Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DENDAM SANG NENEK HITAM (Part 3 END)

Lanjutan kisah nyata perjalanan yudha Anak titisan Siluman Ular Naga Kanaka..


JEJAKMISTERI - "Kamu nggak tidur bud?" Suara bapak membuyarkan lamunan budi.

"Oh, belum ngantuk pak, lagipula pesan yudha, kita kan harus terus jaga yanti" Jawab budi pada bapaknya.

"Ya nggak apa-apa, biar bapak yang tunggu disini, kamu tidur di kamarmu saja sana" Pinta bapak budi

"Ah, bapak saja yang tidur, aku sambil jaga-jaga, kalau-kalau si yudha membutuhkan sesuatu" Ujar budi.

"Memang dari tadi yudha belum keluar dari kamar itu? Kok kayaknya sepi-sepi aja di dalam situ" Kata bapak budi sambil menunjuk kamar dimana yudha ada di dalam.

"Iya pak, dia belum keluar dari tadi, bilangnya sih mau tirakat, atau malah jangan-jangan dia ketiduran di dalam ?" Ucap budi bingung

"Ya sudah biar saja, toh memang dari tadi dia belum istirahat" Jawab bapak coba menenangkan

Sementara itu di dalam kamar..

Mataku terpejam, ku atur nafas secara perlahan sambil duduk bersila..

Sudah hampir satu jam lebih aku tirakat mengheningkan cipta, mohon petunjuk pada Yang Maha Kuasa...

Namun perlahan mulai muncul bentuk sebuah rumah kayu dengan halaman yang luas namun tidak terawat..

Ku coba memusatkan pikiran, menajamkan mata batinku..

Sampai akhirnya aku melihat seorang nenek-nenek kurus berpakaian kebaya hitam, duduk di depan dupa yang mengepulkan asap..

Ternyata di sekeliling nenek itu banyak makhluk-makhluk yang berbentuk aneh, bahkan sampai ada yang bertebaran di sekitar rumah itu.

Ada yang hinggap di atas pohon-pohon, atap rumah, dan banyak lagi..

Dan berdiri di belakang nenek itu, sosok genderuwo berbadan besar berbulu lebat di seluruh tubuhnya, dengan sepasang tanduk di kepala, dan lidah yang menjulur di antara giginya yang bertaring..

"Hmm... Gondoruwo yang tadi siang ada di kamar yanti... Aku mengucap dalam hati

Tiba-tiba saja, nenek itu mendelik marah, sambil berucap..

"Heh bocah sialan, berani sekali sukmamu datang ke tempatku ini, mau cari mati kamu !!!!"

Nenek itu berdiri marah sambil bertolak pinggang..

"Ayo kalo memang kamu berani, datang kesini hadapi aku, ku patahkan batang lehermu !!!" Teriak sang nenek

"Aku hanya tersenyum, rupanya dia sadar akan kehadiran sukma ku.." Batin ku berucap..

Aku tak menggubris tantangannya... Tujuanku meraga sukma memang hanya ingin memastikan siapa yang mengirim makhluk-makhluk yang menggangu yanti.

Perlahan aku tarik dan kembalikan sukmaku meninggalkan tempat itu..

Aku membuka mata, dalam hati aku berucap..

"Kau tunggu saja kedatanganku nenek busuk, akan ku buat perhitungan denganmu, akan kuhentikan semua perbuatanmu yang mencoba mencelakai yanti, tunggu saja" Janjiku dalam hati.

Hari sudah pagi..
Sinar hangat matahari masuk di sela-sela jendela kamar.

Aku bangun dari tidurku, Mataku masih terasa berat..

Semalam aku tirakat sampai menjelang subuh, selesai sholat, ku coba tidur sebentar..

Aku keluar dari kamar, kulihat budi sahabatku tertidur di kursi ruang tamu

Aku melangkah menuju kamar depan dimana yanti berada..

Di dalam kamar, terlihat yanti yang tertidur pulas, kondisinya sudah berangsur normal..

Sepertinya yanti sudah mandi dan berpakaian bersih, tidak seperti kemarin saat kondisinya masih kacau..

