpi tentang wanita tua yang kamu ceritakan itu. Dia adalah jin penunggu sungai itu." ucap Ibu Hajjah menjelaskan, ketika perihal mimpiku itu aku ceritakan kepada Beliau.

"Tapi, mengapa ia datang dalam mimpi saya?"

"Entahlah. Tapi, sepertinya kamu pasti ada berbuat sesuatu yang membuat jin itu marah. Karena setahu saya, jin itu tidak suka mengganggu orang."

"Saya rasa saya tak pernah berbuat yang aneh-aneh, kok, Bu Hajjah."

"Coba kamu ingat baik-baik."

"Beneran kok! Saya ingat betul kalau memang saya pernah berbuat salah di kawasan itu."

"Ya sudah. Kalau begitu kamu coba baca ayat-ayat suci setiap mimpi itu datang. Dan jangan lupa pula setiap malam rajin Dzikir dan Sholat, ya?"

"Iya, Bu Hajjah." angguk-ku akhirnya. Lalu buru-buru pamit karena saat itu aku harus kembali lagi ke camp blok A.

***

Sesampainya di camp blok A, malam nya aku kembali mendapatkan mimpi yang sama.

Dan kali ini wanita tua itu terlihat semakin marah.

Bahkan, dia akan mengancam akan membunuhku bila tak segera meminta maaf seperti yang ia inginkan.

Aku benar-benar mulai merasakan ketakutan sekarang. Sebab mimpi itu terasa sangat nyata.

Bahkan, saat sudah terbangun pun aku masih bisa mendengar suara langkah kakinya keluar dari dalam kamarku.

Hufff... Beberapa menit kemudian, ketika perasaanku sudah sedikit tenang, aku mulai bangkit untuk Sholat dan ber-Dzikir.

Tapi, karena memang jarang melakukannya, aku malah lupa tata cara Sholat ataupun ber-Dzikir yang benar. Dan jangan di tanya pula urusan membacakan Ayat-ayat Suci. Sebab aku jelas tak bisa.

Alhasil, malam itu aku lewatkan hanya dengan berdoa saja. Dan satu-satunya doa yang aku bisa hanyalah doa makan.

Malam kedua, mimpi itu kembali datang. Dan kali ini wanita tua itu terlihat membawa sebilah parang.

Aku hampir saja di tebasnya jika saja tidak buru-buru berjanji akan melakukan apa yang dia minta.

Maka, karena tak punya pilihan lagi, siangnya aku langsung menuruti apa yang ia minta.

Ya, siang itu aku melarungkan sesaji berupa ayam, telur, nasi kuning dan beberapa nasi ketan.

Tapi, ternyata aku masih saja di datangi mimpi yang aneh itu lagi.

Aku benar-benar bingung sekarang kenapa wanita tua itu masih saja menggangguku.

Bahkan, ketika menjelang senja ataupun subuh sebelum matahari terbit, ia tidak lagi muncul dalam mimpi. Namun, malah sering terlihat melintas saat aku sedang sibuk memasak.

Dan tak hanya itusaja. Aku sering pula merasakan jika banyak sekali yang ikut mondar-mandir dan memperhatikankusetiap kali aku berkerja

Menginjak hari ke 6, aku akhirnya tak tahan lagi.

Kali ini aku nekat menceritakan hal itu kepada para karyawan yang ada.

Alhasilnya, mereka segera menanggapi dan mau membantuku untuk terbebas dari masalah itu.

Dan hanya dalam beberapa hari pula salah satu dari mereka mendapat mimpi jika hal itu terjadi karena aku adalah seorang yang tidak beriman tapi malah suka dan sok berani meremehkan para penunggu tempat itu.

Ah... Aku segera tertegun dan sadar jika selama ini aku memang tak memperdulikan apa itu iman dan ilmu agama.

Dan mengenai kesalahan lain yang aku lakukan adalah kebiasaan buruk-ku dalam melanggar setiap pantangan yang ada di tempat itu.

Ya, selain tak pernah sholat, aku selalu membuang semua sampah plastik dan bekas pembalutku di sungai.

Inilah yang sebenarnya membuat para makhlus halus penunggu sungai marah dan tetap menerorku meski sudah meminta maaf dan melarungkan sesaji. Sebab aku selalu membuang sampah-sampah tadi sesuka hatiku tanpa memperdulikan kebersihan sungai dan kesehatan orang-orang yang berada di hilirnya.

Ya Allah. Aku benar-benar menyesal telah melanggar semua pantangan yang ada, yang dimana sebenarnya pantangan itu sudah berkali-kali di ingatkan oleh Ibu Hajjah agar jangan di langgar.

"Kita adalah ciptaan Allah yang paling tinggi derajatnya. Namun, meski begitu Allah juga menciptakan makhluk lain yang mempunyai alam berbeda dengan kita. Yaitu alam Jin dan alam yang lainnya. Jadi, usahakanlah agar kita jangan berurusan dengan mereka. Dan usahakanlah agar kita selalu menghargai dan menjaga keindahan alam kita ini yang telah diciptakan Allah untuk kita semua." pesan Ibu Hajjah kala itu, tepat saat hari pertamaku datang ke camp blok A ini.

***

Sekarang, aku sudah berhenti dari perusahaan kayu tersebut.

Namun, pengalaman itu tak pernah bisa aku lupakan. Karena melalui pengalaman itu aku mengerti jika yang namanya pantangan itu tidak bisa di langgar begitu saja.

Tapi, yang paling penting dari pengalaman itu adalah tergugahnya niatku untuk memahami pentingnya ilmu agama dan menyadari akan berharganya alam ini buat kita.

Aku juga sungguh sempat takut dan malu karena pernah tidak berdaya dalam menghadapi gangguan makhluk halus hanya karena tak memahami ajaran agama.

Semoga kisah nyataku ini bisa pelajaran yang dapat di petik hikmahnya untuk kalian semua.
SEKIAN

BACA JUGA : MALAM JUMAT KLIWON

close