Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LAHIRNYA PUTRA SANG NAGA (Part 2)

JEJAKMISTERI - Tanpa menunggu lama, ular itu membuka mulutnya lebar-lebar, dengan cepat, kepala kerbau itu masuk ke dalam mulutnya !!!

Dengan cepat, kepala kerbau itu masuk habis ke dalam mulut sang ular, lalu berpindah ke bagian perut ular itu yang kini nampak membesar.


"Bagus warsito, ku terima semua persembahanmu, ritual ini selesai sampai disini, kau boleh pulang" Ucap ular itu lalu pergi meninggalkan gua..

Warsito nampak tersenyum puas. Lalu bergegas memakai pakaiannya kembali. Tak lupa juga dia memakaikan kembali pakaian laras yang sepanjang ritual hanya diam seperti tertidur...

Setelah beres semua, lalu di bopongnya tubuh istrinya keluar gua...

Sampai di luar, dia kembali memandang sekeliling memastikan tak ada orang yang melihat dia keluar dari situ.

Dia membopong istrinya kembali ke rumah, dengan hati yang bahagia karena usahanya berhasil dengan baik.

Waktu berlalu, berita kehamilan laras dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru desa, karena semua penduduk sekitar sana tau, kalau pasangan warsito dan laras telah lama menikah, tapi belum juga memiliki keturunan.

Siang itu, warsito duduk di teras rumahnya di dampingi istrinya yang sedari tadi duduk sambil terus mengelus-elus perutnya yang kini makin membesar.

Wajah keduanya tampak sangat bahagia, akhirnya keinginan mereka selama ini akan segera terkabul.

"Mas, semalam aku bermimpi buruk lagi, mimpi yang sama seperti yang sudah-sudah, aku jadi khawatir mas.." Ucap laras memulai pembicaraan.

Ya, sejak mengandung, hampir setiap malam laras bermimpi di datangi sesosok ular besar bersisik emas, yang selalu datang dan menjilati perutnya...

"Ah, itukan cuma sekedar mimpi, tak usah kau pikirkan, lagipula, ada aku yang akan selalu melindungimu dan calon anak kita ini" Ucap warsito menenangkan istrinya.

"Iya mas, tapi kok ya mimpi yang sama selalu berulang-ulang, hampir tiap malam, aku kan jadi kepikiran.." Jawab laras.

"Sudahlah, lebih baik kau curahkan pikiranmu untuk calon anak kita yang sebentar lagi akan lahir ini" Ucap warsito sambil mendekat dan ikut mengusap-usap perut istrinya itu.

"Hhhh...." Laras hanya bisa menghela napas, seolah ingin membuang beban pikirannya selama ini.

Beberapa minggu kemudian...

Terdengar suara jerit tangisan bayi dari dalam kamar, warsito langsung saja lari mendekat ke kamar.

"Akhirnya...." Warsito tersenyum.
Malam itu, anak yang telah lama di dambakannya telah lahir...

Langsung saja dia masuk ke dalam kamar, di lihatnya sang istri di tempat tidur, sambil menggendong seorang bayi laki-laki...

" Mas, anak kita mas.. Dia laki-laki.. Gagah sekali seperti kamu.." Ucap laras yang terlihat kelelahan.

Lalu warsito mencoba menggendong anaknya itu...

"Wahai anakku, ini bapakmu.. warsito rekso trenggono.. Kunamakan engkau YUDHA SANGGA BUANA.. Semoga kelak engkau menjadi lelaki tangguh seperti aku dan para leluhurmu.." Ucap warsito dengan lantang, di iringi tangis sang bayi yang memecah suasana malam itu...

Tanpa di sadari warsito dan istrinya, semenjak tadi selama proses kelahiran anak mereka, ratusan ular berbagai jenis dan bentuk, hadir mengelilingi rumah itu, seolah-olah mereka sedang menantikan sesuatu....

Setelah terdengar tangisan bayi dari dalam rumah, seluruh ular-ular itu mendesis dengan keras, membuat suasana sekitarnya terasa sangat menakutkan.. !!!!