"Alhamdulillah, mudah-mudahan yanti cepat sehat kembali" Ucapku dalam hati

"Lho sudah bangun nak yudha?" Suara bapak budi mengagetkanku

"Iya pak, baru saja. Ini habis lihat kondisi yanti, sepertinya dia sudah mulai normal.." Jawabku perlahan.

"Iya nak, barusan dia panggil-panggil bapak dari dalam kamar, bapak tadi tidur di ruang tamu sama budi

"Bapak mau kasih tau kamu, tapi tadi bapak intip, nak yudha sedang tidur pulas. Nampak lelah sekali" Bapak budi menjelaskan

"Yanti sudah sadar nak yudha, malah terus langsung mandi, lalu minta makan. Bapak seneng banget dia bisa kembali seperti itu" Ucap bapak budi dengan nada bahagia

"Terus rencana nak yudha selanjutnya apa ?" Tanya bapak budi penasaran

"Sebenarnya ada beberapa hal yang harus saya lakukan, agar kedepannya semua bisa kembali hidup tenang tanpa gangguan lagi" Aku coba menjelaskan pada bapak budi.

Bapak budi mengangguk-angguk lalu berkata..

"Saya percayakan semuanya pada nak yudha saja, semoga kita semua selalu di lindungi Allah SWT..."

Pagi itu kami bertiga sarapan bersama, budi yang tampak sangat gembira mengetahui adiknya sudah kembali normal

Sambil aku menjelaskan, bahwa hari ini aku akan pergi ke tempat nenek iblis itu

Budi nampak semangat, dia memaksa untuk ikut...

"Pokoknya aku ikut yud, dari kemaren kamu selalu melarang aku untuk membantumu, aku nggak bisa diam saja serasa tak berguna" Paksa budi kepadaku.

"Oke.." Akhirnya aku mengalah..

"Tapi kamu harus patuh dan dengar semua omonganku, aku nggak mau kamu celaka" Pintaku pada budi.

Selepas magrib, aku dan budi pamit.

"Hati-hati, jaga diri kalian baik-baik, semoga Allah SWT selalu melindungi kalian.."

"Bapak titip budi ya nak yudha, dan kamu bud, jangan sok tau atau macem-macem, ikuti saja apa yang yudha suruh" Ucap bapak budi kepada kami.

"Baik pak, doakan kami berhasil dan bisa kembali dengan selamat" Jawabku

"Yo wes pak, tenang aja, aku yakin kok sama kemampuan yudha, si dukun sakti" Kata budi sambil mengacungkan jempolnya.

Aku cuma bisa senyum-senyum mendengar jawaban budi..

Kami berjalan menuju ke luar desa, menyebrangi sungai kecil, lalu berjalan melalui hutan dengan lampu senter yang ada di tangan kami.

"Ini memang harus malam-malam begini ya yud? Kenapa nggak dari tadi siang aja kita jalannya? Aneh kamu.." Tanya budi sedikit kesal karena beberapa kali dia tersandung akar pohon hutan.

"Hmm mulai rewel, tadi katanya mau nurut sama omonganku..." Ucapku sambil tersenyum mengejek

"Ya terserah kamu lah yud, lah wong aku cuma manut, nggak ngerti apa-apa" Jawab budi setengah ngambek.

"Tapi kok kamu bisa paham sih jalan hutan ini, lah wong aku saja yang lahir di daerah ini malah nggak pernah sampai sini" Tanya budi heran.

Aku cuma bisa tersenyum...

Tak lama akhirnya kami sampai di depan sebuah rumah, terpencil di tengah hutan...

Rumah kayu dengan halaman luas tapi tak terawat, persis seperti yang ku lihat tadi malam saat meraga sukma.

Sekeliling tampak sangat gelap, tapi sepertinya ada cahaya lampu dari dalam rumah itu...

"Kita sudah sampai" Ucapku pada budi

"Tempat siapa ini yud? Kok bisa ada rumah di tengah hutan begini? Lagian kok kamu bisa tau tempat ini sih? Ngga ngerti aku.." Tanya budi keheranan.

"Ini tempat sumber masalah yang menimpa yanti selama ini, semua berasal dari sini. Udah, kamu nurut aja, nggak usah banyak tanya" Jelasku kepada budi.

Tiba-tiba terdengar suara lantang dari dalam rumah..

"Hahaha... Bocah-bocah monyet sok jago, kalian cuma nganter nyawa kesini !!!"

Budi ketakutan mendengar suara itu

"Siapa itu yud? Kok dia bisa tau ada kita disini??" Tanya budi dengan wajah yang berubah pucat.

"Itu dia biang keladi yang bikin adikmu sengsara, gimana, kamu masih mau lanjut ?" Tanyaku pada budi yang cuma diam sambil merapatkan tubuhnya padaku.

"Kamu tunggu disini aja, pokoknya apapun yang terjadi, kamu jangan panik, percaya saja padaku" Ku coba tenangkan budi yang nampak gelisah.

Budi cuma bisa mengangguk, mulutnya serasa terkunci, nyalinya ciut semenjak mendengar suara dari dalam rumah tadi

"Hai nenek reot, sini keluar, katanya mau patahkan batang leherku???" Tunjukkan wujudmu!!!" Gertakku membalas suara tadi.

"Kamu diam di sini bud, selama kamu ada dalam lingkaran ini, kamu aman.."

Ucapku pada budi sambil membuat lingkaran di sekelilingnya dengan telunjukku, sambil membacakan mantra ilmu pelindung raga..

"BRAAAKKKK... !!!" terdengar suara pintu terbuka keras..

Lalu saat bersamaan, muncul sang nenek, beserta semua makhluk-makhluk pengikutnya yang setia mendampinginya, di pimpin si genderuwo besar...

"Habisi mereka!" Perintah sang nenek kepada semua makhluk yang ada disitu.

Dan secara bersamaan, mereka menyerang dari segala penjuru..

Ku lihat budi terkejut, sambil ambil ancang-ancang untuk mundur..

"Diam di situ Bud, jangan sampai kamu keluar lingkaran, mereka takkan bisa menyentuhmu !" Teriakku yang membuat budi jadi diam kaku dengan mata terpejam...

Aku langsung ambil posisi siaga, persis di depan Budi.. Sambil ku lafalkan mantra ilmu pelindung raga..

Dan benar saja, setiap makhluk yang mendekat, langsung hangus terbakar di hadapan kami, tak sanggup menembus pagar pelindung raga ku....

Tapi aneh... Setelah mereka terbakar habis, tak lama kemudian mereka kembali hidup utuh seperti sedia kala !!!

"Hahahahaaa... Kenapa??? Kau heran?? Disini, ilmu murahanmu tak berguna sama sekali !!!" Ucap sang nenek dengan sombong.

"Nanti kalian berdua akan ku kuliti hidup-hidup... Setelah kalian mampus, berikutnya adalah si gadis sombong sok cantik itu, yang sudah berani menyakiti hati cucu kesayanganku sampai cucuku nekad bunuh diri

"NYAWA DI BAYAR NYAWA !!!" kata sang nenek dengan lantang.

Aku tercekat mendengar perkataan nenek itu, kulirik budi, diapun kaget mendengar ucapan sang nenek..

Ternyata semua ini hanyalah aksi balas dendam... Tapi dari yang pernah budi ceritakan, dia dan ayahnya memang tidak tahu menahu urusan asmara yanti selama ini...

Tubuhku makin terasa lemas, tenagaku mulai terkuras membentengi diri dari serbuan makhluk-makhluk yang tidak bisa musnah itu...

"Aku harus menyerang balik mereka, kalau begini caranya, lama-lama bisa mati konyol" Ucapku dalam hati..

Ku ambil tasbihku dari dalam saku, ku genggam erat sambil menyalurkan ilmu pemusnah..

"Aku melompat maju, lalu bertubi-tubi menyabetkan tasbihku kepada setiap makhluk yang mendekat..

Beberapa dari mereka langsung hancur terkena sabetan tasbihku..

"Berhasil.." Ucapku dalam hati.

Gerakanku hanya terbatas di sekeliling budi saja, aku khawatir kalau-kalau ada makhluk yang mampu menembus benteng pelindung raga di sekitar budi...

Tenagaku mulai habis, keringat membasahi sekujur tubuhku..

Lalu ku lihat nenek itu melompat maju..

"Hahahaha... Ilmu murahan macam begitu kau tunjukkan padaku !! Nih rasakan tanganku... !!" Teriak si nenek

Kedua tangan nenek itu berubah, jari-jarinya dengan aneh menjadi panjang dan berwarna kemerahan, siap meremukkan leherku...

Aku menunduk sambil berguling, tapi posisiku yang tetap harus melindungi Budi, membuat gerakanku tertahan...

"Mampus kau !! Teriak nenek itu, sejengkal lagi, jari-jarinya yang panjang sampai ke leherku..."

Aku sabetkan tasbihku tepat di ujung jari-jarinya....

"Aahh....!! Si nenek terkejut, tak menduga kalau aku akan melakukan itu

Ujung jari telunjuk kanannya seperti hangus kehitaman terkena sabetan tasbihku, nenek itu menjerit kesakitan.

Nenek itu coba mengarahkan jari-jari panjang tangan kirinya ke arah mataku, seperti siap mencongkel kedua mataku dengan kukunya..

Aku tak tinggal diam, kembali ku sabetkan tasbihku, dan mengenai telapak tangannya, langsung terlihat luka hangus di telapak tangan kiri nenek itu..

"Sialan !!!" Nenek itu menjerit kesakitan

Sambil mundur, dia berkata..

"Sekarang giliranmu, habisi dia !!" Perintah si nenek pada genderuwo.

Genderuwo itu melangkah maju ke arena pertarungan...

Tiba-tiba dia mengaum keras !!!
Tak lama kemudian, muncul belasan, atau bahkan puluhan genderuwo dari balik kegelapan malam!!!

"Pantas saja auranya lain, ternyata dia adalah raja genderuwo di hutan ini..." Batinku mengucap...

Mahluk-makhluk yang tadi menyerang perlahan mundur, aku masih terengah-enggah kelelahan sambil tetap berdiri di depan budi..

Kini di sekeliling kami, berkumpul puluhan genderuwo dengan berbagai rupa dan ukuran, tapi tetap tak ada yang melebihi besarnya ukuran tubuh raja genderuwo tadi...

Langsung ku kerahkan sisa-sisa tenagaku untuk menghadapi mereka, tapi nampaknya sabetan tasbihku tak mempan sama sekali pada mereka, sampai pada akhirnya...

BUGGHHH...!! hantaman sang raja genderuwo mengenai dadaku, aku langsung terduduk menahan sakit yang luar biasa...

Darah mengalir dari bibirku, sesak sekali rasanya dada ini...

Sekilas terlihat banyak genderuwo mendekati budi yang takut setengah mati..

Tak ada pilihan lain, terpaksa ku gunakan sesuatu yang selama ini sangat ku benci, yang bersemayam abadi dalam tubuhku..

Ku pejamkan mata, perlahan ada rasa panas menjalar ke seluruh tubuh.

Dan akhirnya...

RRRRROAAAARRR....!!!

Aku berteriak keras, tubuhku perlahan berubah...
Seluruh kulitku muncul sisik-sisik ular berwarna keemasan... Mataku merah menyala, lidahku menjulur panjang dengan ujungnya yang terbelah...

Si nenek nampak terkejut dengan apa yang terjadi, tubuhnya sedikit mudur ke belakang, berucap dalam hati...

"Apakah benar yang ku lihat ini ?" Ada sosok naga kanaka, raja diraja seluruh ular dan siluman 8 penjuru angin, ada dalam tubuh anak itu.

Siapa dia sebenarnya ??

"Siapakah engkau ?" Tanya nenek itu dengan suara gemetar seperti ketakutan...

"Apa hubungan kau dengan naga kanaka ?" ucap nenek itu lagi kepadaku.

"Aku Yudha, anak titisan dari sang Naga Kanaka, dan saat ini adalah ajal kematian mu dan para makhluk pengikut jahanammu itu !!" Teriakku lantang.

Si raja genderuwo malah maju melompat mencoba menyerangku..

Dengan sekali pukulan tanganku, sang raja genderuwo langsung hancur menjadi abu !!!

Melihat hal itu, seluruh genderuwo dan makhluk lain pengikut si nenek kocar kacir meninggalkan tempat ini, aku tak tinggal diam...

Kusapu bersih semua makhluk-makhluk itu sampai tak tersisa...

Aku berdiri gagah di tengah-tengah arena, di antara gelapnya malam dan sisa-sisa debu dari semua makhluk yang ku hancurkan barusan..

Spontan saja sang nenek langsung bersimpuh sujud di hadapanku... Sambil berucap memohon...
"Ampuuuun, ampunilah saya... Selama ini saya tak tau saya berhadapan dengan siapa... Ampuuuuun..."

"Tak ada ampun bagimu, Naga Kanaka tak pernah membiarkan mangsanya hidup !" Ucapku sinis..

Aura kelam nan jahat menguasai jiwaku, mengubahku menjadi sosok tanpa belas kasihan...

"Tapi aku takkan mengotori tanganku, biar rakyatku saja yang menghukummu..."

Tak lama kemudian, muncul ratusan ular dari seluruh sudut penjuru hutan..

Dengan cepat, di sekelilingku di penuhi ular berbagai macam bentuk dengan jumlah yang tak terhitung !!!!

"Anak-anak, habisi dia !" Perintahku pada ratusan ular yang ada di sekelilingku

Tak butuh waktu lama, ratusan ular itu menyerbu sang nenek yang menjerit ketakutan

Sebentar saja, sang nenek sudah tenggelam dalam tumpukan ratusan ular yang melilit, menggigit dan menyerang nenek itu...

"Cukup !" Ucapku pada semua ular-ular itu

Perlahan semua ular itu meninggalkan sang nenek yang sudah tak bernyawa

Tubuh nenek itu hancur terkoyak, kulitnya tubuhnya hitam pekat akibat racun dari gigitan ular-ular itu, wajahnya hancur tak berbentuk...

"Sekarang kalian semua boleh pergi..." Perintahku pada ratusan ular itu, tak lama binatang-binantang melata itu pergi meninggalkan ku yang masih berdiri di halaman depan rumah si nenek.

Ku ambil posisi duduk bersila, ku atur nafas, mencoba mengembalikan wujudku seperti semula...

Tapi seperti yabg sudah-sudah, pengaruh Kekuatan Naga Kanaka sangat sulit untuk di hilangkan...

Tapi aku paham bagaimana mengendalikannya, perlahan sisik emas di sekujur tubuhku menghilang, ada hawa dingin di sekitar pusarku, pertanda aku telah normal kembali...

Aku berdiri dan menghampiri budi yang nampak ketakutan melihat aku yang mendekat...

"Ja.. Jangan sakiti saya... Ampun.. Saya ini temannya yudha.. Saya bukan musuh.." Ucap budi sambil perlahan ngesot-ngesot mundur...

"Terus saja kamu ngesot mundur gitu bud, kalo bisa sampe rumah, biar pantatmu tipis sekalian" Ucapku sambil tersenyum..

Yud ?.. Ini beneran yudha ya? Budi masih mundur tak percaya...

"Apa mau aku panggilkan ular-ular itu buat nganter kamu pulang...?" Candaku sambil tertawa..

"Ngaco kamu ! tapi lega aku dengernya yud... Sory, soalnya kamu nyeremin banget tadi, gila... Gila... !!! Aku masih syok ini"
Ucap budi yang terlihat lebih tenang..

"Tapi itu tadi yang bersisik emas, beneran kamu yud ? Kok bisa begitu ? Kamu ngga pernah cerita-cerita tentang hal itu" Budi bertanya kepadaku.

"Ahh.. Panjang ceritanya, lain kali saja aku ceritakan.. Sekarang kita pulang, perutku lapar banget..." Jawabku sambil membantu budi berdiri

"Nanti dulu" Ucap budi seperti enggan berdiri..

"Hahahaaaahaha... Bud, bud.. Kamu ngompol ? Pesing banget ini.." Aku terbahak-bahak..

"Bodo amat !!" Kata budi sambil berdiri pelan..

"Ya udah kalo kamu mau tetap disini, tapi tadi rasanya ada beberapa genderuwo yang luput dari seranganku, dan pasti suka sama orang yang bau pesing begini.. Hahahaha" Aku beranjak pergi meninggalkan budi.

"Eh tunggu yud, ahhh.. Main tinggal aja sih..." Budi berlari mengejarku.

"BODO AMAT !!" ku balas perkataan budi barusan...

---==SEKIAN DULU==---

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close