Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TUMBAL PEMBANGUNAN WADUK KEDHUNG JATI (Part 15)


JEJAKMISTERI - Sejenak Prabowo menghela nafas panjang, berusaha untuk menenangkan detak jantungnya yang mulai berpacu dengan cepat. Dari kejauhan ia sudah bisa merasakan, tatapan mata sang istri yang terasa begitu tajam, menusuk tepat ke arah kornea matanya yang menyipit. Sedang Pak Sudiro, sang mertua, nampak berdiri diam sambil melipat kedua tangan di depan dada, seolah telah siap untuk menghakiminya.

"Wedhus! Ngapain juga Rokhayah mengajak bapak kemari?" sambil merungut Prabowo akhirnya kembali melangkah pelan, diiringi desir angin sepoi sepoi yang tiba tiba berhembus menerpa wajahnya. Hawa sejuk udara khas pedesaan yang ia rasakan, sedikit banyak bisa mendinginkan emosi Prabowo. Namun angin sepoi sepoi itu juga membawa aroma wangi aneh yang sangat dikenal oleh Prabowo, membuat laki laki itu kembali menghentikan langkahnya.

"Edan! Apa apaan ini?" kembali Prabowo merungut.

"Tiwas kebeneran! Kutuk marani sunduk!" samar samar suara bernada serak dan dingin menusuk indera pendengaran Prabowo.

"Eh?!" Prabowo melengak. Suara itu terdengar begitu jelas di telinganya.

"Tak kusangka, tanpa perlu bersusah payah untuk mencari, ternyata calon tumbalku justru diantar kemari!"

"Tidak! Jangan! Ini tak boleh terjadi! Setan belang terkutuk! Tak akan kubiarkan kau menyentuh calon anakku!" panik jelas dirasakan oleh laki laki itu. Dengan setengah berlari ia segera menghampiri sang istri dan bapak mertua yang telah menunggunya di depan bedeng.

"Mas, kenapa wajahmu terlihat tegang begitu?" sapa Rokhayah setengah menyindir, setelah menyalami tangan sang suami.

"Ada masalah?" Pak Sudiro ikut menimpali. "Kudengar dari istrimu, proyek yang sedang kamu garap ini...."

"Ah, lebih baik kita bicara di pondok saja Pak," Prabowo menjawab cepat, dan dengan nada sedikit panik. Firasat laki laki itu mengatakan, sesuatu sedang mengawasi mereka saat ini. Sesuatu yang bisa saja membawa pengaruh buruk untuk istri dan calon anaknya. "Rokhayah! Cepat ajak bapak kembali ke pondok! Nanti aku segera menyusul!"

"Hihihi...!!! Tidak semudah itu Prabowo! Kau pikir aku akan membiarkan santapan yang sudah terhidang di depan mata pergi begitu saja?!" kembali suara bisikan itu menyapa indera pendengaran Prabowo, menelusup ke dalam relung hatinya, dan menjalar ke otak laki laki itu, membuat kepalanya terasa berdenyut hebat. Pusing bukan kepalang.

"Mas!" nada suara Rokhayah terdengar meninggi. "Kami baru saja datang, dan bapak sengaja kesini untuk membantumu. Kenapa kau justru seolah mengusir kami?"

"Eh, bukan begitu maksudku, tapi..., anu, sebenarnya...., kamu nggak boleh kemari Rokhayah! Ya! Kata orang, pantang bagi wanita hamil untuk datang kemari!" gugup Prabowo mencoba mencari alasan.

"Cih! Omong kosong! Sejak kapan kamu percaya dengan hal hal mistis begitu, dan sejak kapan kau mengkhawatirkan calon anakmu ini Mas?! Kamu lupa dengan apa yang kamu ucapkan kemarin?!"

"Rokhayah...!!!"

"Ada apa ini sebenarnya?!" Pak Sudiro yang sama sekali tak tau masalah yang sedang dihadapi oleh anak dan menantunya itu merasa bingung. Kemarin Rokhayah cuma bilang kalau ada masalah pada proyek yang sedang dikerjakan oleh Prabowo. Sama sekali tak menyinggung masalah keributan diantara keduanya. Jadi wajar kalau laki laki setengah baya itu merasa kaget saat mendengar ucapan sang putri barusan.

"Nggak ada apa apa Pak," Prabowo menyahut cepat. "Cuma, nanti saja, semua akan saya jelaskan di pondok. Sekarang, cepat bawa bapak kembali ke pondok Yah, jangan membantah lagi!"

"Kamu semakin aneh Mas! Sikapmu benar benar telah berubah semenjak menginjakkan kaki di desa ini! Bahkan kini kau mulai mempercayai segala macam pantangan dan pamali seperti itu? Apa kau sudah mulai terpengaruh oleh...!"

"Rokhayah!!!" tanpa sadar Prabowo menyentak keras. Panik semakin melanda perasaan laki laki itu, karena angin yang tadinya bertiup sepoi sepoi, kini berhembus semakin kencang, menggoyangkan ranting ranting pepohonan di sekitar bedeng.
"Kau...! Berani membentakku Mas?!"

"Eh, bukan begitu Rokhayah! Tapi..."

"Ah, sudahlah Mas! Kau memang laki laki tak tau diuntung! Jauh jauh aku mengajak bapak kemari untuk membantu menyelesaikan masalah proyek yang sedang kau hadapi! Tapi ternyata justru seperti ini sambutanmu! Sudah Pak! Ayo kita pergi! Tak ada gunanya kita berlama lama disini! Menantumu ini, sepertinya benar benar telah dirasuki oleh setan belang yang bernama Gayatri itu!"

"Blegaaaarrrrr....!!!"

Suara guntur tiba tiba terdengar menggelegar, diringi awan hitam yang berarak menaungi langit diatas area proyek itu. Angin bertiup semakin kencang, terdengar menderu menerjang dahan dahan dan dedaunan pepohonan yang tumbuh disekitar area proyek.

Prabowo tercekat. Berdiri mematung tanpa tahu apa yang harus ia perbuat. Fenomena alam yang sangat aneh ini seolah menjadi pertanda akan amarah dari mereka yang merasa terusik dengan kehadiran Prabowo dan Rokhayah di tempat itu.

Rokhayah sendiri, seolah tak peduli dengan perubahan cuaca yang sangat tiba tiba itu. Perempuan itu segera menarik tangan sang ayah dan mengajaknya pergi dari tempat terkutuk itu. Deru angin menyertai langkah Rokhayah, membuat gaun panjang yang dikenakan perempuan berkibar kibar.

Prabowo hanya mampu memandangi kepergian sang istri dengan tatapan hampa. Perempuan yang telah sekian lama setia mendampingi hidupnya itu nampak kesulitan berjalan menyusuri pematang sawah. Ditambah dengan tiupan angin kencang yang menerpa gaun panjang yang dikenakannya, serta perutnya yang membesar, membuat langkah Rokhayah beberapa kali nyaris limbung dan terjatuh, kalau saja Pak Sudiro tidak segera menahannya.

"Rokhayah...., maafkan aku....," Prabowo berbisik lemah, di tengah deru angin yang semakin kencang. Raut wajah laki laki itu jelas memancarkan rasa bersalah yang teramat dalam, rasa yang tiba tiba berubah menjadi rasa kecemasan, saat lagi lagi disela sela suara deru angin, bisikan aneh itu kembali menyapa telinganya.

"Tak akan kubiarkan mangsaku pergi begitu saja!"

"Whuuussss...!!!"

Deru angin yang lebih kencang terasa jelas melintas disamping tubuh Prabowo yang masih berdiri mematung di tempatnya, disusul dengan sekelebatan bayangan yang melesat cepat, tepat menuju ke arah Rokhayah yang tengah berjalan semakin menjauh dari tempat itu.

Hanya sekilas, tapi Prabowo bisa melihat dengan jelas sosok apa yang tengah melesat itu. Sesosok perempuan berwajah cantik bertubuh ular. Dan dalam waktu yang hanya sekilas, makhluk itu masih sempat menoleh ke arah Prabowo sambil melemparkan senyum sinisnya.

"Rokhayah...!!! Tidaaaaakkkkk...!!!" seolah tersadar dari mimpi buruknya, Prabowo menjerit lantang sambil berlari mengejar sosok itu. Namun terlambat! Di kejauhan sana, tubuh Rokhayah tiba tiba terhempas, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang merenggut tubuh perempuan itu dari pegangan tangan Pak Sudiro.

"Aaaaaaa...!!!" Rokhayah Cumiik lantang, saat tubuhnya tergelincir dan jatuh dari atas pematang, terjerumus ke tengah tengah petak sawah yang sialnya, perut besarnya itu sempat membentur pematang sawah yang memiliki tekstur tanah yang agak keras itu.

"ROKHAYAAAAAHHHH....!!!"
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close