PANGERAN KEGELAPAN
Cerita perjalanan hidup seorang manusia keturunan siluman ular...
Mencoba menghilangkan kutukan pengaruh iblis dalam dirinya...
Kisah di ceritakan dari sudur pandang sang tokoh utama.
Selamat membaca...
PANGERAN KEGELAPAN
JEJAKMISTERI - "Mas yudha, di panggil Ki heru.."
Terdengar suara gadis dari kejauhan.
Aku yang sedang menyapu halaman padepokan, menengok, ku lihat arum dari kejauhan...
"Iya, nanti aku kesana.." Jawabku setengah berteriak.
Hari itu hampir setahun aku tinggal di padepokan milik pamanku, Ki Heru Cokro.
Aku masuk ke dalam ruang dimana sudah menunggu pamanku yang sedang duduk bersila.
"Yud, paman minta tolong, kamu antar Arum mengunjungi saudaranya yang sakit di desa jati srono, tadinya paman yang mau kesana, tapi ada urusan yang sangat penting yang harus paman kerjakan" Pinta Ki heru cokro.
Aku mengangguk menyanggupi...
"Kamu boleh ajak si Joko menemani kalian, sampaikan salam paman pada saudara arum disana..." Sambung Ki heru cokro lagi.
Setelah zuhur, akhirnya kami bertiga pamit meninggalkan padepokan.
"Wah akhirnya bisa jalan-jalan juga ya, sudah lama aku nggak keluar padepokan..." Ucap Joko memulai pembicaraan.
Aku dan arum hanya bisa tersenyum...
"Ahhh.. Senyum gadis ini makin manis saja.." Kataku dalam hati sambil melirik Arum.
Arum memang gadis yang berwajah cantik, berkulit putih dengan rambut panjang yang terurai.
Arum adalah anak yatim piatu, orang tuanya telah lama meninggal, dia di angkat anak oleh Ki heru cokro dan tinggal di padepokan.
Hari itu aku dan joko menemani arum ke desa jati srono, tempat keluarga arum yang kabarnya sakit keras, letaknya lumayan jauh dari padepokan.
Kami pergi naik bis sekitar 1 jam, lalu turun persis di depan sebuah gapura, kemudian di lanjutkan berjalan kaki, karena letak desa yang terpencil tak mungkin di lalui kendaraan.
"Mas Yudha sudah lapar? Mau makan dulu?" Tanya arum kepada ku.
Mendengar itu, joko cepat menyahut...
"Yudha terooooooss... Aku nggak di anggep, nasib, nasib...." Ucap joko sambil mulutnya monyong.
"Mas joko mau makan?" Tanya arum.
"Dah, nggak usah, semua kasih yudha aja, aku cuma butiran debu, nggak penting..." Kata joko ngambek.
Aku tertawa melihat tingkah joko, murid padepokan kesayangan pamanku, pemuda bertubuh tambun, berkulit hitam, namun selalu ceria dan jenaka pembawaannya.
Singkat cerita, akhirnya kami sampai di sebuah desa, hari menjelang magrib, suasananya nampak sepi.
Kami sampai di depan sebuah rumah kayu sederhana, tidak begitu besar, tapi nampak rapi dan terawat.
"Assalamualaikum..." Kami serempak mengucap salam.
"Waalaikum salam..." Terdengar jawaban dari dalam rumah.
Pintu terbuka, nampak seorang wanita yang langsung tersenyum menyapa kami.
"Ya ampun.. arum, sudah besar kamu ya.. mari sini masuk..." Ucap wanita itu dengan nada gembira.
Kami masuk dan di persilakan duduk di ruang tamu yang sederhana.
Kemudian wanita itu datang membawa nampan berisi teh hangat dan beberapa cemilan.
"Bude, perkenalkan ini kakak-kakak ku di padepokan, mas Yudha dan mas joko" Ucap arum memperkenalkan.
Kemudian kami berempat langsung terlibat pembicaraan yang serius.
"Jadi begitu nak, pakde mu sampai saat ini belum bisa bangun dari tempat tidur semenjak beliau pulang dari kebun beberapa hari yang lalu..." Jelas bude kepada kami.
"Apa kami boleh melihatnya bude?" Tanyaku pada wanita itu.
Lalu kemudian kami di persilakan masuk ke dalam sebuah kamar, nampak seorang lelaki terbaring lemah dengan kaki kanan yang kulitnya menghitam sampai sebatas lutut.
Aku mendekat untuk memeriksa...
"Hmm.. seperti kena gigitan ular berbisa..." Ucap ku dalam hati.
"Ini pakde sepertinya kena gigitan ular berbisa.." Kataku coba menjelaskan.
"Iya nak yudha, waktu itu mantri puskesmas juga bilang begitu, sudah di obati, tapi nggak sembuh juga..." Bude menjelaskan dengan nada sedih.
"Bukan hanya pakde yang mengalami ini, banyak penduduk desa juga mengalami hal yang sama..." Sambung bude lagi.
Aku terkejut mendengarnya, mulai terasa ada sesuatu yang tak beres terjadi di desa ini.
"Maaf bude, apakah kami boleh bermalam disini? sambil nanti malam saya coba mengobati pakde, isya Allah masih bisa tertolong..." Ucap ku kepada bude.
"Oh boleh nak, silahkan.. bude seneng kalian mau membantu, tapi maaf ya, rumah bude kecil, maklum orang kampung..." Jawab bude dengan nada gembira.
Sehabis isya, aku kembali masuk ke kamar pakde... arum, joko dan bude nampak memperhatikan di belakangku dengan wajah serius.
Aku berdiri persis di samping tempat tidur, mataku tajam memandangi kaki pakde yang menghitam...
Lalu pandanganku terhenti pada 2 buah titik kecil, persis di bawah mata kaki pakde...
Dengan ujung jari tangan, ku sentuh 2 titik itu, sambil memejamkan mata, aku mulai konsentrasi membacakan doa...
"Tolong ambilkan baskom..." Pinta ku pada arum.
Arum menyerahkan baskom yang di ambil dari dapur.
Kemudian....
Perlahan keluar cairan hitam kental berbau anyir dari kedua lubang kecil itu, aku langsung menampungnya dalam baskom, pakde terlihat mengerang kesakitan...
Bude, joko dan arum nampak tegang sambil mengamati, ketiganya menutup hidung karena bau anyir yang sangat menyengat...
Lalu berangsur-angsur kaki pakde berubah warna seperti layaknya kaki orang normal, dia nampak sudah tidak kesakitan lagi...
Dalam baskom, penuh dengan cairan kental berwarna hitam yang berbau anyir...
"Saya minta tolong ambilkan segelas air putih" Pintaku pada bude.
Lalu bude membawa segelas air, langsung ku minumkan perlahan ke mulut pakde.
"Alhamdulillah..." Ucapku perlahan, aku gembira melihat usahaku membuahkan hasil.
"Bagaimana nak ?" Tanya bude penasaran padaku.
"Insya Allah, pakde akan segera pulih, doakan saja semoga pakde bisa sehat seperti sedia kala..." Jawab ku sambil tersenyum.
Aku keluar kamar di ikuti joko dari belakang...
"Hebat kamu yud... sekali usap, langsung sembuh...!!" Ucap joko sambil menepuk-nepuk pundakku.
"Jok, nanti kau ikut aku, ada yang perlu kita cari tahu..." Balasku pelan, seperti berbisik.
"Waah... ini yang aku tunggu-tunggu.. pasti seru ini..." Jawab joko kegirangan.
Joko memang jadi teman dekatku di padepokan, dia paham sekali siapa diriku ini, dia juga yang membantuku melalui hari-hari berat dalam proses menetralisir pengaruh iblis dalam diriku...
Malam itu aku dan joko pamit kepada bude, kami cuma bilang mau cari angin segar, padahal kami punya rencana lain...
Kami sampai di kebun milik pakde, ku perhatikan sekeliling mencari sesuatu...
"Itu dia..." Ucap ku dalam hati...
Dalam kegelapan, aku melihat sesosok ular belang kuning hitam, merayap ke arah utara desa...
"Ayo jok... nanti keburu hilang..." Bisikku kepada joko.
"Ayo kemana? Apanya yang hilang? Nggak jelas kamu yud...." Tanya joko keheranan.
Aku tak menjawab, sambil pergi mengikuti arah ular tadi, joko dengan kesal mengikuti dari belakang...
Akhirnya kami sampai di sebuah kali kecil, ada rumah gubuk tak jauh dari situ...
Kami mengendap-ngendap mendekati gubuk itu..
Terdengar suara orang sedang berbicara dari dalam, aku coba menguping pembicaraan...
"Ini tempat apa yud? Ngapain kita disini?" Tanya joko perlahan..
"Stttt... Jangan berisik, nanti aku ceritakan, pokoknya kamu ikut aja..." Jawab ku dengan lirih.
Aku mengintip dari sisi jendela...
Dalam gubuk, duduk seorang kakek, memakai baju serba hitam, di hadapannya, duduk seorang lelaki gemuk yang di belakangnya berdiri 2 orang berbadan tegap.
Dari situ, cukup jelas terdengar pembicaraan mereka...
"Hebat mbah wongso, rencana kita berhasil, nanti kalau sudah jadi kepala desa, akan ku beri hadiah besar buat mbah..." Ucap pria gemuk itu.
Kakek yang di panggil mbah wongso mengangguk-angguk, mengusap-ngusap janggut putihnya..
"Bagiku, hadiah tidak penting, aku bisa balas dendam pada penduduk desa yang telah mengusirku saja, sudah membuatku senang, tapi kalo Juragan Karto mau kasih hadiah, ya pasti aku terima" Jawab mbah wongso.
"Hmmm.. dasar manusia-manusia licik..." Ucapku dalam hati dengan perasaan marah.
Setelah beberapa lama mendengarkan pembicaraan mereka, aku mulai paham.
Mbah wongso ternyata seorang kakek yang dulu buka praktek ilmu hitam di desa, penduduk marah, lalu dia di usir.
Sedangkan yang satu lagi, juragan karto, seorang tuan tanah yang berambisi menjadi kepala desa.
Mereka berdua menebar teror ke seluruh desa, dengan ular-ular berbisa yang menyerang penduduk.
Rencananya nanti, juragan karto tampil bak pahlawan kesiangan memulihkan keadaan, dengan harapan penduduk bersimpati dan memilihnya jadi kepala desa, sungguh licik...
Aku sudah tak bisa menahan emosi, lalu aku berteriak lantang...
"Hai manusia-manusia busuk, keluar kalian semua !!! rencana kalian sudah terbongkar !!!" Ucap ku memecah kesunyian malam.
Seisi gubuk terkejut, langsung bergegas keluar.
"Heh monyet, siapa kamu?? Berani-beraninya teriak-teriak disini !!" Ucap juragan karto sambil menunjuk-nunjuk ke arah ku dan joko.
Mbah wongso hanya diam sambil terus memperhatikan kami, matanya tajam menatapku, seakan merasakan sesuatu...
Salah seorang yang berbadan tegap nampak berbisik-bisik di telinga juragan karto, rupanya tukang pukul juragan karto itu sempat melihat aku, joko dan arum yang datang ke rumah bude tadi sore.
"Ooooo.. turis nyasar rupanya.." Ucap juragan karto dengan nada mengejek.
"Gino, panjul.. bereskan mereka !!" Perintah juragan karto pada kedua pengawalnya itu.
Kedua orang berbadan tegap itu langsung maju menyerang !
Tapi tiba-tiba joko melangkah maju..
"Kamu nggak usah maju yud, kalau yang begini mah bagianku.." ucap joko yang langsung menyambut.
Kedua orang itu nampak bernafsu mengeroyok joko, tapi walaupun bertubuh tambun, gerakan joko termasuk lincah, menghindari serangan kedua orang itu.
Tak lama kemudian, kedua orang anak buah juragan karto itu sudah terkapar meringis kesakitan !
"Halaahhh... cuma segitu aja? Tadi lagaknya selangit..." ucap joko gantian mengejek.
Juragan karto terkejut, dia marah, tapi nyalinya lumayan ciut melihat anak buahnya yang dengan mudah di lumpuhkan.
"Bagaimana ini mbah... kok dari tadi diam saja? Lakukan sesuatu !!" Pinta juragan karto pada mbah wongso.
Mbah wongso ambil langkah maju, kedua telapak tangannya digosok-gosokab sambil mulutnya merapal sesuatu...
"Nah kalo yang begini urusanmu yud..." Kata joko sambil melangkah mundur.
Aku hanya tersenyum, di hadapanku kini berdiri mbah wongso yang dengan cepat membuat gerakan memukul !!
"Eh... punya pukulan tenaga dalam dia, boleh juga..." ucapku sambil senyum-senyum.
Terasa ada hawa panas yang mengarah ke kepalaku, tapi aku yang sudah memagari diri dengan ilmu pelindung raga, tetap tenang tak bergerak.
Mbah wongso terkejut, pukulan tenaga dalamnya seperti angin lalu...
Dia coba sekali lagi, dengan tenaga yang lebih besar, namun aku tetap tak bergeming...
"Hmm... Rupanya engkau bukan anak sembarangan... Tapi jangan senang dulu, aku akan pakai cara lain..." Ucap mbah wongso.
Dia lalu duduk bersila, sambil memejamkan mata, mulutnya komat kamit, lalu di tepuk-tepuknya telapak tangannya ke tanah sebanyak 3 kali...
AJAIB !!
Dari kegelapan malam, tiba-tiba bermunculan banyak sekali ular belang kuning hitam, yang makin lama makin banyak jumlahnya...
"Hmm.. sudah ku duga, ular weling, banyak sekali... rupanya ular-ular ini yang meneror penduduk desa..." Batinku berucap. Sambil tetap berdiri tenang.
Tapi aneh... ular-ular itu hanya berkumpul mengelilingi diriku dan joko, membuat mbah wongso terheran-heran.
Sedangkan juragan karto dan kedua tukang pukulnya nampak ngeri juga melihat ular sebanyak itu...
Joko nampak panik, lalu teriak... "Kampret... kenapa mesti ular sih??? ini gimana yud...." Joko merapat ke arahku sambil ngomel-ngomel...
Aku maklum, sahabatku ini paling takut dengan ular. Aku hanya tersenyum.
"Kamu tenang aja, mereka nggak akan bisa menyakitimu... udah kamu diam aja di situ..." ucap ku mencoba menenangkan joko.
Mbah wongso nampak kesal, lalu berkata lantang..
"Kenapa diam saja? Ayo maju... habisi mereka berdua !!!" Perintah mbah wongso pada ular-ular itu.
Aku tertawa, lalu berkata setengah meledek...
"Ini cuma begini aja? Nggak ada lagi yang lain?? ucapku kepada mbah wongso yang kebingungan melihat ular-ular itu tetap tak bergerak maju.
Mbah wongso mendengus marah, ia kesal sekaligus tak habis pikir kenapa jadi begini...
Tapi nampaknya dia masih punya sesuatu yang lain...
"Jangan sombong kau bocah sialan, kali ini aku tak main-main, kau akan rasakan kehebatan ilmuku..." Ucap mbah wongso.
Di keluarkannya sebilah keris berlekuk tujuh dari balik pakaiannya, keris itu berwarna hitam dengan gagang membentuk kepala ular...
Melihat hal itu, tiba-tiba joko berucap sambil tertawa...
"Aduh mbaaaahh... barang mainan begitu kok di pamerin depan yudha... sampeyan ini dukun apa pawang ular sih, kok mainanmu serba ular begitu.."
"Udah lah yud.. cepat beresin aku udah ngantuk ini.." Kata joko lagi.
Mbah wongso makin terlihat emosi !
"Heh gendut, jaga ucapanmu... kalian saksikan ini, aku mau lihat, apa kau masih bisa ngoceh nanti !!!" Teriak mbah wongso kesal.
Lalu di letakkannya keris itu di tanah, dan kemudian terjadi sesuatu yang menakjubkan...
Keris itu bisa berdiri !! lalu mengeluarkan asap tipis yang perlahan-lahan secara aneh berubah menjadi seekor ular belang kuning hitam yang sangat besar !!!
"Hahaha... Wahai nogo weling... Habisi mereka berdua !!!" Teriak mbah wongso dengan nada angkuh.
Joko terkejut, seumur hidup baru kali ini dia melihat ular belang sebesar itu !!
Juragan karto yang sejak tadi diam juga ikut terkejut, dia ingin meninggalkan tempat itu, tapi takut karena banyak ular weling di sekitar, dia takut di gigit ular-ular itu, senjata makan tuan...
Tapi aku tetap berdiri dengan tenang, sambil menatap tajam Nogo weling yang kini ada di hadapanku...
Tapi lagi-lagi... ular belang besar jadi-jadian itu malah cuma mendesis-desiskan lidahnya, makhluk itu tidak maju menyerang seperti yang mbah wongso minta...
Mbah wongso terlihat marah sekaligus kebingungan, lalu berteriak...
"Ada apa ini hah?? Kenapa kalian semua tidak menuruti perintahku? Ayo habisi bocah sombong itu!!" Teriaknya kesal.
Tapi tetap saja tak ada yang bergerak, kemudian sesuatu yang aneh terjadi...
Siluman ular besar itu perlahan berubah menjadi sosok lelaki bertelanjang dada, hanya memakai kain kuning yang menutupi auratnya...
Tiba-tiba saja tanpa diduga-duga, sosok itu berlutut menyembah ke arahku, lalu berkata....
"Maafkan hamba pangeran, hamba dan seluruh anak-anak hamba tidak menyadari siapa pangeran tadi..."
"Kini hamba sudah tau, hamba sedang berhadapan dengan pangeran Yudha, putra naga kanaka, sang penguasa ular dan siluman ular di 8 penjuru angin. terimalah sembah sujud hamba..." Ucap lelaki itu lagi.
Nogo weling bersujud, di ikuti semua ular weling yang ada di situ ikut membuat gerakan seolah-olah bersujud di hadapanku...!!!
Semua yang ada disitu terkejut, terutama mbah wongso dan juragan karto yang cuma bisa melongo menyaksikan kejadian yang ada di hadapan mereka...
Nyali keduanya sudah ciut... juragan karto tampak gemetar lalu lemas terduduk di tanah...
Aku dengan tenang menjawab...
"Baiklah Nogo weling, kuterima sembah sujudmu..."
"Sebagai gantinya, ku minta kau beri pelajaran pada kedua manusia licik itu..." ucapku sambil menunjuk ke arah mbah wongso dan juragan karto...
Nogo weling bangkit dari sujudnya, lalu berkata...
"Anak-anak... Kalian dengar perintah pangeran, Laksanakan...!!" Teriak Nogo Weling kepada semua ular-ular belang yang ada di sekeliling tempat itu...
Secepat kilat, seluruh ular itu bergerak mengerubungi mbah wongso dan juragan karto yang menjerit ketakutan, tapi semua sudah terlambat...
Kedua orang itu tenggelam dalam ratusan ular belang dengan bisa mematikan, sebentar saja, keduanya tewas dengan kulit berwarna kehitaman...
Gino dan panjul ambil ancang-ancang untuk lari, namun gerakan kedua tukang pukul juragan karto itu tertahan oleh ratusan ular yang ada di sekeliling mereka...
"Tahan !! biarkan mereka berdua pergi, kurasa mereka takkan berani lagi mengganggu penduduk desa..." Ucapku membuat seluruh ular belang itu langsung diam.
"Kalian berdua ku ampuni, pergi jauh-jauh dari sini, jangan sekali-kali kalian menampakkan batang hidung kalian di desa jati srono lagi... Paham ??" Teriak ku pada kedua orang itu.
Mereka berdua mengangguk ketakutan, lalu lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.
Aku kembali bicara pada nogo weling...
"Nogo weling, banyak penduduk desa yang sakit akibat racun dari anak-anakmu... aku minta engkau sembuhkan mereka, itu jadi tanggung jawabmu...." Ucapku.
Makhluk itu menjawab...
"Baik pangeran, hamba berjanji besok pagi semua orang yang terkena racun, akan sembuh seperti sedia kala..." Nogo waling sambil menunduk hormat.
"Baik... Aku pegang janjimu... sekarang pergilah, bawa anak-anakmu menjauh dari sini.." Perintahku kepada nogo weling.
"Hamba mohon diri pangeran..."
Kata nogo weling lalu perlahan menghilang, di ikuti dengan lenyapnya seluruh ular belang yang ada disitu..
"Alhamdulillaah..." Ucapku sambil tersenyum...
Tiba-tiba joko mendekatiku...
"Weeeehh... selamat malam pangeran, apa kabar pangeran, mau pulang nggak pangeraaaann..." ucap joko dengan nada mengejek sambil menyembah...
"Lho... sekarang udah berani ngoceh lagi, tadi diem aja..." Aku membalas ledekan joko.
"Ini aku tinggal panggil, semua ular-ular itu bisa balik lagi loh, aku yakin mereka belum pergi jauh..." sambungku lagi.
Joko cemberut, lalu membalas...
"Sadis banget ancamannya... ya sudah yud, ayo kita balik, dari tadi aku sudah ngantuk nih..." ucap joko, sambil menguap.
Lalu kami berdua pergi meninggalkan tempat itu...
Keesokan paginya, desa jati srono geger dengan di temukannya mayat mbah wongso dan juragan karto yang mengenaskan...
Tapi mereka juga gembira mendengar kabar bahwa penduduk yang sakit telah sembuh semua secara ajaib...
---==SELESAI==---
Bagaimanakah kisah yudha selanjutnya ?
Mungkinkah dia dapat menjadi manusia seutuhnya?
Kisah selanjutnya perjalanan hidup seorang manusia dengan iblis yg bersemayam dalam dirinya..
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya