Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

WARISAN ILMU DARI MBAH BUYUT (Part 12) - Rantai Babi 2


JEJAKMISTERI - Siluman babi itu menunjuk ke arahku. Aku kaget setengah mati... Masa iya sih, aku yang cuman ikut-ikutan ke sini malah dipilih buat tumbal.

Mbah Parno menatap ke arahku dengan pandangan yang sulit diartikan maknanya. Bejo? Dia ga lihat siluman babi itu, jadi ya tenang-tenang saja.

Aku menoleh ke samping kiri kanan dan belakang, siapa tahu yang diinginkannya adalah Nastiti yang cantik. Tapi Nastiti 2 meter di sebelahku. Oke fix... aku yang dipilih...!!! Dasar siluman celeng...!!!

"Dia tidak termasuk dalam hitungan. Dia tidak tahu apa-apa..!!" mbah Parno mencoba bernegosiasi.

"Terserah... Mau kau setuju atau tidak, aku tetap akan memangsanya...!" kata siluman Babi itu.

Ahhh... lega..., pikirku sambil menghela nafas. Ternyata buat dimangsa... bukan buat di..!(isi sendiri sesuai fantasi anda)

"Mengapa kau ingin memangsanya, apa salah?" tanya mbah Parno lagi.

"Bukan urusanmu... Tapi biar kau tak penasaran, dalam tubuhnya mengandung sesuatu yang sangat berkhasiat untuk meningkatkan kesaktian bangsaku.. huahaha.. grookkk..,!"

Hah... aku mengandung sesuatu? Bsgaimana mungkin? Bukankah aku masih perjaka ting tong? Belum pernah menjamah dan dijamah... Bagaimana bisa aku mengandung?

Mendadak, ada kelebat bayangan putih yang berhenti di depanku. Dari wujudnya, bisa kupastikan itu Nastiti..

"Hei siluman buluk... Berani-beraninya engkau mengincar tuanku...,!! Jangan salahkan aku jika aku akan menghajar mulut busukmu itu...!" sentak Nastiti.

Aura Nastiti memancar dengan kuat, membuatku sesak dan terhuyung mundur...

KLOTAK... PYARRR....!!!

Asem.. kopi yang baru kuminum sedikit malah tumpah... Membuatku tertegun...!!

"Grookkk... kau bilang dia tuanmu? Hahaha... grok..grok...! Paling saat dia nanti terlena oleh rayuanmu, kau bakal menghisap sarinya untuk menambah kekuatanmu..!!"

"Jaga bicaramu siluman kotor. Kau pikir aku makhluk sepertimu?" kata Nastiti.

Aura Nastiti meningkat cepat, hingga semakin menekanku, sehingga aku harus mengeluarkan energi batin untuk mengurangi rasa tertekan itu. Barulah aku merasa lega. Kulihat Bejo tampak menggigil ketakutan. Mungkin efek dari aura Nastiti yang sangat mengintimidasi.

"Mbah... udah selesai belum ritualnya?" tanya Bejo dengan suara gemetar.

"Stt... jangan ribut...!" desis mbah parno.

'Ta..ta..takutt mbah....!!!"

"Kalau takut, pulang sana...!!"

"Ga...ga.. berani mbah...!"

Suara Bejo makin gemetar... Lha penakut kok mau ikut penarikan benda bertuah... Mending ikut penarikan undian aja...

Sementara itu Nastiti dan (siluman babi), masih saja bertengkar. Aku jadi berpikir juga, jangan-jangan benar yang dikatakan Siluman babi itu, kalau Nastiti mengikutiku karena ada pamrih tertentu.

Mungkin ingin sesuatu dalam diriku yang bisa meningkatkan ilmunya..? Sedikit banyak aku terpengaruh juga dengan omongan Siluman babi itu.

Nampaknya Nastiti sudah tak bisa menahan amarahnya lagi. Dia melabrak siluman babi itu dengan amat cepat. Tapi Siluman babi yang bertubuh besar itu, ternyata sangat lincah. Dia bisa menghindari serangan dari Nastiti. Tapi Nastiti tak memberinya kesempatan. Serangan demi serangan dahsyat, meluncur dengan cepat menuju ke bagian vital tubuh Siluman babi.

Siluman babi itu nampak kerepotan juga diserang oleh Nastiti dengan mengkunti buta. (Kalau membabi buta milik Siluman babi) hehe

Tapi dengan tenaganya yang besar, dia mampu menangkis beberapa serangan Nastiti. Serangan lain mengenai tubuhnya, namun Siluman babi tak bergeming. Mungkin tubuhnya kebal terhadap pukulan. Merasa mampu menahan serangan Nastiti, Siluman babi sekarang ikut menyerang. Beberapa pukulannya berbenturan dengan pukulan Nastiti.

BLARRR....GLEGARRR..

Suara benturan pukulan mereka menggetarkan udara sekitar. Benturan itu menimbulkan damparan gelombang energi yang menyebar ke sekitar mereka.

Mbah Parno yang kurang siaga terkena dampak gelombang energi tersebut. Tubuh tuanya terlempar dan jatuh bergulingan. Aku juga terkena dampaknya. Tapi karena aku sudah mengalirkan energi batinku, aku hanya terdorong saja. Aku segera menolong mbah Parno yang pingsan. Meletakkannya di tempat yang agak jauh dari pertempuran.

Hei... mana Bejo?
Ah... itu dia? Kenapa dia malah meringkuk di sana? Aku menghampirinya...

"Jo.. ayo menjauh dari sini...!" ujarku.

"Tuntun aku Bis... Kakiku lemas...!"

"Kenapa takut? Kamu lihat sesuatu?"

"Enggak... Tapi perasaanku takut banget...!"

"Yaudah... yuk aku tuntun..!"

Aku menuntun Bejo ke tempat aku membaringkan mbah Parno.

"Mbah Parno kenapa Bis?"

"Kecapekan mungkin. Dia kan sudah tua...! Eh...bau apa ini?" kataku sambil mengendus-endus.

"Sialan... kamu ngompol di celana ya?" ujarku pada Bejo.

"Hehe... iya.. Saking takutnya tadi!" jawab Bejo nyengir...

Udah gedhe tua kok masih penakut sampai ngompol...

Aku mencoba menyalurkan energi ke tubuh tua mbah Parno Aku mencoba dengan meniru cara pendekar menyalurkan energi yang sering kulihat di TV. Aku baca basmallah, kutarik nafas panjang, kusalurkan energiku ke telapak tangan, dan kutempelkan kedua telapak tanganku di punggung mbah Parno. Alhamdulillah ada reaksi. Energiku terasa mengalir masuk ke tubuh mbah Parno. Setelah 5 menit, kusudahi penyaluran tersebut. Mbah Parno mulai.bangun dan duduk bersila.

Aku kembali memperhatikan pertarungan Nastiti dan Siluman babi. Nampaknya pertarungan itu semakin seru. Aku tak bisa melihat sosok mereka. Mereka seolah tertutup kabut dan dedaunan kering yang berputaran di sekeliling mereka. Beruntung kami sudah cukup jauh dari arena pertempuran dahsyat itu. Bahkan pohon-pohon sebesar paha berpatahan dilanda oleh damparan energi dahsyat mereka.

"Apa itu Bis? Kok pohon-pohon pada tumbang...?" tanya Bejo.

"Entahlah... Mungkin angin ribut!" jawabku asal.

"Ayo kita pergi dari sini... Aku takut terkena pohon tumbang!"

"Tenanglah, kita cukup jauh kok. Kita tunggu mbah Parno pulih dulu..!"

DHUARR....!!!

Suara ledakan menggema, membuatku tersentak. Kulihat Nastiti dan Siluman babi saling berpisah. Darah segar meleleh di ujung bibir Nastiti. Namun keadaan Siluman babi lebih parah lagi. Dia jatuh berlutut dengan luka-luka yang parah.

Nastiti menghampiri Siluman babi, nampaknya hendak menyelesaikan pertempuran itu dengan menghabisi Siluman babi. Sosok Nastiti sudah berubah. Wujudnya sekarang adalah kunti dengan rambut awut-awutan, dan taring di mulutnya. Jari tangannya dihiasi kuku panjang yang mengkilat bagaikan pedang. Setelah dekat dengan Silbi, Nastiti mengangkat tangannya... siap menghabisi Silbi.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close