WARISAN ILMU DARI MBAH BUYUT (Part 10) - Kisah Mbah Buyut
JEJAKMISTERI - Aku memang tak pernah mengenal mbah Buyutku. Beliau wafat saat aku dalam kandungan ibuku.
Aku terlahir setelah 6 bulan beliau meninggal dunia. Tapi dari cerita Budheku dan ibuku, aku bisa membayangkan bagaimana sosok mbah Buyut itu.
Menurut budheku, mbah Buyut itu orangnya tinggi besar, berambut agak keriting, panjang, namun selalu digelung di atas kepala model majapahitan. Kalau kalian pernah melihat gambar Maha Patih Gadjah Mada, seperti itulah.. model rambut mbah Buyutku.
Dari cerita yang kudengar, mbah Buyutku termasuk orang yang suka tirakat.
Terkenal mumpuni di bidang jaya kawijayan.. (kesaktian). Tapi jangan bayangkan kesaktian seperti di film-film kolosal yang bisa terbang, atau pukulan yang mengeluarkan kilatan cahaya... Konon, mbah Buyut adalah mandor lori tebu milik Belanda. Jadi, bukan orang sembarangan.
***
Aku mendapat cerita tentang proses pembuatan sumur di belakang rumah beliau waktu itu.
Beliau berpuasa dan tirakat, berapa harinya aku kurang tahu. Selesai ritual puasa dan tirakat, beliau berdiri di samping rumah dengan membawa tampah (penampi beras), lalu tampah itu digelindingkan. Dimana tampah itu berhenti dan jatuh, maka di situlah sumur digali. Hasilnya? Sumur itu tak pernah kering meski musim kemarau...
Kata orang-orang, airnya manis... sementara sumur lain berair agak asin. Entahlah... Itu sekedar sedikit cerita untuk menggambatkan seperti apa mbah Buyutku.
Tapi beda jauh dengan aku yang jadi cucunya. Aku juga suka tirakat, tapi tirakatnya lain. Kalau orang dulu tirakatnya cegah dhahar cegah nendra (mencegah makan dan tidur), kalau aku remen dhahar remen nedra (suka makan dan tidur) Makanya aku ga sakti seperti mbah Buyutku.. Sampai-sampai, saat kakekku menjelang wafat, beliau menitipkan kerisnya yang banyak pada cucunya yang lain. Kok aku ga dikasih?
"Kamu ga suka tirakat, jadi ga akan kuat kalau aku kasih pusaka!" begitu kata kakekku...
Ahaha... ga papa. Lagian aku ga suka dengan pusaka-pusaka seperti itu. Kakekku setiap malam Selasa Kliwon, dan malam Jumat Kliwon, selalu saja membeli bunga, membakar kemenyan... yang katanya untuk ngasih makan pusakanya... Alamak... ribet. Mending ga usah punya pusaka model begitu.
Pernah suatu saat aku suka dengan akik. Bukan akik pernah booming itu, tapi akik bertuah. Dan kebetulan juga, aku bisa dapat akik dengan mudah. Entah nemu, entah diberi orang.. yang konon katanya bertuah.
Ada yang katanya untuk pengasihan, kewibawaan, dsb. Pernah kutunjukkan pada orang yang tahu masalah ghaib begitu... katanya memang isinya begitu. Ada khodamnya...
Dan aku disuruh untuk membeli minyak misik Zakfaron dan mengoleskan pada akik-akik itu tiap malam jumat Kliwon.
Ribet lagi...!! Apa lagi minyak itu harga pee gramnya saja sudah sangat mahal untuk ukuran dompetku saat itu...
Bersamaan dengan itu, aku dibawakan oleh temanku, kulit menjangan yang ditembak saat malam Jumat Kliwon. Katanya bertuah juga. Aku kasih ke orang yang konon katanya pintar, untuk dibuat rajah dan diisi khodam. Bahkan aku belikan sabuk kulit yang ada ritsluitingnya, dan rajah itu kusimpan di dalam sabuk itu.
Katanya untuk kekebalan dan kewibawaan... Dan harus juga diolesi minyak misik tiap malam Jumat Kliwon. Apakah itu terbukti? Entahlah... aku ga pernah mencobanya.
Berbarengan dengan itu, aku juga suka membaca buku-buku islami. Dan seperti tersadar, aku mulai menjauhi semua itu. Karena apa? Alasan utamaku adalah, aku takut terjerumus dalam kemusyrikan.
Aku takut, dengan keimananku yang masih lemah ini, aku jadi menyekutukan Allah SWT. Itulah sebabnya semua jimat dan akik bertuah itu aku buang. Aku kembali menjadi Bisma yang kosong melompong.
Kecuali ilmu titipan yang aku ga tahu apakah bisa aku buang atau tidak.
Dan, daripada merasa terbebani oleh ilmu itu, aku lalu menganggap bahwa semua itu sudah diatur oleh-NYA. Jadi aku terima saja dengan lapang dada.
Lalu, tentang Nastiti yang ikut padaku?
Hukumnya bagaimana?
Aku masih bingung... aku ga memintanya untuk ikut, tapi dia ikut sendiri. Bukan salahku toh?
Yang tetap perlu aku waspadai adalah, apakah dia ikut aku dengan maksud menjerumuskan aku atau menggodaku? Aku harus ekstra hati-hati untuk itu. Tapi bagaimanapun, aku cuma manusia biasa dengan kadar iman yang juga biasa. Mungkin. Suatu saat aku juga akan khilaf... Ah... yang penting, jalani saja.. Ga usah terlalu pusing dengan hal yang belum terjadi.
Malam itu, di tengah kejombloanku dan kesendirianku, aku ajak saja Nastiti untuk ngobrol.
Ga bosan rasanya memandang wajah cantiknya. Maklum... namanya jomblo, melihat sosok cantik luar biasa begitu, pasti bakal terpesona. Bukan ga mungkin lama-lama aku bakal jatuh cinta dengan makhluk astral satu ini...
Cantiknya itu lho... benar-benar menggoda...!!!
Untung aku ga bisa nyentuh dia. Kalau bisa, sudah kutubruk kunti cantik itu... hehe.
Susah emang diikutin sama makhluk cantik kek gini... Tapi seneng juga sih... ada pemandangan indah yang bisa dinikmati setiap saat.
Mendadak, tercium bau dupa ratus (dupa wangi), bersamaan dengan munculnya gumpalan asap tebal. Perlahan gumpalan asap itu membentuk sosok mbah Buyut yang biasanya selalu kutemui dalam mimpi.
"Mbah Buyut....?"
"Iya cah bagus... gimana rasanya bisa menolong orang?" tanya beliau.
"Seneng mbah...! Kok mbah Buyut tahu?" tanyaku.
"Tahu lah.. siapa yang menuntunmu untuk melakukan pengobatan itu?"
"Oh.. jadi itu suara mbah Buyut ya? Yang menuntunku untuk mengobati mbak Yem?"
"Iya... itulah salah satu fungsi ilmu yang kutitipkan kepadamu. Hanya karena kau belum bisa menggunakannya, maka aku menuntunmu!" sahut Mbah Buyut.
"Oh.. begitu ya mbah Besok-besok bakal begitu lagi kan mbah?"
"Tentu saja... sampai kamu nanti sudah bisa melakukannya sendiri tanpa petunjukku."
"Selain untuk mengobati orang yang ketempelan gitu, bisa untuk apa lagi mbah?"
"Macam-macam le... Bisa untuk mengirim santet atau teluh, bisa juga untuk menyembuhkan orang yang kena santet. Bisa untuk mengirim ilmu pelet, tapi juga bisa menghilangkan ilmu pelet. Mau kuajari untuk memelet wanita?"
"Enggak ah mbah... Aku nggak suka kalau cewe senang padaku karena pelat ..!" ujarku.
"Bagus.. itu baru cucuku. Ketahuilah, banyak ilmu yang kutitipkan padamu. Pergunakanlah itu di jalan kebaikan, terutama untuk menolong orang. Jangan kau gunakan untuk menyakiti orang...!"
"Baik mbah... akan selalu kuingat pesan mbah Buyut. Tapi apakah ilmu ini bisa dihilangkan mbah?"
"Bisa, kalau Hyang Widhi menghendaki. Tapi kalau sengaja hendak kau hilangkan, tidak bisa. Karena ilmu ini sudah menyatu dengan dirimu. Apalagi setelah kau berpuasa waktu itu...!"
"Semoga aku bisa memanfaatkan ilmu ini dengan sebaik-baiknya...!"
"Satu hal lagi... Dengan terbangunnya ilmu di dalam tubuhmu, maka secara otomatis, auramu akan semakin terpancar. Ini akan menarik makhluk astral untuk mendekatimu. Mereka tidak semuanya baik, dan mereka bisa saja memyerangmu.
Juga orang-orang yang tahu masalah ghaib, mereka biasanya senang mencoba ilmu orang lain yang berkemampuan khusus. Maka, kau juga harus bisa mempetahankan diri. Kamu sudah punya dasar ilmu silat, walaupun masih mentah, namun cukuplah. Aku akan mengajarimu mengolah energi batinmu agar bisa untuk melindungi diri sendiri dan orang lain."
"Selama tujuannya baik, aku ga keberatan mbah... aku akan berlatih sekuat tenaga ..!" jawabku.
"Baik, mulai besok, aku akan mengajarimu mengolah energi batinmu agar lebih bermanfaat! Sekarang simbah pamit dulu...!"
Perlahan, sosok mbah Buyut menghilang dari pandangan. Aku melihat ke arah jam dinding. Sudah larut malam. Saatnya aku tidur... Ragaku butuh istirahat, agar besok bisa bekerja dengan baik...
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya