WARISAN ILMU DARI MBAH BUYUT (Part 6) - Awal Bersinggungan
JEJAKMISTERI - Lewat 35 hari setelah ritual puasa yang kujalani, hasilnya mulai nampak. Aku yang awalnya hanya melihat makhluk astral dalam bentuk bayangan saja, sekarang dapat melihatnya dengan jelas.
Dan itu jadi permasalahan besar buatku, karena ternyata aku sama sekali belum siap untuk melihat makhluk-makhluk itu... aku ketakutan..!!!
Beruntung ada Nastiti yang selalu setia mendampingiku, sehingga dia bisa membantuku mengusir makhluk-makhluk itu agar menjauh dariku.
Tapi sampai kapan?
Aneh-aneh aja kupikir mbah Buyutku ini... Ngasih ilmu kok yang bikin aku jadi ketakutan. Mbokya kasih ilmu pelet, atau ilmu tolak miskin gitu lah...
Terus kemampuan kayak gini ini, fungsinya buat apa coba? Cuma bikin aku suka kaget dan ketakutan sendiri.
Bayangin aja dah... lagi kerja, mendadak muncul makhluk mengerikan yang menjulurkan lidahnya padaku. Khan ya kaget dan takut... ya to???
Apalagi waktu makan... muncul poci dengan wajah penuh belatung... huex... bikin nafsu makan mendadak hilang lenyap tanpa bekas.
Atau pernah juga pas lagi mandi... muncul rambut panjang mengambang di bak kamar mandi... Auto lari keluar sambil telanjang lah...
Bener-bener sebuah kemampuan yang merepotkan...
Dan yang lebih menjengkelkan.. melihatku ketakutan, Nastiti malah ketawa cekikikan...
Bukannya bantuin, malah ngetawain... haddeeehhhhh...!!!
Waktu aku lari telanjang dari kamar mandi, Nastiti malah melihat padaku dengan senyum merekah dan dengan genit mengedip-ngedipkan matanya... Huh... coba aja aku bisa nyentuh dia... udah aku kerjain dia...
Aku malah jadi benci punya kemampuan yang ga berguna ini... Ingin kuhilangkan, tapi gimana caranya?
Tapi, kalau aku hilangkan, aku ga bisa lihat wajah cantik Nastiti lagi.. Argghhhhh... membagongkan...!!!
Dan ada lagi yang lebih menyebalkan, makhluk-makhluk itu muncul setiap waktu. Ga peduli siang maupun malam, pokoknya setiap waktu.. Mbokya pada istirahat lah.. Aku capek lihat kalian mulu tahu....????!!!!
Jantungku diajak lomba lari terus...
Aku cuma bisa berharap, jantungku kuat menghadapi segala bentuk kekagetan dan ketakutan yang kualami.
Aku baru menyadari, ternyata begini rasanya jadi orang-orang indigo yang sering kulihat di TV atau koran. Tersiksa... sangat tersiksa...
Kasihan juga ya?
Eh. aku juga kasihan ding... aku kan juga indihome sekarang...
Sampai lebih dari sebulan aku mesti beradaptasi dengan kemampuan baruku ini. Baru setelah itu aku merasa terbiasa, walaupun masih sedikit takut. Tapi tak separah pada awalnya. Aku sudah ga terlalu kaget dan takut lagi sekarang. Sedikit kaget dan takut, wajar lah...
Dan selama itu, mbah Buyut selalu hadir dalam mimpiku. Beliau memberitahukan bahwa bukan hanya kemampuan melihat barang alus saja yang dititipkan padaku. Juga ilmu-ilmu lainnya. Ada ilmu kanuragan, ilmu pengasihan, meningkatkan kewibawaan, dan ilmu-ilmu lain yang aku sampai ga paham namanya.
Beliau juga mengajarkan padaku cara membangunkan energi batin dan tenaga dalam yang ada dalam diriku. Tentunya hal itu harus dilatih sedikit demi sedikit. Dan juga disarankan agar aku puasa senin kamis, supaya jiwaku tetap bersih.
Yah, aku jalanin aja semua dengan segala keterbatasanku. Latihan yang diberikan aku lakukan saat ada waktu luang. Biasanya pagi dan malam hari. Juga di hari libur, aku tingkatkan waktu latihannya.
Perubahan yang kurasakan adalah, naiknya keberanianku, ketenangan pikiran, dan fisikpun menjadi lebih segar.
