WARISAN ILMU DARI MBAH BUYUT (Part 4) - Tirakat
JEJAKMISTERI - Setelah pertemuan dengan mbah Buyut di dalam alam bawah sadarku, aku mulai berpikir untuk mengembangkan ilmu warisan beliau. Aku mengecek kalender, mencari hari Rabu Pon... Masih dua minggu lagi. Masih ada waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Dalam keseharianku, aku mulai bisa melihat makhluk astral di sekelilingku, walaupun masih dalam wujud seperti bayangan hitam, putih, dsb.
Untunglah cuma dalam bentuk bayangan. Aku ga bisa membayangkan jika mendadak aku bisa melihat wujud makhluk astral itu dengan jelas. Pasti sangat menyeramkan. Bahkan yang hanya dalam bentuk bayangan saja, sudah kurasakan sangat mengganggu. Coba saja... baru asik kerja, tiba-tiba ada bayangan hitam di sampingku. Kan jadi kaget...
Bahkan siluet orang yang terkena lampu dan membentuk bayangan, bisa bikin aku jadi kaget... Parah...!!!
Seminggu sebelum hari yang ditentukan untuk mulai puasa, aku ijin pada bossku a.k.a kakekku, untuk libur seminggu. Yang jadi masalah, dimana aku harus tinggal? Karena selama ini aku tinggal di gudang. Mau tinggal di tempat kakek, banyak penghuninya.
Mau nyari kost, duit belum ngumpul... Akhirnya, aku memutuskan pulang ke rumah saja. Lebih enak di rumah... mau ngapain aja.
Hari Selasa pagi, aku sudah mengayuh sepeda onthelku menuju pasar tradisional. Di tempat asalku, pasarnya berpindah-pindah, tergantung harinya. Hari Senin di desa ini, Selasa di desa itu, dst. Sesampai di pasar, segera kucari penjual bunga. Aku membeli bunga setaman dan bunga untuk nyekar.
Sorenya, ba'da Ashar, aku nyekar ke makam mbah Buyut dulu.. dan pulangnya baru mandi kembang. Udah kayak mau jadi pengantin aja rasanya...
Malamnya, aku mulai tirakat... Tidak tidur, hingga waktu sahur tiba. Selama tiga hari aku berpuasa dan tidak tidur. Bisa dibayangkan betapa badanku jadi lemas sekali. Walau setiap maghrib berbuka, namun karena ga boleh tidur, tetep aja lemes.
Hari pertama lancar, semangat masih menyala-nyala. Hari kedua mulai terasa berat...
Malam menjelang hari ketiga, godaan semakin berat dan seram. Berbagai bentuk makhluk halus mulai menampakkan diri. Mulanya hanya berbentuk bayangan yang biasa aku lihat, tapi perlahan mulai membentuk dengan jelas. Mulai dari poci, kunti, wewe gombel, genderuwo, glundhung pringis, dsb... seolah semua jenis makhluk halus datang sesuai jadwalnya masing-masing.
Walaupun takut, aku mencoba bertahan. Tapi semakin lama yang datang semakin seram, mengerikan dan menjijikkan. Aku sampai harus memejamkan mata karena takut dan ga kuat memandang wujud mereka. Tapi, terlalu lama merem, takutnya tertidur, padahal ini malam terakhir.
Besok puasa terakhir masa harus gagal di tengah jalan?
Dengan sangat terpaksa kubuka mataku... Pikirku, terserah mereka mau ngapain... aku harus berhasil menyelesaikan puasaku. Harga diriku dipertaruhkan kalau aku sampai gagal di sini...
Benar saja, semakin aku nekat dan berani, para makhluk itu mulai berhenti menggodaku. Namun, bukan berarti godaan selesai sampai di situ... Semakin malam, semakin aneh-aneh godaannya.
Sekarang muncul sosok gadis cantik tanpa busana, menari berlenggak lenggok di hadapanku dengan gerakan erotis. Sebagai jomblo akut, melihat pemandangan seperti itu, membuat jantungku berdebar lebih kencang, seperti genderang mau perang... Mataku melotot, mulutku terbuka, hingga air liurku menetes. Bahkan ada yang memberontak di bawah sana...
Hampir saja aku terjatuh dalam godaan yang paling dahsyat itu, untunglah, aku keburu sadar bahwa itu adalah godaan...
