Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TERJEBAK DI LINGKARAN SETAN


JEJAKMISTERI - Beberapa orang percaya, di tempat-tempat tertentu terdapat dimensi gaib yang di ciptakan makhluk halus sebagai tempat kekuasaan mereka. Entah nyata atau tidak, tapi beberapa pengalaman membuktikan bahwa lingkaran setan itu memang benar-benar nyata..

Lingkaran Setan, begitu aku menyebutnya. Sebuah area yang cukup luas dimana terdapat banyak makhluk-makluk yang tak kasat mata bersemayam. Ada juga yang menyebutnya dimensi gaib, dimana seakan-akan terdapat kehidupan didalamnya. Ada keramaian, ada orang-orang beraktivitas, sama seperti di dunia biasa. Bedanya, mereka semua sudah mati dan menjadi arwah-arwah penasaran.

Beberapa kejadian sempat menghantui, beberapa orang yang tanpa sengaja masuk ke lingkaran setan mereka akan terjebak beberapa waktu. Dan hanya berputar-putar di dalam-nya tanpa tentu arah. Saat mereka sadar, mereka telah melewati ruang dan waktu di dunia gaib dimana melewatkan beberapa masa di dunia nyata. Apakah ini nyata? Ada satu cerita yang aku dapatkan malam ini..

Aku baru saja berkemas dan bersiap pulang kantor. Waktu masih menunjukkan jam 07:30 malam. Grab yang aku pesan pun udah terdengar suara motornya dari arah pagar depan. Aku perhatikan kantor sudah mulai lengang, beberapa sudah berangkat bermain badminton dan beberapa diantaranya masih bermain PS di escape room.

Seorang Driver grab paruh baya parkir di depan gerbang kantor. Wajahnya datar, tanpa sapaan saat aku menanyakan apakah itu orderan yang aku pesan. Tatapannya pun kosong tanpa arah yang jelas. Mungkin dia lelah setelah seharian narik, begitu pikirku. Tanpa banyak bicara, ku mulai naik ke motornya dan kami mulai berangkat. Sekitar 100 meter aku mencoba mengajaknya bicara, sekedar memecah suasana agar selama perjalanan tidak begitu kaku. Sesekali dia mengangguk dan menjawab dengan suaranya yang serak. Aneh sekali, tidak pernah aku mendapatkan driver grab sedingin ini.

Tak berapa lama aku tersentak dengan pertanyaan driver itu yang tiba-tiba dia ucapkan..

“Mas, pernah masuk ke kawasan angker?”

Aku cukup kaget dengan pertanyaan bapak ini. Tak biasanya aku mendapatkan pertanyaan yang sulit aku jawab dari seseorang yang baru aku kenal, apalagi seorang driver grab.

“Belum pak… ada apa emang-nya?”

Bapak itu memperlambat laju motornya, dia mulai menceritakan maksud dari pertanyaan itu. Sungguh tak pernah kusangka, masih ada orang yang mengalami hal ini..

3 hari yang lalu sekitar pukul 11.35, pak Agus nama driver itu sudah bersiap untuk pulang. Narik ojek seharian hingga malam cukup melelahkan dan menguras banyak tenaga. Dia hanya ingin pulang dan menghitung hasil ngojek-nya hari itu. Namun karena lupa mematikan aplikasi, sebuah orderan pun masuk. Dari seorang anak muda yang berada tak jauh dari tempat pak Agus berhenti.

Dilema, jika orderan itu di cancel, maka performa pak Agus akan jelek. Namun jika orderan itu di ambil, malam mulai larut dan tujuan dari orderan itu pun cukup jauh sekitar 10km-an. Setelah berfikir beberapa saat, pak Agus memutuskan mengambil orderan itu dan menjemput pemuda tadi.

“Pak, kita lewat sini aja ya. Depan belok kiri. Biar lebih cepat…”

“Tapi mas... itu jalan karya timur... apa nggak sebaiknya lewat jalan utama aja?”

“Gpp pak lewat situ aja lebih cepat”

Karya Timur adalah lokasi pergudangan di Kota Malang. Tempatnya tepat di sebelah rel kereta api. Banyak gudang-gudang dari pabrik-pabrik di sekitar Malang berjajar disini. Suasana-nya sepi, hanya beberapa lampu remang-remang di sudut-sudut gudang. Tak banyak kendaraan yang lewat jalan itu. Hanya bangkai-bangkai angkot yang di biarkan berjajar tanpa tau bagaimana nasib-nya.

Genangan air terlihat memenuhi sudut-sudut jalan, Malang baru saja di guyur hujan sore itu dan menyisakan malam yang dingin yang menusuk.

Perlahan pak Agus dan penumpangnya memasuki jalan itu dan menyusuri jalan sepi dan dingin. Awalnya tak ada hal ganjil yang dia rasakan, namun tiba-tiba hawa sangat dingin masuk dan menusuk kulitnya dari sela-sela jaket grab yang dia pakai.

Dingin... dingin sekali... lebih dingin dari hawa yang dia rasakan sebelum masuk ke tempat itu... Pak Agus hanya bisa diam, dia merasakan hal yang tidak biasa. Dia terus berfikir apakah sebaiknya putar balik dan mengambil jalur utama. Tapi disisi lain dia tak mau mendapatkan reputasi buruk karena tidak sesuai dengan apa yang penumpang minta...

Belum sempat kebingungan pak Agus terjawab, terlihat ada cahaya-cahaya yang cukup terang dari lampu-lampu yang tak jauh berada di depan.

Tampak seperti sebuah keramaian, tapi apa? Pasar malam? Atau pesta rakyat?

“Wah ada ramai-ramai... apa itu pak?”

“Gak tau mas... kayak ada pasar malam”

Pak Agus memperlambat motornya dan mengamati suasana keramaian itu.

Tampak memang seperti pasar malam dan ramai. Ada berbagai macam pedagang kaki lima yang berjajar, dan pengunjung yang berdesakan melewati jalan-jalan di sela-sela pasar malam itu.

Namun keramaian itu menjadi bertambah aneh saat pak Agus memperhatikan wajah dari orang-orang yang berada disana, pucat dengan tatapan kosong.

Semua memiliki raut wajah dan ekspresi yang sama... Whaat?? Apa ini??

Aku masih berfikir keras dengan apa yang pak Agus ceritakan. Meski suaranya serak, dia menceritakan dengan sangat jelas. Sejenak mengusap dahi-nya, dia meneruskan apa yang dia ceritakan...

Usai melewati pasar malam aneh itu, pak Agus dan penumpangnya melewati jalan yang membingungkan. Beberapa perempatan yang sama pernah dia lalui sebelumnya. Seperti melewati jalan yang sama 2 kali. Beberapa jalan juga tak pernah di temui, apakah ini jalan baru?? Pak Agus tak berfikir sejauh itu, dia terus memacu motornya kearah tempat yang di tuju. Tapi semakin jauh perjalanan, pak Agus merasa mereka tak pernah meninggalkan tempat itu. Tetap berada diantara gedung-gedung gudang yang berbaris rapi di kiri dan kanan.

“Maaf mas, mas beneran tau jalannya nggak ya?”

“Saya tau pak... tapi kenapa berubah ya?”

“Berubah bagaimana ya?”

“Saya nggak yakin pak, tapi setahu saya tidak ada jalan yang mengarah masuk kesana. Tapi kenapa jadi ada jalan ya?”

Lagi, pak agus berusaha untuk mencari jalan keluar, tapi lagi-lagi mereka kembali ke tempat-tempat yang pernah mereka lalui. Seakan-akan mereka berada di dalam sebuah maze raksasa dan tak pernah bisa keluar. Semakin kita pergi jauh, maka akan semakin mendekat dan tidak bisa keluar. Demikian juga dengan Pak Agus dan penumpangnya.

Merasa ada yang tidak beres, pak Agus mengerti akan kondisi ini dan berusaha untuk tenang. Dan meminta penumpang-nya untuk tetap tenang.

“Mas, sepertinya kita sedang didalam wilayah yang gak wajar”

“Maksudnya pak??”

“Nggak tau mas, saya merasa udah ngelewati perempatan ini 7 kali”

“Iya pak... saya juga merasa demikian”

“Yaudah... bantu saya baca surat-surat pendek ya mas. Saya akan tetap fokus mencari jalan...”

Si penumpang hanya mengangguk, dan mengikuti apa yang pak Agus minta. Pak Agus sendiri tetap tenang dan berusaha mencari jalan keluar dari tempat yang penuh tanda tanya itu.

Beberapa menit kemudian pak Agus melihat ujung jalan mengarah ke jalan utama. Sepertinya itu jalan keluar. Apa yang dia lakukan membuahkan hasil. Sedikit lagi mereka akan keluar dari tempat tak berujung itu. Seperti perjalanan tanpa henti dan berputar-putar di dimensi yang berbeda. Dan orang-orang yang ada didalam-nya mempunyai raut wajah pucat dengan tatapan nanar tanpa ekspresi.

Kembali pak Agus merasakan dingin yang teramat sangat menusuk hingga tulang. Sangat dingin menembus pori-pori jaket. Sama seperti pertama dia masuk ke jalan itu tadi. Apakah ini tanda bahwa mereka telah keluar dari dimensi itu? Sesaat motor yang mereka naiki sudah memasuki pinggiran jalan utama. Mereka kembali ke alam nyata. Dengan keringat dingin bercucuran, mereka memastikan lagi apakah benar semua sudah menjadi normal. Tidak ada lagi orang-orang bertampang pucat tanpa ekspresi. Benar, semua sudah normal...

“Sepertinya kita udah keluar mas...”

“Memangnya tadi itu apa pak?”

“Saya nggak tau, kita kayak berputar-putar saja dari tadi...”

“Yaudah pak kalo begitu kita lewat jalan utama aja”

“Iya mas.. ta tapi..”

“Tapi kenapa pak??”

Pak Agus sangat terkejut melihat kenyataan bahwa sebenarnya mereka hanya kembali ke posisi awal penjemputan, dan tak pernah jauh dari tempat itu.

Jalan baru yang mereka lewati tadi hanyalah seonggok tanah kosong yang mengarah ke gudang tua yang terbengkalai. Dan yang lebih mengejutkan, waktu sudah menunjukkan jam 3 pagi. 3 jam lebih mereka tersesat??

Sepertinya tidak, mereka sudah melewati dimensi ruang dan waktu. pak Agus hanya merasakan beberapa menit tersesat, tapi sebenarnya sudah beberapa jam di alam nyata.

Apa benar demikian?? Aku sendiri kurang yakin. Dari banyak pengalaman yang aku baca, adalah orang beruntung yang bisa keluar dari lingkaran itu. Selebihnya mereka tersesat lebih lama lagi dan mungkin tidak bisa keluar.

Motor Pak Agus sudah merapat di depan pagar rumahku, cerita yang sangat seru aku dengarkan dari mulutnya. Masih dengan tatapan datar tanpa ekspresi. Setelah aku bayar dan mengucapkan terima kasih dia pun pergi di antara kabut malam itu..
SEKIAN


close