Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CURUG AWI LARANGAN (Part 1)

WARNING! 18+

JEJAKMISTERI - Tring.
[Ri, sekarang ya sesuai janji kita tadi aku tunggu kamu di dekat bambu air terjun di sebelah barat.] 

Sebuah pesan whatsapp masuk dari nomor bernamakan 'Rega' di ponsel milik Riri. 

[Mau apa Ga?] Balasnya. 

[Aku mau bilang sesuatu sama kamu.] balas Rega seraya menyisipkan emot hati merah muda. 

[Oke tunggu sebentar ya, aku masih bantuin Sanum pasang tenda.] 

[Oke.] 

Raut bahagia terpancar dari wajah cantik Riri ketika berbalas pesan dengan Rega, lelaki yang tengah dekat dengannya sebulan belakangan ini, membuat sahabatnya Sanum penasaran dan bertanya. 

"Ciee, kasmaran nih kayaknya," ucap Sanum tertawa. 

"Apasih Num, enggak lah biasa aja," balas Riri tersipu, pipinya berubah merah ketika Sanum berkata demikian, Riri lantas memasukan kembali ponselnya kedalam saku. 

"Num, kamu lanjutkan ini bersama Adam ya, aku mau bantu Lala kasian dia sendirian di sana," ucap Riri tiba-tiba beralasan. 

"Oh yasudah Ri, aku lanjutkan nanti sama Adam."

Sanum tak menaruh curiga apapun pada sahabatnya itu, ia hanya percaya bahwa Riri memang membantu Lala disana. 

***
"Hai Ri," sambut Rega langsung memegang tangan Riri dengan erat. 

Muach!  

Tiba-tiba ciuman mendarat di pipi Riri membuatnya terkejut bukan kepalang, pipinya serasa panas seketika, ini kali pertamanya Riri mendapat ciuman dari lelaki, apalagi Rega yang sudah ia sukai sejak lama. 

"Berani sekali Rega" Batin Riri. Karena semenjak berkenalan Rega sangatlah pendiam, tapi sekarang berbeda jauh, Rega terlihat dewasa dan berani. 

"Aku suka sama kamu Ri," ucap Rega, Riri semakin dibuat tak karuan jantungnya seolah berdetak kencang, kini mata keduanya bertemu, mereka saling memandang penuh cinta.  

***
Ditengah kencangnya suara air terjun Rega mencium bibir Riri dengan cepat, Riri tak dapat mengelak dia menikmati ciuman itu, keduanya saling melumat satu sama lain merasakan sensasi pertukaran lidah hingga suara berdecit terdengar dari bibir keduanya.

"Tunggu dulu Ga"

"Kenapa Ri?" tanya Rega sedikit kecewa. 

"Aku takut ada yang melihat kita Ga," 

Mata Riri kini menelusuri pandangan ke sekeliling, dia merasa sedikit aneh, siang hari tapi mengapa begitu sepi di air terjun itu. 

Tak banyak bicara, Rega kini menarik tubuh Riri turun ke air terjun. 

"Mau apa sih Ga? Dingin," ucap Riri memeluk tubuhnya sendiri, baju yang ia kenakan telah basah kuyup terguyur air terjun yang dinginnya bagai es. 

"Tenang akan aku hangatkan," Rega langsung membuka bajunya dengan cepat, membuat mata Riri terbelalak tatkala melihat tubuh atletis Rega, perutnya yang sixpack membuat Riri tak berkedip. 

Sejurus kemudian Rega kembali mencium bibir Riri yang tengah memandanginya dengan bringas, Riri terhenyak namun lagi-lagi sentuhan bibir lelaki tampan itu membuat Riri melayang di udara, dia sangat menikmatinya. Riri memeluk erat seolah tak ingin Rega pergi, dua insan itu kini tengah berpelukan ditengah guyuran air terjun. 

***
Di lain sisi Sanum tengah celingukan mencari keberadaan Riri, sebab Riri tadi bilang akan membantu Lala memasang tenda. 

"Kamu mencari aku Num," tanya Lala dari arah berlawanan, dia menenteng termos air panas di tangannya. 

"Oh, enggak La, aku mencari Riri katanya tadi Riri bilang mau bantu kamu pasang tenda."

Lala terkekeh kecil ketika mendengar ucapan Sanum. 

"Apasih Num, dari tadi aku pasang tenda bareng Rega," ucap Lala seraya merapikan bara untuk api unggun nanti malam. 

"Tuh anaknya," tunjuk Lala ke arah belakang tendanya. 

"Apa? Apa? Lagi pada ngomongin aku ya?" ucap Rega yang keluar dari balik tenda. 

"Ih GR," balas keduanya berbarengan, Rega tertawa kecil melihat ekspresi kedua teman wanitanya itu. 

Sanum termenung. 