Tepat dua bulan semenjak kelahiran anak warsito, suasana malam itu terasa sangat sunyi...

Warsito dan istrinya sedang berbincang di ruang tamu, segelas kopi hitam ada di meja di hadapan warsito.

"Bagaimana ini mas, sudah dua malam Yudha badannya panas tak turun-turun, seharian dia rewel tak henti menangis, aku jadi khawatir.." Ucap laras pada suaminya.

"Sekarang bagaimana keadaannya..?" Jawab warsito tenang, sambil tangannya meraih gelas kopi, dan meminumnya perlahan..

"Sekarang yudha tidur di kamar, tampaknya dia kelelahan seharian nangis terus" Jawab laras.

Saat warsito akan meletakkan gelas kembali ke atas meja, tiba-tiba gerakannya terhenti...
Dirinya merasakan sesuatu yang aneh di sekitarnya, dan tak lama kemudian, tercium bau amis yang sangat menyengat....

Lalu tiba-tiba.. Terdengar tangisan bayi di dalam kamar.. Suaranya keras sekali...

"Yudha mas !!!" Teriak laras pada suaminya.

Mereka berdua bergegas menuju kamar dimana Yudha ada di dalamnya..

"Ya allah... YUDHAAAAA !!!" laras menjerit...

Warsito dan istrinya terkejut dengan apa yang mereka lihat saat ini....

Yudha menangis dengan keras, tubuh anak itu kini penuh di tumbuhi sisik ular berwarna keemasan !!!

Persis di samping anak itu, melingkar sosok ular kecil yang juga memiliki sisik berwarna emas, mendesis-desis menjulurkan lidahnya !!!

"Hmmm.. Naga kanaka, mau apa dia datang kesini.." Ucap warsito dalam hati...

"Mundur ras, biar aku yang atasi semua ini !!!" Teriak warsito sambil tangannya menahan gerakan laras yang sudah mau bergerak maju.

Warsito sudah siapkan ajian pemusnah di tangan kanannya, lalu dia bergerak maju menghampiri anaknya dan ular itu....

Tapi baru selangkah warsito maju, tiba-tiba saja ular itu menghilang dari hadapannya, kejadiannya cepat sekali, sekejap mata, ular itu hilang tanpa bekas...

Lalu warsito bergegas mendekati anaknya yang masih terus menangis...

Perlahan mulut warsito komat kamit membacakan sesuatu...

Lalu kedua tangannya mengusap sekujur tubuh anaknya dengan perlahan...

Tak lama kemudian, anak itu tangisnya terhenti, sisik-sisik emas juga perlahan menghilang dari sekujur tubuhnya...

Setelah semua kembali tenang, mata warsito tertuju pada sesuatu..

Ada 2 buah titik bekas gigitan ular, persis berada di bawah pusar anaknya itu...

"Hmmm... aku tau maksud kedatanganmu naga kanaka, takkan ku biarkan engkau merebut anakku dariku.." Warsito bergumam pelan.

Laras tiba-tiba maju dan langsung memeluk anaknya erat-erat...

Kejadian malam itu, takkan pernah bisa mereka lupakan seumur hidup...

20 tahun kemudian...

"Yudha anakku.. Sudah cukup nak. Tapa mu telah sempurna, bangunlah.." Ucap pria tua itu pada pemuda yang duduk semedi di hadapannya.

Pemuda itu membuka matanya, lalu perlahan bangkit dari duduknya...

Yudha, telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan berbadan kekar.

Lalu dia menunduk memberi hormat pada pria di hadapannya...

Pria itu adalah warsito, tersenyum melihat yudha anaknya yang berdiri di hadapannya dengan hanya menggunakan celana pendek.

Tubuh yudha yang bertelanjang dada, nampak dua buah titik hitam terlihat jelas persis dibawah pusarnya.

"Ilmu mu telah sempurna, semuanya telah ku ajarkan dan ku wariskan padamu, kelak engkau juga harus mewariskannya pada keturunanmu nanti" Ucap warsito sambil memegang pundak anaknya.

"Sekarang mari kita pulang, ibumu menanti di rumah" Sambung warsito.

Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri jalan setapak menuju desa tempat tinggal mereka.

Warsito senang, rasa khawatir yang menghantuinya selama ini seakan sudah berkurang.

Sambil sesekali melirik yudha anaknya yang berjalan di sampingnya...

"Semua ilmuku telah ku wariskan padanya, anakku akan menjadi seorang lelaki hebat tanpa tanding, bahkan mungkin dia jauh lebih hebat daripada aku" Batin warsito.

"Selama ini aku bersusah payah menjaganya agar sang Naga Kanaka tak bisa merebutnya dariku, semoga kedepannya, dia mampu menjaga dirinya sendiri"
Ucap warsito dalam hati.

"Pak, bapak kok melamun ?" Tanya yudha pada bapaknya yang berjalan di sampingnya.

"Ah nggak apa-apa, perut bapak sudah lapar, sudah terbayang daging kelinci hutan masakan ibumu di rumah" Jawab warsito sambil tersenyum.

Akhirnya mereka sampai di rumah..

"Bu... Aku pulang !!" Teriak yudha di depan pintu rumah.

Ibunya muncul sambil tersenyum, di peluknya anaknya itu lalu di cium keningnya.

"Alhamdulillah, kamu sehat nak? Ibu khawatir sekali sama kamu" Ucap laras membelai rambut anaknya itu.

"Aku baik-baik saja bu, tapi aku lapar sekali, aku kangen masakan ibu !" Jawab yudha.

"Ya sudah, kamu mandi dulu, nanti ibu siapkan makanan untukmu nak" Balas laras.

Hari demi hari berlalu...

Nampak laras terbaring lemah di atas tempat tidur.

Wajahnya pucat, tubuhnya kini semakin kurus.

Sudah beberapa bulan ini laras sakit-sakitan, warsito suaminya, dan yudha anaknya setia mendampingi dan merawat laras yang keadaannya semakin memburuk..

Warsito nampak duduk melamun, dia tak habis pikir, seluruh kemampuannya telah di kerahkan untuk mengobati istrinya, tapi tak membuahkan hasil.

Penyakit kanker itu terus menggerogoti tubuh istrinya.

Beberapa bulan kemudian laras wafat, meninggalkan warsito suaminya, dan yudha anaknya yang nampak sangat terpukul.

Kini tinggal mereka berdua tinggal di rumah besar ini...

Hari ini tepat 100 hari semenjak kematian laras...

Suasana malam itu sangat sunyi, warsito nampak duduk termenung di teras rumah, pandangannya nampak jauh menerawang ke depan...

Yudha datang dan duduk di samping bapaknya, di perhatikan wajah bapaknya itu yang semakin menua.

"Bapak nggak makan ?" Yudha bertanya pelan pada bapaknya.

"Bapak nggak lapar yud" Jawab warsito.

Belum lanjut pembicaraan mereka, tiba-tiba wajah warsito berubah tegang...

Perlahan semilir tercium bau yang sudah lama tak di ciumnya, bau amis ular !!!

"Hmm.. Akhirnya setelah selama ini, dia datang juga" Ucap warsito dalam hati...

Yudha heran melihat perubahan sikap bapaknya itu.

Tapi dia juga merasakan sesuatu yang aneh, dan juga bau amis yang terasa sangat familiar baginya..

"Siap-siap yud, nampaknya malam ini kita kedatangan tamu" Ucap warsito sambil bangkit dari duduknya..

Tiba-tiba saja, dari balik kegelapan malam, muncul sesosok pria tinggi besar, dengan mengenakan baju seperti layaknya seorang raja, dengan mahkota emas yabg berbentuk ukiran ular melingkar di kepalanya...

"Hai warsito, malam ini aku datang untuk menjemput putra ku.. Sebaiknya engkau tak usah menghalangiku" Ucap lelaki itu sambil bertolak pinggang menunjuk ke arah yudha...

"Wahai naga kanaka, kita memang punya urusan yang belum selesai, tapi malam ini aku sedang tak bernafsu meladenimu, diriku masih berduka dengan kematian istriku" Jawab warsito.

Pria berbaju kerajaan itu menjawab... "Selama ini ku biarkan engkau merawat dan membesarkan putraku, tapi sudah tiba saatnya dia ikut denganku..."

"Tapi baiklah, ku turuti keinginanmu, lagipula, istrimu juga yang telah berjasa merawat putraku itu, tapi nanti, dua hari dari sekarang, kau harus mengantarkannya padaku, atau kau terima akibatnya !!" Usai berkata, pria itu lenyap di telan gelapnya malam...

Yudha nampak terkejut mendengar pembicaraan kedua orang tadi, matanya langsung tertuju kepada bapaknya yang masih berdiri dengan tangan mengepal dan terlihat marah !!

"Pak, apa maksud omongan orang itu tadi? Siapa dia? Kenapa dia sebut aku sebagai putranya?" Tanya yudha bertubi-tubi pada bapaknya.

"Sini mendekat yud, mungkin inilah saatnya kamu tau apa yang sebenarnya bapak rahasiakan darimu bahkan juga ibumu, tapi bapak pikir engkau sudah cukup dewasa untuk tau yang sebenarnya" Ucap warsito sambil duduk kembali di kursinya.

Malam itu warsito menceritakan kepada yudha semua rahasia yang selama ini terpendam, yudha nampak mendengarkan dengan khidmat, sambil sesekali wajahnya nampak terkejut mendengar tuturan rahasia yang selama ini di simpan bapaknya rapat-rapat...

"Begitulah yud, selama ini dia berusaha merebutmu, tapi tak pernah ku biarkan, karena kau adalah anakku, darah dagingku, tak mungkin ku biarkan siluman itu merebutmu dariku" Kata warsito pelan kepada yudha yang masih diam seolah tak percaya oleh kisah yang barusan di dengarnya.

"Aku juga tak sudi pak ikut siluman itu, bagiku bapak dan ibu adalah satu-satunya orang tua yang aku sayangi, lantas selanjutnya bapak mau apa ?" Ucap yudha panjang sambil tangannya mengepal.

"Bapak akan hadapi dia, semua ini harus di akhiri, bapak akan berusaha memusnahkan siluman itu bagaimanapun caranya" Jawab warsito sambil memegang pundak anaknya.

"Bapak jangan sembarangan !! Dari auranya makhluk itu sepertinya sangat kuat sekali, bapak tak mungkin sanggup menghadapinya seorang diri, biar aku ikut sama bapak, kita hadapi dia bersama-sama" Pinta yudha pada bapaknya.

"Jangan yud, bapak tidak mau kamu ikut celaka, lebih baik kamu pergi sekarang menemui pamanmu Ki heru cokro di karang sewu, minta perlindungan pada beliau disana, tempat itu sepertinya aman untukmu.

Yudha nampak tidak setuju dengan apa yang bapaknya ucap barusan, tapi dia cuma mengangguk, sambil merencanakan sesuatu dalam hatinya...

2 hari kemudian waktunya tiba..

Warsito bangkit dari semedinya...

"Saatnya telah tiba.." Ucapnya dalam hati.

Lalu dia bangkit, rumahnya terasa sunyi semenjak kematian laras istrinya.

Anaknya yudha, telah pamit kemarin menuju karang sewu tempat pamannya ki Heru cokro tinggal.

Kini hatinya telah mantap, malam ini semuanya ingin di akhiri.

Dirinya telah mempersiapkan segala sesuatunya, tak lupa di ambilnya sebuah cambuk panjang dari dalam lemari.

Di pegangnya cambuk panjang berwarna hitam itu.

"Cambuk Ki Amok Geni.. Senjata andalan ku warisan dari leluhur, bantulah aku menghadapi semuanya nanti" Ucap warsito perlahan...

Setelah semuanya siap, dirinya melangkah keluar rumah, di pandanginya rumah besar warisan orang tuanya itu..

"Selamat tinggal semuanya, mungkin ini terakhir kali aku menginjakkan kakiku di rumah ini" Ucap warsito dalam hati sambil memandangi rumahnya yang kini telah sepi.

Lalu dia melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu dengan perasaan hati yang sedih.

Sepasang mata nampak memperhatikan dirinya dari balik pepohonan..

Malam itu sinar bulan purnama nampak menerangi area sekitar hutan itu.

Warsito menghentikan langkahnya, kini dirinya sampai di tepi hutan di kaki gunung yang terkenal angker se antero pulau jawa itu.

Tanpa di sadarinya, sedari tadi ada yang mengikutinya sepanjang perjalanan dari rumahnya sampai ke tepi hutan ini.

Lalu warsito bergegas melangkah masuk ke dalam hutan yang gelap itu, di ikuti sesosok bayangan hitam yabg sejak awal memang tanpa di sadari mengikutinya.

Kini warsito telah sampai di depan mulut sebuah gua, semak belukar yang sangat lebat tampak menutupi sekitar gua di tengah hutan itu.

"Wahai Naga Kanaka, aku datang menemui mu.. keluarlah.. kita selesaikan semuanya malam ini juga !!!" Teriak warsito memecah kesunyian malam...

Tak lama kemudian, secara tiba-tiba muncul sesosok ular yang sangat besar dari dalam gua.

Tubuh ular itu di penuhi sisik berwarna keemasan, matanya merah menyala, ada sepasang tanduk kecil yang menghiasi kepala ular itu, menambah kesan seram pada sosoknya yang kini ada di hadapan warsito.

"Akhirnya kau datang juga warsito, sebaiknya cepat kau serahkan anak itu lalu kau pergi dari sini sebelum aku berubah pikiran" Ucap ular besar itu menjawab tantangan warsito.

"Hahaha... Jangan sombong kau siluman ular sialan.. Malam ini akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapanku !!!" Jawab warsito sambil tolak pinggang di hadapan ular itu.

"Jangan sesumbar kau warsito, aku tak mau mengotori diriku melawan manusia lemah sepertimu, kau hadapi dulu rakyatku yang siap menghabisimu"

Selesai berkata, ular itu mendesiskan lidahnya menimbulkan suara desis yang cukup keras...

Tak lama kemudian, muncul ratusan ular berbagai jenis dan ukuran, keluar dari balik semak dan pepohonan di tengah gelapnya hutan itu.

Dalam waktu singkat, warsito sudah di kelilingi ular-ular yang tak terhitung jumlahnya siap menyerang !!!

Warsito telah siap, di kedua tangannya telah terisi ajian ilmu pemusnah, tanpa menunggu langsung dia memukulkan kedua tangannya membabi buta ke seluruh ular di sekelilingnya itu !!!!

Ular-ular itu berhamburan sambil mendesis keras, menimbulkan suara gaduh.

Beberapa di antaranya langsung hangus terbakar terkena pukulan warsito yang menyerang kesetanan...

Tapi bukannya makin menyusut, jumlah ular-ular itu kian lama bertambah banyak, karena tak henti-hentinya ular-ular yang lain berdatangan ke tempat itu.

Setelah beberapa saat, Warsito mulai kehabisan tenaga, beberapa ular berbisa berhasil mematuk kakinya, membuat tubuhnya makin lemah karena racun ular yang masuk dalam darahnya...

Akhirnya warsito melompat menjauh dari ular-ular yang mengelilinginya itu.

Sekujur tubuhnya panas dingin akibat racun-racun ular yang beberapa kali berhasil menggigitnya...

Lalu tangannya masuk ke balik baju, di keluarkannya sebuah cambuk panjang berwarna hitam...

Di ayun-ayunkan cambuk panjang itu, menimbulkan bunyi seperti letusan-letusan dan mengeluarkan percikan api !!!

"Ayo maju kalian semua ular-ular jahanam, aku basmi kalian semua sekaligus !!! Teriak warsito sambil memutar-mutar cambuk itu di atas kepalanya, mengeluarkan deru suara yang menggema ke seluruh hutan itu...
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close