Beraattt.... beraattt...
Ini baru puasa begini saja godaannya sudah sedemikian berat... apalagi sampai puasa pati geni?
Dengan susah payah, aku berhasil melewati malam itu. Lega rasanya... Tinggal puasa sampai sore, lalu DONE... selesai.
Kelihatannya ringan... tapi nyatanya, jauh lebih berat. Hari terakhir ini, hari Jumat Kliwon. Puasa terberat yang pernah kurasakan. Rasanya hampir menyerah...
Kenapa?
Setelah 3 hari tanpa tidur, yang terbayang adalah kasur empuk yang nyaman dan bantal yang lembut.
Seharian ini, udara menjadi sangat sejuk, bahkan siang hari, angin bertiup dengan lembut seolah ikut membuaiku untuk segera tidur. Mataku terasa begitu berat... kelopak mataku seperti diberati oleh bandul timbangan, maunya nutup melulu. Ditambah dengan udara sejuk dan angin semilir, nyaris membuatku tertidur. Rasa kantuk ini begitu menyiksa... Rasa lapar ini ikut menambah berat perjuanganku.
Hadeehhh... masa aku harus kalah di hari terakhir?Ga boleh.. Aku sudah sejauh ini, sangat menyakitkan jika menyerah saat ini. Hanya tinggal beberapa jam lagi... Bisma... ayo semangat... kamu bisa...!!!!!
Dengan mata sepet dan perut melilit, aku berangkat ke masjid untuk sholat Jumat... Suasana Masjid yang sejuk, menambah berat perjuanganku melawan kantuk yang nyaris tak tertahankan. Apalagi saat mendengarkan khotbah Jumat... Tapi aku ga boleh kalah sekarang... Tinggal 6 jam lagi...
Usai sholat Jumat, di rumah aku menyibukkan diri agar rasa kantuk itu teralihkan. Rasa lapar sudah banyak berkurang. Pokoknya harus sibuk terus supaya ga ngantuk. Siang itu aku jadi rajin... Menyapu halaman, menyiram tanaman, menyiangi rumput, dsb.
Ibu sampai heran melihatku mendadak rajin begitu.
"Kowe ki ketempelan opo le, kok dadi sregep?" (Kamu tuh ketempelan apa nak, kok jadi rajin) tanya ibu.
"Walah bu.. anake sregep kok malah diunekke ketempelan...!" (oalah bu, anaknya rajin kok malah dibilang ketempelan...!)
Ibu cuma senyum sambil geleng kepala...
Aku melanjutkan aktifitasku. Siang kulalui dengan selamat... Karena sibuk, ga terasa ngantuk. Nah... paling berat malah mulai jam 4 sore. Sehabis mandi dan sholat Ashar, menjadi waktu yang paling krusial. Badan yang segar sehabis mandi, ditambah semilir angin, wuahhh... bikin rasa kantuk menyerang lebih hebat lagi...
Bertahan Bisma... tinggal 2 jam kurang. Jarum jam bergerak sangat lamban menurutku... Aku sudah mencapai titik puncak pertahananku... Tapi aku tetap bertahan dengan sisa-sisa pertahananku yang mulai porak poranda.
Akhirnya... adzan Maghrib berkumandang.. Aku membatalkan puasaku dengan minum teh manis hangat. Aku sholat maghrib dengan kantuk yang luar biasa. Usai sholat, tak tertahan lagi... aku jatuh tertidur di atas sajadah... Pertahanan terakhirku runtuh, walau musuh berhasil kukalahkan. Aku terkapar dalam balutan kemenangan Mungkin saat itu bibirku tersenyum... senyum kemenangan...!!!
Aku terbangun esok harinya dengan perut yang lapar. Kemarin aku hanya berbuka dengan segelas teh hangat, dan sekarang perutku melilit kelaparan. Aku bangun dan cuci muka.. lalu langsung cari makanan... Untunglah ibuku sudah memasak, sehingga aku tinggal makan. Usai makan, aku diam di teras sambil melakukan kebiasaan cowo setelah makan... smoking. Sambil menikmati nikotin, aku mulai berpikir, apakah akan terjadi sesuatu setelah puasaku ini? Atau ga akan terjadi apapun?
Ah... yang penting, aku bisa menyelesaikan puasaku. Masalah akan ada perubahan atau tidak... lillahi ta'alla saja lah.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya