TUMBAL PEMBANGUNAN WADUK KEDHUNG JATI (Part 4)
JEJAKMISTERI - "Pak Insinyuurrr...!!! Cepat Pulaannggg...!!! Tolongin Bu Insinyur... Aduh! Gedhabruussss...!!!" Halimah yang berlari menyusuri pematang sawah sambil berteriak teriak memanggil Prabowo kembali tergelincir dan jatuh kedalam petak sawah berlumpur.
Prabowo yang merasa telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap sang istri, segera bangkit dan berlari menuju ke arah desa, tanpa memperdulikan Gayatri yang tiba tiba telah menghilang dari sebelahnya, juga tak menghiraukan Halimah yang nampak kesulitan untuk naik kembali ke atas pematang.
"Asem! Kok malah langsung kabur lho! Bukannya nolongin aku dulu!" gerutu Halimah kesal.
Dugaan Prabowo tak sepenuhnya salah. Sampai di pondok, dilihatnya Rokhayah tengah meringkuk disudut tempat tidur dengan tubuh gemetar. Jelas kalau perempuan itu merasakan ketakutan yang teramat sangat. Prabowo segera menghambur dan memeluk tubuh sang istri itu dan mencoba menenangkannya.
"Mas! Aku takut Mas! Ada ular...! Ular yang sangat besar! Matanya menyala merah dan..!" Rokhayah terisak. Suaranya gemetar. Kedua lengannya yang juga gemetar segera merangkul erat tubuh sang suami.
"Ular?!" Sontak Prabowo menyapu setiap sudut kamar sambil tetap memeluk sang istri. Kata 'ular' kembali mengingatkannya pada mimpi buruk yang dialaminya semalam. Tapi syukurlah, tak ada sosok binatang melata seperti yang dikatakan oleh Rokhayah barusan, yang tertangkap oleh indera pengelihatannya.
"Sebentar Rokhayah! Biar kuperiksa dulu!" Prabowo lalu melepaskan pelukannya, turun dari atas ranjang, dan menyambar gagang sapu yang tersandar di samping pintu. Ular atau apapun itu, kalau sampai berani mengganggu Rokhayah, ia tak akan segan segan untuk menghajarnya.
Setiap inci ruangan itu diteliti oleh Prabowo. Dibawah meja, disela sela lemari, dibalik pintu, bahkan di kolong ranjang, tak didapatinya sosok binatang itu. Ah, mungkin sudah kabur, pikir Prabowo.
Laki laki itu lalu menuangkan air dari teko yang tersedia di atas meja kedalam gelas, lalu menyorongkannya kepada Rokhayah.
"Nih, minum dulu, biar tenang," ujar Prabowo lembut.
Rokhayah segera menyambut gelas itu dan menenggak isinya sampai tandas. Rasa takutnya berangsur angsur mereda wajahnya yang tadi sepucat kapaspun kini mulai merona kembali. Perempuan itu lalu kembali menelusupkan tubuhnya kedalam pelukan sang suami.
"Sudah! Tak usah takut! Sudah tak ada ular lagi! Mungkin sudah pergi," bujuk Prabowo lagi, sambil mengusap rambut sang istri dengan lembut.
"Aku takut Mas," gumam Rokhayah. "Ular itu..., ular itu seperti mengancamku! Dia..., dia tadi di depan pintu itu, mengangkat kepalanya dan menatapku dengan kedua matanya yang menyala merah, dan..., dan ular itu sangat besar Mas! Belum pernah aku melihat ular sebesar itu!"
"Itu hanya ular Yah! Wajar kalau masih banyak binatang seperti itu di tempat ini! Kau lihat sendiri kan, di sekeliling pondok ini masih banyak semak semak liar. Pasti banyak binatang melata disana. Biar nanti aku minta tolong orang untuk membersihkannya!" ujar Prabowo.
"Firasatku mengatakan, ular itu bukan ular sembarang Mas! Belum pernah aku melihat ular yang seperti itu! Aku takut Mas! Bagaimana kalau itu ular jadi jadian?!"
"Astaga Rokhayah! Masih juga kau percaya hal yang begituan! Tak ada yang namanya ular jadi jadian! Itu hanya ada dalam dongeng Rokhayah!"
"Tapi Mas, kudengar di desa ini masih banyak tempat yang angker! Bisa saja kan..."
"Siapa yang bilang begitu?"
"Banyak yang bilang Mas. Beberapa warga, dan juga Halimah!"
"Ah, itu hanya omong kosong Rokhayah!"
"Bagaimana kalau ternyata benar Mas?!"
"Rokhayah...!"
"Ada baiknya kamu nyari orang untuk membersihkan pondok ini Mas. Biar bagaimanapun, sebelumnya pondok ini sudah lama dibiarkan kosong. Bisa saja kan..."
"Iya. Nanti biar kusuruh orang untuk membabat semak dan rerumputan di sekitar pondok ini."