Wajah semakin tamvan... (kalau yang ini bo'ong besar..) Setahun penuh aku menjalani latihan itu yang tak terasa membawa perubahan-perubahan dalam diriku.
Sudah tak ada rasa takut lagi saat bertemu dengan makhluk tak kasat mata, bahkan saat tengah malam sekalipun. Hmm... cuman serem doank, ga menakutkan...
Dan mulai dari situlah, aku terlibat dengan masalah-masalah ghaib yang tanpa sengaja mulai mendatangiku satu persatu...
Pertama bersinggungan dengan masalah ghaib adalah saat ada kejadian yang menimpa salah satu temanku. Sebut saja namanya Bejo.
Nama sebenarnya sih Raharjo... tapi entah kenapa malah akhirnya dipanggil Bejo. Suatu hari, aku diajak ke rumahnya. Katanya sekedar main lah, masak udah kenal lumayan lama kok ga pernah main ke rumah...
Mumpung sudah selesai bekerja, aku iyain aja ajakannya. Dengan motor bututnya, aku dibonceng menuju rumahnya yang lumayan jauh juga dari tempat kerjaku... Wah... ini nanti pulangnya gimana ya?
Sudahlah... dipikir nanti saja.. Walaupun masih berada dalam kota, tapi sudah di pinggiran kota rumah si Bejo ini.
Sesampai di rumahnya yang mungil, namun terlihat rapi, aku diajak masuk olehnya. Aku dikenalkan dengan seorang wanita yang ternyata adalah istrinya. Juga dengan dua anak kecil yang kira-kira berumur 6 dan 3 tahun. Anak-anak yang manis.
Semua anaknya Bejo itu perempuan. Cantik-cantik lho... ga kayak bapaknya...
"Adik namanya siapa...?" tanyaku pada si sulung.
"Dania om....!" jawabnya malu-malu.
"Kalau adiknya namanya siapa ya?"
"Aku namanya Rania om...!" jawab si kecil dengan raut wajah yang menggemaskan.
Aku cubit aja pipinya si kecil...
"Dania.. Rania, ini om punya sedikit uang, nanti dibagi dua ya?" kataku sambil menyodorkan uang 10 ribuan buat mereka.
"Hayo. Bilang apa sama om Bisma?" kata ibunya yang baru datang dari dapur dan membawa nampan berisi minuman dan camilan..
"Terima kasih ommm....!" jawab dua anak itu berbarengan.
"Sama-sama...!" kataku sambil mengacak rambut mereka berdua.
"Mas Bejonya kemana mbak?" tanyaku pada istrinya Bejo..
"Sedang mandi mas... Silahkan diminum dulu. Saya tinggal dulu ke belakang....!" ujar istrinya Bejo, sebut saja namanya Yem.
"Oh iya mbak... makasih...!"
Sambil menunggu Bejo yang sedang mandi, aku ngobrol dengan dua anak yang lucu-lucu itu. Yang besar malu-malu, yang kecil cerewet... hahaha. Ugh... jadi pengen punya anak... hhh
KROMPYANG... PYARR....!!!
Aku terlonjak karena kaget... Apa itu?
Aku memperhatikan DaRa... Dania dan Rania, keduanya nampak tenang-tenang saja.
"Dania... itu tadi apa sih?"
"Itu om... ibu mecahin piring... Sudah biasa om...!" jawab Dania polos.
"Iya om.... kata bapak ibu ketempelan...!" sambung Rania.
"Eh... dek... Inget, ga boleh bilang sama orang lain...!" Dania menegur adiknya.
"Oh iya.. lupa mbak. Terus gimana dong. ?" mata Rania tampak berkaca-kaca.
"Sshhh... ga papa Rania. Om janji ga akan bilang siapa-siapa kok. Jadi Rania jangan nangis ya....?" bujukku.
"Beneran om ga bakal bilang sama bapak?" tanya Rania sambil menatapku.
"Beneran... janji...!" jawabku sambil menyodorkan jari kelingkingku.
Rania mengaitkan kelingkingnya yang kecil di kelingkingku.
"Janji ya om...?"
"Iya cantik... Om janji deh...!"
Rania ngelendot manja padaku...
"Om baik banget deh... Rania suka sama Om... !" kata Rania polos.
"Om juga suka sama kalian... Kalian anak yang pintar dan baik hati...!" kataku.
Aku kembali asik bermain dengan Dania dan Rania... Ada-ada saja tingkah dua bocil ini yang bikin aku ketawa.
Bejo keluar dari ruang dalam dan menghampiriku.
"Maaf ya, atas keributan tadi...!" katanya.
"Iya... tapi maaf, emang kalian berantem?" tanyaku
"Enggak... kamu ga dengar kami berantem kan?" tanyanya balik.
"Enggak sih... atau istrimu terjatuh? Maaf, bukan sok kepo lho...!"
"Ga papa... Jujur aja, istriku seperti mengidap penyakit aneh."
"Penyakit aneh gimana?" tanyaku kepo
Bejo terdiam, lalu berpaling pada dua anaknya itu.
"Dania, Rania... kalian temenin ibu di kamar ya?" kata Bejo pada dua anaknya.
"Iya pak ..!" jawab Dania, lalu mengajak adiknya masuk
Saat melewatiku, Rania mengacungkan jari kelingkingnya. Aku mengangguk dan tersenyum... Ahaha.... ada saja tingkah bocil yang bikin kita tersenyum...
"Si Rania kenapa tuh? Kamu janji apa padanya?" tanya Bejo padaku.
"Ah.. enggak. Aku cuman janji buat sering main ke sini... hhahaha...!" jawabku berbohong.
"Oh... awas aja kalau kamu ga nepatin janji, bakal diingat terus sama dia..!" ujar Bejo.
Aku cuma meringis...
"Jadi gini Bis... istriku itu punya penyakit aneh. Seringkali, selepas maghrib atau menjelang maghrib seperti ini, dia seperti kehilangan kesadaran. Ga lama sih, paling cuma semenit dua menit. Susahnya, kalau dia pas megang sesuatu, pasti bakalan terlepas dari tangannya dan jatuh. Beruntung kalau cuma gelas atau piring. Lha kalau air panas? Khan kasihan...!" cerita Bejo.
"Emang sudah berapa lama?" tanyaku
"Sudah hampir dua bulan ini...!"
"Sudah dibawa ke dokter?"
"Sudah... sudah dicek syarafnya, juga psikologisnya, dan lainnya, kata dokter semua baik-baik saja!"
"Mungkin kecapekan kali ya?"
"Pendapat dokter juga begitu. Tapi istriku ga merasa capek katanya. Biasa aja."
"Pernah ke pengobatan alternatif ..?"
"Dukun maksudmu...? Ga pernah. Pernah aku bawa ke kyai dan diruqyah, tapi ga ada pengaruhnya. Memang sih, seminggu sembuh, lalu kumat lagi...!"
"Wah... susah juga ya? Kasihan juga mbak Yem ..!" ujarku.
"Maka dari itu Bis, sebelum maghrib aku harus selalu berada di rumah. Yah, buat jaga-jaga... walaupun memang g setiap hari, tapi sering juga." kata Bejo sambil meminum kopinya.
Aku ikut meraih gelas, dan minum juga.. Dalam hati aku kasihan sama Bejo dan mbak Yem, yang harus mengalami kejadian seperti itu.
Saat aku sedang merenung, seolah ada suara di kepalaku untuk membantu mengobati mbak Yem. Dan anehnya, mulutku langsung saja nyeletuk..
"Jo, boleh ga kalau aku coba bantu istrimu? Yah siapa tahu bisa sembuh...!"
Aku kaget sendiri mendengar ucapanku. Kok bisa sih mulutku mengucapkan kata-kata itu? Padahal aku ga punya keinginan untuk itu.
"Emang kamu bisa Bis...?"
Wah, aku mesti jawab apa nih? Aku sendiri ga yakin kalau aku mampu...
"Insya Allah Jo... Namanya juga ikhtiar to?" jawabku akhirnya.
"Baiklah... kapan mau dimulai pengobatannya?" tanya Bejo.
"Nanti lah, nunggu anak-anakmu tidur dulu ya? Biar ga keganggu...!" ujarku.
"Oke... sip. Diminum lagi kopinya Bis, sama gorengannya dimakan tuh...!"
Kami ngobrol kesana kemari sambil menunggu anak-anak Bejo tidur.
Akankah aku bisa mengobati mbak Yem?
Aku ga punya pengalaman pengobatan sama sekali, kecuali pas PMR dulu waktu SMP.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya