Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUMUR PATI (Part 35) - Kembalinya Kekuatan Wulan


JEJAKMISTERI - "Baiklah!" Wulan bangkit dari duduknya, lalu berdiri dengan kuda kuda sempurna di hadapan Lintang. "Aku siap Mbul! Demi warga desa, aku siap kalau kekuatan terkutuk itu harus kembali dibangkitkan dari dalam tubuhku!"

"Haha, tak perlu terlalu serius begitu Lan! Duduklah!" Lintang lalu duduk bersila diatas hamparan rerumputan yang masih basah oleh embun itu, lalu menepuk nepuk permukaan tanah di hadapannya, memberi isyarat kepada Wulan untuk duduk di hadapannya.

"Duduk?!" Wulan mengernyitkan dahinya.

"Iya. Duduklah! Akan sedikit kujelaskan, apa sebenarnya yang telah kita dapat dari semedi yang kita lakukan semalam, sebelum aku membantumu membangkitkan kembali kekuatanmu," ujar Lintang lagi. Meski belum begitu mengerti, tapi Wulan mengikuti juga perintah dari Lintang itu. Ia ikut duduk bersila di hadapan Lintang, dengan posisi membelakangi Lintang.

"Jangan membelakangiku, menghadaplah ke arahku, agar aku bisa menatap wajahmu itu!"

"Ish, apaan sih Mbul!" Wulan sedikit kesal membalikkan badannya, merubah posisi duduknya hingga menghadap ke arah Lintang. Nyaris tak berkedip, Lintang menatap wajah Wulan hingga beberapa detik lamanya. Lalu pelan pelan pandangannya turun dan terhenti di tengah tengah dada gadis itu.

"Kenapa melihatku seperti itu?" sentak Wulan yang merasa jengah oleh pandangan Lintang.

"Kamu cantik!" gumam Lintang tanpa sadar, yang langsung disambut dengan tamparan keras dari Wulan, yang mendarat tepat di pipinya.

"Plakkk...!!!"

"Aduh! Sakit Lan!" seru Lintang.

"Makanya, punya mata dijaga! Bisa bisanya di saat seperti ini..."

"Jangan salah sangka dong," sungut Lintang sambil mengelus elus pipinya yang memerah. "Dan jangan mikir yang macem macem! Aku ngelihatin kamu, karena aku sedang berusaha mencari apa yang salah dengan dirimu, sampai sampai setelah semedi semalaman kekuatanmu belum kembali juga!"

"Halah! Modus! Memangnya apa yang salah dengan diriku?!"

"Kamu terlalu galak!"

"Hah?!"

"Eh, enggak, begini maksudku Lan, kemarin sebelum kita memulai semedi, aku sudah menjelaskan, bahwa semedi yang kita lakukan itu bertujuan untuk membersihkan diri kita, membersihkannya dari segala kotoran yang ada di jiwa dan raga kita. Termasuk segala emosi dan sifat sifat negatif yang ada di diri kita. Karena itulah, setelah semedi, kau tak merasakan kalau kekuatanmu telah kembali. Kau tak bisa menerapkan dan mengeluarkan kemampuan yang kau miliki, karena selama ini kemampuan yang kau miliki hanya bisa keluar saat kau sedang marah atau emosi. Sedang segala emosi dan sifat pemarahmu itu, sepertinya sudah mulai luntur akibat dari semedi yang kita lakukan semalam."

"Kau terlalu bertele tele Mbul! Aku sama sekali tak mengerti dengan semua penjelasanmu itu!"

"Intinya sih, mulai sekarang kau harus belajar untuk menguasai dan mengendalikan kemampuan yang ada di dalam tubuhmu itu, bukan seperti yang sudah sudah, dimana justru kemampuan itu yang mengontrol dan mengendalikanmu."

"Caranya?"

"Akan kuajari! Itu juga kalau kau mau."

"Kau? Mau mengajariku? Apa aku tak salah dengar?"

"Ayolah Lan! Jangan terlalu meremehkanku! Kau pikir untuk apa selama ini aku mengikuti pelatihan pelatihan di perkumpulan bela diri dan tenaga dalam yang ada di dekat kampus kita itu? Aku berusaha untuk bisa mengendalikan semua kemampuan yang kumiliki, agar aku bisa mengontrol dan menggunakannya sesuai dengan keinginanku. Itulah yang membedakan antara aku dan kamu."

"Ini semakin membingungkan Mbul! Tapi terserah kamulah, apapun yang akan kaulakukan kepadaku, aku sudah siap!"

"Kau serius?!"

"Maksudku apa yang akan kaulakukan untuk membantu mengembalikan kemampuanku! Jangan berpikir yang macam macam!"

"Hehehe...! Iya iya, aku paham!" Lintang terkekeh. "Baiklah kalau begitu! Ayo kita mulai! Pusatkan konsentrasimu, dan ikuti apa yang akan aku ajarkan!"

Lintang lalu mengajarkan segala sesuatu yang pernah ia pelajari di perguruan bela diri dan tenaga dalam yang diikutinya kepada Wulan. Mulai dari olah pernafasan, pengendalian energi yang ada di dalam tubuh, dan lain sebagainya. Wulan dengan serius mengikuti segala instruksi yang diberikan oleh Lintang. Namun, hingga matahari mulai meninggi, sepertinya usaha mereka belum juga membuahkan hasil, membuat Wulan mulai merasa putus asa.

"Sudahlah Mbul! Sepertinya memang kemampuanku sudah benar benar hilang! Kau paksa seperti apapun, kau lihat sendiri kan hasilnya?" ujar Wulan.

"Tidak Lan! Kita tidak boleh menyerah begitu saja! Ingat, warga di desa sana masih berharap kepada kita! Apa yang kuajarkan ini, memang tak bisa dipelajari secara instant! Tapi jangan khawatir, masih ada cara lain! Meski sedikit ekstrim, tapi tak ada salahnya untuk dicoba."

"Cara lain? Cara yang seperti apa itu?"

"Berdirilah!" Lintang bangkit dari duduknya, diikuti oleh Wulan. Pemuda itu lalu berjalan pelan mengitari tubuh Wulan, sambil matanya tak lepas memperhatikan setiap inci dari tubuh gadis itu. "Aku akan mencoba membuka beberapa titik chakra yang ada didalam tubuhmu, agar energi yang ada didalam tubuhmu bisa lebih mudah untuk kau kendalikan!"

"Bagaimana caranya?" tanya Wulan.

"Pusatkan konsentrasimu, lalu tarik nafas panjang pelan pelan, dan tahan didalam ulu hatimu!"

Wulanpun mengikuti semua instruksi Lintang itu. Dan tanpa diduga duga, dengan gerakan yang sangat cepat Lintang segera menotok beberapa titik di tubuh Wulan, yang membuat gadis itu tiba tiba tersentak dan mengerang lirih.

"Sheeeettttt...!!!"

"Heegggghhhh...!!!"

"Arrgghhh...!!! Gem...bul! A...pa yang kau...lakukan....?!" tubuh Wulan sedikit terhuyung kedepan. Gadis itu merasakan hawa hangat yang menjalar di sekujur tubuhnya. Semakin lama semakin panas, membuat gadis itu mengerang lirih.

"Bagus!" seru Lintang sambil sedikit menjauh dari tubuh Wulan yang berdiri terhuyung huyung itu. "Berusahalah untuk mengendalikan energi yang mulai keluar dari tubuhmu itu! Fokuskan konsentrasimu! Dan jangan sampai kehilangan kesadaranmu!"

"Arrgghhhh....!!! Ini..., panaaaasssss....!!! Sa....kiiiittttt....!!!" Wulan terus merintih. Tubuhnya terhuyung kian kemari. Kedua tangannya berserabutan mencoba menahan keseimbangannya. Hawa panas yang ia rasakan terasa begitu menyiksa, seolah membakar seluruh organ yang ada didalam tubuhnya.

"Kendalikan Lan! Berusahalah untuk menuntun dan menyalurkan energi yang keluar dari tubuhmu itu ke kedua tanganmu, lalu lepaskan! Tunggu! Jangan kau arahkan kepadaku! Sial!" refleks Lintang melompat kesamping, saat Wulan yang masih terhuyung huyung itu tiba tiba berbalik ke arahnya dan mengibaskan sebelah tangannya kedepan.

"Whuuussss...!!!"

"Blegaaaarrrr...!!!"

Sebentuk cambuk api melecut dari kibasan tangan Wulan, nyaris saja menghajar Lintang kalau saja pemuda itu tidak segera melompat menghindar. Alhasil, lecutan cambuk api itu telak menghantam sebuah batu besar yang berada dibelakang Lintang, membuat batu itu hancur berkeping keping.

"Wulaaaannn....!!! Kendalikan...! Jaga kesadaranmu! Jangan sampai hilang!" teriak Lintang!

"Hahaha...!!!" Wulan tertawa keras sambil mengibaskan kedua tangannya kesamping. Sebentuk cahaya kemerahan mulai berpendar menyelimuti tubuh gadis itu. Semakin lama semakin terang dan tebal, lalu berkobar menjadi kobaran api yang meliuk liuk menyelubungi tubuhnya. Kobaran yang semakin melebar dibagian punggungnya, membentuk semacam sayap api yang mengepak menyebarkan hawa panas yang segera menyebar, membuat pepohonan di sekitar tempat itu menjadi layu dan kering seketika.

"Hahaha...!!! Berhasil Mbul! Kita berhasil!" Wulan terus tertawa, sambil mengepakkan sepasang sayap apinya, hingga membawa tubuhnya terangkat keatas, lalu terbang melayang layang mengitari tempat itu.

"Lihat Mbul! Lihat! Kekuatanku telah kembali! Dan aku bisa merasakannya Mbul! Aku bisa mengendalikannya Mbul! Aku sadar! Aku sadar Mbul! Kekuatan ini, sekarang aku yang mengendalikannya Mbul! Aku...., aku..., kau luar biasa Mbul! Kau berhasil membimbingku Mbul! Kau memang sahabat terbaikku Mbul! Kau malaikat penyelamatku! Boleh aku memelukmu Mbul?!"

Masih dengan mengepakkan sayap apinya, Wulan melesat ke arah Lintang, dengan kobaran api yang masih menyelimuti tubuhnya, membuat Lintang panik bukan kepalang.

"Wulan! Jangaaannnn....!!! Redakan dulu kekuatanmu kalau kau ingin memelukku!"

Namun terlambat! Wulan dengan api yang masih berkobar menyelimuti tubuhnya telah merengkuh tubuh Lintang kedalam pelukannya, membuat pemuda itu tak bisa berkutik lagi. seketika jeritan setinggi langitpun terdengar menggema di seantero kaki gunung itu.

"Wulaaaaaannnnn....!!!"

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close