Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

WARISAN ILMU DARI MBAH BUYUT (Part 3)


JEJAKMISTERI - Ketika sudah benar-benar sadar dan penglihatanku terang, aku ter-nganga melihat penampakan yang ada di depanku.

Aku tak lagi berada di gudang...
Aku seperti berada di sebuah tempat yang asing bagiku. Tempat yang belum pernah aku singgahi. Suasana redup bagai awal pagi, ketika matahari semburat di ufuk timur. Masih remang-remang namun bisa melihat dengan jelas.
Dan sesosok gadis yang amat cantik, dengan gaun putih bersih, bersimpuh di sampingku. Tangannya masih memegang pergelangan kakiku. Nampaknya dialah yang tadi menggoyang kakiku agar aku bangun.

"Si..siapa kamu...?" tanyaku sambil bangkit dari berbaring. Aku duduk di tanah. Hei... tanah? Bukankah aku tidur di bangku bambu?

"Aku pengikutmu mas...!" jawab gadis cantik itu. Bau bunga kanthil yang harum menguar dari tubuh gadis itu.

"Sejak kapan kamu mengikutiku...?"

"Sejak lama mass.. Sejak di kota sebelah..!" katanya.

Mungkinkah dia miss kunti yang hadir dalam mimpi-mimpiku? Sepertinya sih bukan... Miss kunti itu sangat menyeramkan, sedangkan gadis ini begitu cantik menawan...

"Aku memang yang waktu itu meminta untuk ikut padamu mass....!" katanya, seolah mampu membaca pikiranku.

"Tapi.. waktu itu wujudmu serem banget...!"

"Hihihi... kaumku bisa berubah bentuk sesuka kami mas...!"

"Oh.. Lalu siapa namamu...?"
To the point amat ya? Yah, inilah hasil suka godain cewe... yang selalu gagal...

"Namaku Nastiti mas...!"

***
Oke, step pertama terlewati. Sudah tahu namanya. Selanjutnya...SSI..

"Nama yang cantik, secantik orangnya...!"

Nastiti tampak tersenyum simpul dan menundukkan wajahnya. Yess... Lancar nih kayaknya.

"Lalu kenapa kamu membawaku ke tempat ini?" tanyaku.

"Bukan aku mas... Tapi beliau...,!" sahut Nastiti sambil menunjuk dengan ibu jarinya. Khas gaya keraton...

Aku menoleh ke arah yang ditunjuknya. Nampak seorang lelaki tua yang tinggi besar, dengan baju lurik, dan celana komprang sebatas lutut berwarna hitam. Jenggotnya panjang dan dikepang. Sementara, kepalanya memakai ikat kepala kawung. Rambutnya diikat model majapahit, seperti sanggul tepat di atas kepalanya. Sosok itu nampak sangat berwibawa, namun pandangan matanya menyejukkan.

"Siapa beliau ini Nastiti. Ayahmu... Atau kakekmu...?" tanyaku pada Nastiti.

"Beliau ini adalah kakek buyutmu mas...!" jawab Nastiti.

Hah....??? Kakek buyut...??? Seperti ini rupanya wujud kakek buyutku. Aku menghampiri sosok tua itu, lalu sungkem pada beliau.

"Bisma menghaturkan sungkem kepada mbah Buyut...!"

"Berdirilah... Aku terima sungkemmu..!" kata beliau. Suaranya berat dan dalam...

Aku bangkit dan berdiri di depan beliau.

"Bagaimana kabarmu cucuku? Baru sekali ini kita bertemu. Namun sejak kamu kecil, aku selalu memantau perkembanganmu. Memang, dulu aku pernah menitipkan ilmu padamu. Saat kamu dalam kandungan ibumu, di saat aku masih hidup... Itu kan yang jadi pertanyaanmu?" kata mbah Buyut panjang lebar.

"Tapi apa fungsinya ilmu itu mbah... Jaman sekarang kok pake ilmu-ilmu kayak gitu...?"

"Khan sudah ada manfaatnya. Coba kamu bayangin... Jika kamu ga punya ilmu itu, dan terkena pelet nenek-nenek itu... Orang-orang bakal heran melihat anak muda tergila-gila pada nenek peot...!" kata mbah Buyut.

Tak terasa aku membayangkan apa yang dikatakan oleh mbah Buyutku.

Hiii.... malah merinding...

"Bener juga sih mbah... Makasih ya mbah, sudah ngasih ilmu itu...!"

"Iya, sekarang tinggal kamu kembangin saja...!"

"Enggak ah mbah... Berat lakunya. Ga kuat kalau harus puasa mutih, ngebleng atau pati geni." ujarku.

"Kalau mau yang ringan sih ada, tapi hasilnya kurang maksimal. Mau?"

"Apa itu mbah...?" tanyaku penasaran.

"Puasa biasa selama 40 hari...!" jawab mbah Buyut.
"Halah... Wong puasa Ramadhan yang cuma 30 hari aja sering bolong kok mbah...!" sahutku.

Mbah buyut geleng-geleng. Mungkin beliau berpikir... punya cucu kok begini amat yak?


"Baiklah... Mbah bikin lebih ringan lagi...!"

"Emang bisa mbah...?"

"Bisa... Hasilnya sepadan dengan puasa 40 hari... Mau?" tanya beliau.

"Ya lihat-lihat dulu lah mbah. Kalau masih berat, ya ga mau...!" kataku.

"Ga berat kok. Kamu cuma perlu puasa 3 hari saja...!"

"Beneran mbah...?? Kalau itu aku kuat mbah...!" jawabku sok kepedean.

"Dengarkan baik-baik.. Kamu harus mulai puasa pada hari Rebo Pon, diakhiri hari Jumat Kliwon. Dan selama 3 hari ga boleh tidur sama sekali...!"

Eh... busyet... Ga boleh tidur sama sekali? Sudah lapar, ditambah ga boleh tidur? Wtf... Tapi aku sudah terlanjur bilang kalau aku bakal kuat. Jadi gengsi dong kalau aku bilang ga kuat...

"Kenapa harus mulai hari Rebo Pon mbah?"

"Karena jumlah hari dan pasaran dari Rebo Pon, Kamis wage, dan Jumat Kliwon berjumlah 40. Makanya, puasa 3 hari setara dengan puasa 40 hari....!" sahut mbah Buyut.

"Hmm... baik mbah. Nanti aku coba untuk berpuasa seperti yang mbah Buyut terangkan...!" jawabku.

"Satu lagi... Sebelum memulai puasa itu, hari Selasa sore kamu harus mandi kembang setaman... Itu lambang bahwa kamu mensucikan tubuhmu untuk persiapan puasa. Dan sejak mandi itu, kamu ga boleh tidur sampai Jumat sore saat Maghrib!"

"Iya mbah....!"

"Nah, sebagai permulaan, aku akan membuka mata batinmu sekarang. Tapi hanya sesdikit. Nanti setelah kamu selesai laku itu, mata batinmu akan terbuka seluruhnya...!" kata mbah Buyut.

"Kalau mata batin dibuka, aku jadi bisa melihat makhluk halus mbah?" tanyaku.

"Iya... benar, Juga bisa melihat jika ada serangan ghaib yang datang menyerangmu..!"

"Ga usah lah mbah... Nanti aku malah takut kalau lihat yang seperti itu mbah...!"

"Laki-laki kok penakut. Apa mau mbah sunat lagi...?" tanya mbah Buyut.

"Eh.. ya jangan lah mbah. Masa depan ini mbah. Kalau disunat lagi, bisa habis dong...!"

Kudengar tawa cekikikan di belakangku. Rupanya Nastiti yang ketawa mendengar aku mau disunat lagi...

"Sekarang tutup matamu. Simbah mau membuka mata batinmu...!" perintah mbah Buyut.

Yah... daripada disunat lagi, ya mending nurut aja dah...

Aku memejamkan mataku, lalu kurasakan hembusan angin menerpa kedua mataku. Mungkin mbah Buyut meniup kedua mataku.

"Sudah... sekarang buka matamu...!"

Aku membuka mataku.. Ga ada yang berubah... masih seperti tadi. Wah, jangan-jangan mbah Buyut nipu nih...

"Ga ada bedanya mbah. Aku masih belum bisa ngelihat makhluk ghaib..!" ujarku.

"Tentu saja... Kamu saat ini sedang di alam bawah sadarmu. Nah, waktu simbah sudah habis... Simbah pamit dulu...!"

Sosok mbah buyut memudar dan kemudian hilang dari pandanganku. Kemudian aku merasakan kantuk yang amat sangat. Kantuk yang ga bisa ditahan... Hingga aku langsung tertidur lelap

Aku terbangun di bangku bambu yang biasa kupakai untuk tidur. Waktu sudah subuh saat itu... Aku mengingat-ingat mimpiku semalam. Mimpi yang aneh.. Dan herannya, aku bisa mengingat setiap detailnya, seolah aku memang mengalaminya secara nyata.

Ah... sudahlah...
Aku bangkit dan menuju kamar mandi mengambil wudhu dan sholat subuh. Saat salam terakhir, aku agak kaget melihat bayangan putih di samping kiriku. Kuselesaikan sholatku dan kembali menoleh ke samping kiri. Bayangan itu masih ada... Siluet warna putih berdiri tegak di sampingku. Bentuknya samar... Dan membentuk badan ramping.. tapi tak nampak jelas.

"Nastiti...?" aku berdesis

Bayangan putih itu nampak bergerak.. Seakan memutar tubuhnya dan menghadapku.

"Iya mas... Mas bisa melihatku?"

Aku mendengar suara di dalam kepalaku... namun terasa sangat jauuhhhh....!!!

"Bisa... tapi masih sangat samar. Cuma berbentuk bayangan putih...!" jawabku.

"Syukurlah... Mata batin mas sudah mulai terbuka..!"

Lagi-lagi suara yang sangat jauh rasanya.

Ternyata mimpiku semalam memang bukan mimpi biasa. Sekarang aku sudah bisa melihat Nastiti walau masih dalam bentuk bayangan kabur. Ga sabar rasanya untuk bisa segera menikmati wajah cantiknya...

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close