"Kemana Riri? Tadi katanya mau bantu Lala memasang tenda, apa Riri bohong sama aku?" Batin Sanum terus bertanya-tanya, ia mulai merasa curiga dan aneh dengan sikap Riri. 

***
"Hey... Adam.... Rega..." suara teriakan datang dari arah barat, ternyata itu suara Evan, dia berlari cepat ke arah kawan-kawannya. 

Evan membungkuk mencoba menarik nafasnya yang tak beraturan. 

"Evan! Ada apa sih? Kenapa kamu basah kuyup begitu," tanya Lala heran. 

"Num, te-temanmu si Riri pi-pingsan di sana," ucap Evan seraya menunjuk ke arah barat. 

"Apa? Dimana Van?" tanya Sanum terkejut. 

"Di-disana, ayolah cepat kamu lihat sendiri kondisinya, aku-aku tak bisa menjelaskan semua ini," Evan lantas menarik tangan Sanum untuk mengikutinya, Lala mengekor dari belakang. 

Sedangkan Rega menyusul Adam ke tenda untuk memberi tahu semua itu. 

"Astaghfirullah," ucap Sanum terkejut ketika melihat Riri tengah di tutupi jaket milik Cika

"Ri bangun Ri, astaghfirullah Riri bangun hey," Cika masih menepuk pipi Riri namun dia masih menutup matanya. 

"Aku gak tahu Num, La aku berniat mencari kayu ranting untuk api unggun kita nanti malam, tapi saat aku dan Evan sibuk memungut ranting aku mendengar teriakan dari arah sini, dan ternyata Riri sudah pingsan di air terjun ini," tutur Cika menjelaskan semua. 

"Ada apa?" tanya Rega dan Adam yang baru saja datang. 

"Astaghfirullah," mereka keduanya membalikan tubuh saat Sanum tengah mengancingkan jaket di tubuh Riri. 

"Kalian cepat bawa Riri ke tenda," titah Sanum kepada tiga teman lelakinya, kini mereka bergegas membawa Riri ke tenda. 

Saat sampai Sanum mengoleskan minyak angin keseluruh tubuh Riri yang dingin, dia mengganti semua pakaian Riri dengan pakaian baru, sungguh Sanum tak menyangka mengapa Riri bisa dalam keadaan memalukan begitu? 

Sementara diluar tenda, Cika dan Evan kembali menjelaskan kepada teman lainnya kronologis semua itu. 

"Aku sempat melihat Riri berjalan ke arah barat, aku tanya dia mau kemana? Dia jawab mau bertemu denganmu Ga," ucap Cika seraya menunjuk Rega. 

"Hah aku?" kini Rega berbalik menunjuk wajahnya sendiri. 

"Aku sejak tadi gak kemana-mana Cik, aku tadi malah sibuk memasang tenda bersama Lala." balas Rega dengan heran saat Cika menuduh dirinya menemui Riri sebelum Riri akhirnya ditemukan pingsan. 

Lala membenarkan argumen Rega sebab Lala sedari tadi memasang tenda bersama Rega. 

"Benarkah? Tapi aku juga lihat dikejauhan ada lelaki yang melambaikan tangan ke arah Riri, aku kira itu dirimu Ga," kembali Cika menguatkan argumen dirinya. 

"Kamu yakin Cik kamu melihat Riri ?" tanya Sanum dibalik tenda, dia sedari tadi mendengarkan semua percakapan mereka. 

Cika mengangguk mengiyakan perkataan Sanum. 

"Apa jangan-jangan gunung ini ada penunggunya.." 

"Hush gak boleh bicara sembarangan Van," Adam menyentil mulut ember Evan agar tak melanjutkan kalimatnya di situasi seperti ini. 

Kini ke enam sahabat itu saling menatap penuh tanya, Jika bukan Rega yang Riri temui, lalu siapakah lelaki yang bertemu dengannya tadi? 

*****

Kedua orang tua Sanum saat ini masih menunggu Sanum sadar dari pingsannya. 

Mereka sangat menyesal, jika saja kemarin mereka mendengar semua yang Sanum katakan, mungkin saja Riri pun saat ini masih ada di tengah-tengah mereka. 

"Ama maafkan kami yang tidak mengindahkan ucapan Sanum, sungguh kami tak menyangka kejadiannya akan seperti ini."

Rega dan semua kawannya mengutarakan maaf atas apa yang terjadi, namun mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur, semua ini telah terjadi atas kehendak yang maha kuasa. 

Tidaaaaak! 

Mata gadis berhijab itu  berlinang air mata saat terbangun dari pingsannya selama kurang lebih 10 menit. 

Dia langsung bangun dan menyasar semua ruangan rumah Riri, betapa terpukul dirinya saat melihat Riri terbujur kaku diatas kasur kecil panjang. 

Sanum terus menggoyang-goyangkan tubuh sahabatnya dengan kencang, tapi tak sedikitpun Riri bangun dari tidurnya. 

"Dasar bodoh kamu Ri, aku sudah bilang kan sama kamu kita batalkan pendakian ini."

"Mengapa kamu memaksa hah?"

"Bangun Ri, Riri bangun!"

Rega mengangkat tubuh Sanum agar tak terus menangisi Riri. Sanum menepis tangan Rega, dia meracau dan membentak semua kawannya. 

"Andai saja kalian dengarkan perkataanku kemarin, Riri masih bersama kita disini."

"Aku sudah bilang, aku tak mau melanjutkan rencana pendakian kita, aku menceritakan semua mimpiku pada kalian, tapi kenapa kalian tak mendengarkan aku hah?"

Sanum kembali histeris dan pingsan, kedua orang tuanya kewalahan akhirnya mereka memutuskan membawa Sanum pulang dulu ke rumah, sebab jika terus di rumah Riri, Sanum akan terus meracau atas kejadian ini yang masih belum bisa dia terima.  

Bagaimana tidak! 

Sehari sebelum pendakian Sanum mendapatkan mimpi bahwa kejadian buruk akan menimpa Riri saat tiba di gunung yang rencananya akan mereka daki. 

Dalam mimpi Sanum, Riri pingsan setelah bercumbu dengan Rega di sebuah air terjun, namun dalam mimpi Sanum dia melihat bahwa ada Rega lain yang sedang memasang tenda bersama ke enam sahabatnya yang lain. 

Sanum tak mengerti sama sekali arti dari mimpinya, namun dia merasa begitu nyata ketika melihat Riri perlahan di cumbu dengan bringas oleh Rega. 

Sanum telah menceritakan semua mimpinya pada ke enam sahabatnya itu, tapi tak satupun dari mereka mempercayai mimpi Sanum. 

"Apasih Num mimpi kamu kok jelek banget, mana mungkin aku bertemu Rega diam-diam sementara aku tahu Rega adalah calon suamimu." ucap Riri tempo hari sebelum pendakian itu dilangsungkan. 

Sanum tak mempersalahkan mimpi percumbuan itu, yang ia takutkan adalah setelahnya yakni Riri tak sadarkan diri setelah seseorang berwajah Rega mencumbuinya di deras air terjun itu. 

Tapi Riri tak percaya semua mimpi Sanum, baginya semua hanyalah mitos belaka. 

Hal yang sama Rega utarakan, bahwa dia sangat ingin mendaki karena pendakian ini adalah yang terakhir sebelum dirinya nanti resmi menikah dengan Sanum di pelaminan. 

"Num, percayalah semua mimpi itu dusta, jika kamu percaya itu musyrik!" ucap Rega menyampaikan hal yang sama dengan Riri saat itu. 

Akhirnya Sanum tak bisa berbuat apapun lagi, dia terpaksa mengikuti paksaan ke enam sahabatnya itu untuk tetap menjalankan pendakian terakhir ini. 

Namun apa yang terjadi? 

Semua perkataan Sanum benar adanya, pendakian itu adalah awal petaka bagi mereka. 

Riri kini tengah tak sadarkan diri setelah pendakian itu, semua mimpi Sanum benar terjadi. 

Sanum masih histeris dia tak bisa menerima kejadian itu, Rega dan kawannya hanya bisa menyesal dengan sedalam-dalamnya. 

Ke egoisan mereka membawa malapetaka bagi hidup Riri. 

***
Tubuh Riri masih bernyawa, tapi gadis itu masih menutup rapat matanya. Keluarga Riri kini tengah mencari bantuan orang pintar untuk mengetahui penyebab anaknya yang seperti itu. 

Orang pintar yang mereka pintai pertolongan berkata bahwa Riri telah melanggar sesuatu di gunung itu sehingga penjaga gunung merasa murka, sehingga dia menjerat sukma Riri untuk memberikan hukuman. 

"Lalu apa yang harus kami lakukan Ki?" tanya kedua orang tua Riri pada Ki Jalu dukun terkenal yang sering mengobati orang-orang yang berurusan dengan hal berbau mistis.  

Ki Jalu meminta seekor ayam cemanik untuk pengobatan Riri, ayam cemanik yang dari darah hingga dagingnya berwarna hitam semua. 

Mereka harus mendapatkan ayam itu sebelum pukul 12 malam, karena ritual penjemputan sukma Riri akan dilaksanakan tepat jam 12 malam. 

Orang tua Riri meminta bantuan Rega beserta kawannya yang lain untuk mencarikan ayam yang Ki Jalu minta. 

"Dimana kita mendapatkan ayam itu Ga?" 

"Aku juga tak tahu Cik, setahuku metode pengobatan seperti ini adalah salah," ucap Rega berbisik. Ki Jalu menatap Rega dengan tajam, sepertinya dia mendengar apa yang baru saja Rega katakan. 

Sementara semua orang membantu mencari ayam cemanik yang di pinta Ki Jalu. 

Keluarga Sanum justru tengah mengadakan do'a untuk kesembuhan Riri. 

Sanum terus memanjatkan do'a disetiap shalatnya agar sahabatnya segera sadar seperti sedia kala. 

"Ama tahu Nak, kamu terpukul dengan semua ini, tapi jangan salahkan dirimu ya, semua sudah menjadi kehendak Allah." ucap Bu Yolan pada putri satu-satunya itu. 

Bu Yolan sama sekali tak menyangka mimpi putrinya bisa sebegitu akurat dengan kejadian saat ini. 

Namun bagi Bu Yolan semua tak lepas dari campur tangan Allah, jika memang terjadi maka terjadilah, begitu prinsip keluarga Sanum dalam menghadapi semua situasi yang terjadi di dunia ini. 

"Assalamualaikum." 

Ting tong! Ting tong! 

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawab Pak Wisnu seraya membuka pintu, dilihatlah ternyata calon menantunya yang datang. 

Rega membawa bingkisan dengan parcel buah apel kesukaan Sanum. 

"Eh Nak Rega! Masuk Nak."

"Sanum ada Api?"

"Ada di atas, sebentar Api panggilkan ya!"

Pak Wisnu bergegas menemui putrinya di kamar, Sanum yang masih berbalut mukena berkata bahwa saat ini dia tidak mau bertemu dengan Rega, rasa kecewanya masih sangat besar. 

"Sayang! Rega-"

"Suruh dia pulang Api, Sanum masih mau istirahat," ucapnya memalingkan wajah. 

Bu Yolan mendorong suaminya keluar, dia ingin memberi waktu untuk Sanum agar tenang. 

Bu Yolan berkata pada suaminya bahwa semua tidak mudah, Sanum masih belum sepenuhnya menerima semua kejadian malang yang menimpa Riri. 

"Nak Rega beri Sanum waktu ya, dia masih syok!"

"Rega tahu Ama, biarkan Sanum sendiri dulu, Rega hanya mengabarkan bahwa pengobatan Riri akan dilaksanakan nanti malam katanya."

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu Nak, Ama senang mendengarnya."

"Iya Ama, tapi-"

"Tapi kenapa Nak Rega?" tanya Pak Wisnu penasaran sebab raut wajah calon mantunya itu sungguh muram durja. 

"Mereka memakai jasa dukun Pi, entahlah dukun itu meminta ayam cemanik untuk ritual penjemputan sukma Riri katanya."

Mendengar penjelasan Rega, kedua orang tua itu saling menatap, mereka membelalak ketika mendengar penuturan Rega.  

"Riri....." teriak Sanum dengan kencang, dia terperanjat dari tidurnya yang hanya beberapa menit itu. 

Rega dan kedua orangtua Sanum dibuat terkejut, saat hendak naik ke kamar gadis itu telah lebih dulu turun dengan cepat menghampiri mereka. 

"Ama Riri Ma, Riri di bawa asap hitam, di-dia mengulurkan tangan padaku dia menangis Ama, aku harus segera melihat Riri."

"Sanum tenang Nak tenang! Riri masih belum sadar sayang."

"Ama aku barusan bermimpi lagi Ama, Riri tergulung asap hitam, asap itu membawa Riri pergi jauh Ama."

"Asap hitam apa Nak? Tak ada asap hitam sayang kamu melantur lagi, ayo ikut Ama kita minum dulu."

"Tunggu dulu Ma." ucap Pak Wisnu mengehentikan langkah istrinya. 

"Apa yang kamu lihat dalam mimpimu Nak?" kini Pak Wisnu berbalik menayai mimpi yang kembali hadir pada putrinya. 

Sanum lantas menjelaskan, Riri berteriak minta tolong padanya dalam mimpi, dia meminta Sanum agar menjemputnya pulang, Sanum hampir memegang tangan Riri namun karena asap hitam membawanya, Riri hanya bisa menangis tangannya terus dia ulurkan pada Sanum. 

Pak Wisnu lantas berpikir, jika kembali hadir melalui mimpi, bisa jadi mimpi Sanum benar terjadi lagi. 

"Nak Rega, kita harus menghentikan ritual ayam cemanik itu."

"Loh Pi, tak usah kita ikut campur urusan keluarga Riri, biarlah mereka jika percaya dengan metode itu." 

"Ama masih tidak mengerti atas mimpi-mimpi Sanum?" tanya pak Wisnu kembali. 

Bu Yolan kini membuka mata bulat-bulat, sepertinya dia teringat akan sesuatu! 
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

close