Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TUMBAL PEMBANGUNAN WADUK KEDHUNG JATI (Part 6)


JEJAKMISTERI - "Hahaha...!" Rokhayah tertawa keras, sambil membetulkan selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya. Udara malam itu memang terasa sangat dingin. Namun apa yang baru saja diceritakan oleh sang suami yang terbaring disisinya itu sedikit banyak bisa melupakan rasa dingin yang terasa menggigit sampai ke tulang itu.

"Lalu, bagaimana reaksi Pak Camat dan Pak Bupati saat kamu misuh 'as*' gitu Mas? Aku yakin, kamu pasti teriaknya kenceng banget dan mereka bisa denger," tanya Rokhayah disela tawanya.

"Mana kutahu!" sungut Prabowo yang sepertinya sedikit kesal karena ditertawakan oleh sang istri. "Aku mana sempat memperhatikan reaksi mereka! Melihat kepala kerbau yang genit itu saja jantungku sudah nyaris copot!"

"Kepala kerbau genit?!" tanya Rokhayah lagi.

"Iya! Apa namanya kalau mengedipkan sebelah mata sambil nyengir gitu kalau bukan genit."

"Seperti ini ya," Rokhayah sedikit mengangkat wajahnya, lalu dengan ekspresi yang dibuat buat perempuan itu mengedip ngedipkan sebelah matanya sambil nyengir, membuat Prabowo menjadi gemas dan mencubit hidung bangir perempuan itu.

"Kamu ini lho! Suami lagi sial kok malah diledekin!" Prabowo merengkuh kepala Rokhayah kedalam pelukannya, lalu mengusap lembut rambut perempuan itu.

"Habisnya lucu sih Mas. Masa kepala kerbau sudah dipotong masih bisa ngedip dan nyengir sih. Itu paling kamu saja mas yang lagi parno!"

"Sudah ah! Jangan ngeledek terus. Sudah malam, lebih baik kamu segera tidur Yah."

"Dingin banget Mas."

"Mau aku angetin?"

"Emang sayur diangetin?"

"Emang cuma sayur yang bisa diangetin? Kamu juga bisa kok aku angetin."

"Gimana caranya?"

"Mau tau?"

Rokhayah mengangguk. Prabowo lalu semakin mempererat pelukannya pada Rokhayah, sambil tangannya mulai bergerilya menelusuri setiap inci tubuh perempuan itu.

"Maaassss....! Nakal!" protes Rokhayah. Hanya pura pura pastinya, karena meski mulutnya memprotes, tangan perempuan itu justru melakukan hal yang berlawanan. Tak kalah gesit perempuan itu membalas serangan yang diberikan oleh Prabowo. Maka, terjadilah pertempuran hebat diatas ranjang sederhana itu.

Pertempuran yang dahsyat, karena keduanya adalah lawan yang seimbang. Jurus jurus maut mulai mereka keluarkan. Saling raba, saling remas, saling pagut, diselingi suara erangan dan rintihan yang membuat suasana malam yang dingin itu berubah menjadi panas.

Entah berapa lama keduanya bergelut diatas ranjang, hingga pada puncak pertarungan, dimana keduanya mulai mengeluarkan jurus pamungkas masing masing, tanpa sadar Prabowo mengerang menyebut satu nama.

"Ouwhhhh...!!! Gayatriiii...!!!"
"Dhuaaarrr...!!!"

Serangan yang sangat telak bagi Rokhayah. Menghantam telak di dada dan menembus langsung ke dalam hati. Siapa Gayatri? Rokhayah memejamkan matanya rapat rapat, berusaha menahan guncangan hebat di dalam dadanya. Namun tak urung dua bulir bening mengalir juga dari kedua sudut mata perempuan itu. Dan malam yang berawal indah itu harus berakhir dengan kekecewaan bagi Rokhayah.

Pelan Rokhayah turun dari pembaringan setelah membetulkan pakaiannya yang berantakan. Sambil berjingkat, perempuan itu keluar dari dalam kamar, meninggalkan Prabowo yang kini telah terlelap dibuai mimpi.

"Gayatri? Siapa perempuan itu? Dan kenapa namanya bisa keluar dari mulut Mas Prabowo justru disaat kami sedang memadu kasih?" Rokhayah menghenyakkan pantatnya pada kursi rotan yang berada di ruang tengah. Air dalam kendi yang tersedia diatas meja ia tenggak sampai habis hampir separuhnya. Namun dinginnya air itu ternyata tak mampu meredakan kegelisahan menyeruak di dalam hatinya.

"Inikah alasan kenapa Mas Prabowo kemarin bersikeras melarangku untuk ikut ke desa ini? Perempuan bernama Gayatri itu? Kalau iya, sungguh keterlaluan! Teganya Mas Prabowo bermain api dibelakangku, justru disaat aku sedang hamil begini? Tapi masa iya sih? Selama ini aku mengenal Mas Prabowo sebagai laki laki yang baik. Laki laki terbaik malah, diantara laki laki lain yang dulu pernah kukenal. Mana mungkin...."

Rokhayah menghempaskan punggungnya di sandaran kursi, lalu memijit mijit pelipisnya, berusaha menghilangkan rasa pening yang tiba tiba menyerang kepalanya.

"Tidak! Aku tak boleh berprasangka yang tidak tidak! Masalah seperti ini tak bisa diselesaikan hanya dengan menduga duga! Besok pagi, aku harus membicarakan masalah ini dengan Mas Prabowo! Dengan kepala dingin tentunya."

***

Sementara itu di dalam kamar, Prabowo yang ternyata hanya pura pura tidur tak henti hentinya menyumpahi dirinya sendiri. Bisa bisanya ia menyebut nama perempuan yang bahkan baru sekali ia temui itu disaat sedang berdua dengan Rokhayah? Benar benar mulut yang lancang!

Prabowo sendiri tak habis mengerti dengan kejadian yang baru saja ia alami itu. Tubuh dan wajah Rokhayah yang barusan ia gauli, entah kenapa tiba tiba berubah menjadi tubuh dan wajah Gayatri.

Prabowo sadar. Ia tidak sedang bermimpi. Bahkan ia sempat terkejut. Namun pesona dan gairah yang diberikan oleh sosok itu mengalahkan segalanya. Bukannya menyudahi permainan gila itu, Prabowo justru semakin terpacu, hingga saat sampai di puncak permainan, tanpa sadar mulut sialnya menyebut nama perempuan misterius itu.

"Sial! Sial! Sial!" Prabowo memukul mukul kepalanya sendiri. "Tentu Rokhayah juga mendengar saat aku mengerang tadi. Terbukti sikapnya langsung berubah. Bahkan aku merasakan gairahnya yang dengan tiba tiba meredup. Aku harus menjelaskan semuanya, agar ia tak salah paham. Tapi tidak sekarang! Tentu malam ini Rokhayah masih terguncang. Biar besok pagi saja, menunggu Rokhayah sedikit tenang. Mudah mudahan tak sampai terjadi hal hal yang tak baik!"

***

Rencana tinggal rencana. Apa yang direncanakan oleh Rokhayah dan Prabowo itu ternyata tak kesampaian. Karena pada pagi harinya, saat adzan shubuh belum berkumandang, pondok tempat mereka menginap digedor gedor orang.

Prabowo yang tebangun segera bergegas keluar kamar sambil membetulkan kain sarungnya, karena ia sudah mengenali suara siapa yang menggedor gedor pintu sambil berteriak teriak itu.

Benar saja. Begitu ia membuka pintu, nampak mandor Saman telah berdiri di depan pintu dengan wajah tegang. Dan sebelum Prabowo sempat bertanya, mandor itu tanpa basa basi langsung berseru dengan suara panik.

"Gawat Boss! Tumbal kepala kerbau yang kemarin kita tanam...., HILANG!"
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close