"Bukan itu maksudku Mas."
'Lalu?"
"Kudengar di desa ini ada orang sepuh yang dituakan. Mungkin orang itu bisa membersihkan pondok ini dari pengaruh jahat."
"Astaga! Rokhayah?!"
"Aku sedang hamil Mas! Aku tak mau terjadi sesuatu yang buruk dengan calon anak kita."
"Hmmm, baiklah kalau begitu! Lusa, sekalian kita mengadakan selamatan sebelum memulai proyek, akan kuusahakan. Mungkin Mbah Mbah tua yang kemarin ikut rapat di balai desa itu bisa membantu."
"Terimakasih Mas," Rokhayah menggelayut manja di lengan sang suami. "Jadi lusa proyek sudah mulai ya?"
"Iya. Kata Pak Bayan akan diadakan selamatan dulu sebelum proyek dimulai. Pakai acara motong kerbau segala! Dan kau tau? Aku yang harus merogoh kantong dalam dalam untuk membeli kerbau itu! Benar benar konyol!"
"Ah, apalah arti harga seekor Kerbau Mas, jika dibandingkan dengan keuntungan yang akan kita dapatkan nanti,"
"Lusa kamu ikut hadir kan? Katanya upacaranya akan diadakan secara besar besaran. Seluruh warga desa akan datang."
"Tentu saja aku ikut Mas. Siapa yang akan mendampingi sang Insinyur ini di perayaan besar begitu kalau aku nggak ikut!"
"Aish, ada ada saja kamu ini." Prabowo mencubit hidung Rokhayah gemas.
"Oh ya Mas, kemarin pas kamu survey lokasi itu, kamu ndak ngapa ngapain kan?"
"Ngapa ngapain gimana maksudmu?"
"Ya siapa tau kamu sempat menemui hal hal yang janggal gitu. Bertemu ular misalnya, atau bertemu gadis cantik berpenampilan aneh? Kudengar kawasan kali tempuran itu juga angker."
Deg! Pertanyaan yang diucapkan secara serampangan oleh Rokhayah itu sempat membuat Prabowo terhenyak sesaat! Bertemu ular? Gadis cantik berpenampilan aneh? Apa jangan jangan Rokhayah sudah tau kalau...
"Maasss..!!!"
"Eh, i..., iya Yah?"
"Ditanya kok malah diam lho!"
"Eh, eng..., enggak kok! Lagian kenapa kamu tiba tiba bertanya seperti itu?"
"Ular yang kulihat tadi Mas! Aku takut! Kudengar masih banyak ular di kali tempuran sana. Kamu tau kan, seorang suami pantang membunuh binatang saat istrinya sedang hamil. Jadi, kalau bertemu ular disana, tolong jangan dibunuh Mas. Dan, kudengar juga, sering ada penampakan perempuan cantik berpakaian aneh di batu besar yang ada di bawah pohon trembesi itu."
"Jangan berpikir yang macam macam Yah! Mana mungkin..."
"Hehehe, aku hanya bercanda Mas. Soal perempuan itu. Aku percaya kok, kamu tak akan tergoda dengan kecantikan gadis gadis di desa ini. Tapi soal ular itu, aku serius! Jangan pernah membunuh binatang apapun! Ingat, aku sedang hamil Mas."
"Iya iya, ya sudah! Lepasin dong pelukannya! Ndak enak kalau nanti tiba tiba Halimah muncul dan...., astaga!!! Anak itu!"
"Kenapa Mas?" Rokhayah melepaskan pelukannya, dan menatap wajah sang suami yang terlihat agak panik.
"Halimah! Anak itu tadi terjungkal ke dalam sawah! Dan aku membiarkannya saja tanpa ingat untuk menolongnya!"
"Apa?! Ya ampun Mas! Teganya dirimu!" kedua mata lebar Rokhayah membelalak menahan tawa.
"Namanya juga lagi panik Yah," sungut Prabowo sambil bangkit dari duduknya.
"Mau kemana Mas?"
"Mumpung ada waktu, aku mau membersihkan pekarangan pondok ini, biar nggak ada lagi ular yang nyasar masuk ke rumah. Mulai besok sepertinya aku sudah mulai sibuk mengurus proyek."
"Aku ikut!"
"Nggak takut kalau ketemu ular lagi?"
"Kan ada kamu Mas!"
"Hmmm, ya sudah kalau begitu. Ayolah."
Keduanya lalu melangkah keluar pondok, bersamaan dengan munculnya Halimah yang telah kembali ke pondok dengan wajah dan pakaian penuh berlepotan lumpur.
"Hahaha...! Halimah! Kenapa wajahmu jadi mirip badut begitu?" kembali Rokhayah tertawa tergelak.
"Pak Insinyur tuh Bu, tau aku jatuh bukannya ditolongin malah ditinggal kabur!" sungut Halimah sambil berlagak cemberut, lalu bergegas menuju ke arah sumur yang berada di samping pondok.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya