Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

WARISAN ILMU DARI MBAH BUYUT (Part 7) - Pengalaman Pertama


JEJAKMISTERI - Bejo membawaku ke sebuah kamar yang berukuran agak kecil, sekitar 3X3 meter lah... Tapi biarpun kecil, kamar itu terlihat rapi dan bersih. Mbak Yem rupanya pandai mengurus rumah juga.

Aku diajak Bejo masuk ke kamar itu. Nampak Dania dan Rania sedang asik berceloteh pada ibunya. Rania yang lincah lebih banyak bicara dibanding kakaknya. Suaranya yang agak melengking itu menceritakan sesuatu dengan gestur tubuh untuk nendukung ceritanya itu. Aku tersenyum melihatnya. Sementara mbak Yem kulihat sedang duduk di ranjang, bersandar di tembok sambil sesekali menanggapi ocehan Rania yang ga putus-putus.
Sebuah keluarga yang bahagia menurutku. Sayangnya ternoda oleh kondisi mbak Yem yang sering kambuh menjelang atau setelah maghrib. Melihat kami datang, Rania langsung turun dari ranjang dan menyeretku ke arah ibunya

"Om Bisma mau nemenin ibu ya? Sini om.. kita ngobrol bareng...!" ajakmya.

Tapi mendadak dia berhenti dan menarik tanganku ke bawah. Apa maksudnya bocil satu ini...?
Terpaksa aku membungkuk untuk bisa sejajar tingginya dengan Rania. Setelah tinggi kami sejajar, Rania mendekatkan bibirnya ke telingaku.

"Sstt.. om... Om ga bilang sama bapak khan?" tanyanya berbisik. Aku tersenyum dan mengacungkan jempolku.

"Aman...!" bisikku padanya.

"Tozz om...!" katanya sambil mengangkat telapak tangannya. Aku mengangkat telapak tanganku, dan dengan keras Rania membenturkan telapak tangannya pada telapak tanganku.

PLAK...

Kami ber-high five..!!!
Bejo dan mbak Yem geleng-geleng melihat kelakuan anaknya itu.

"Dania, Rania, bapak sama ibu mau ngobrol penting dengan om Bisma. Kalian nonton TV dulu ya?" kata Bejo.

"Iya pak... Ayo dek, kita lihat kartun.!" ajak Dania pada adiknya. Dengan bibir manyun, Rania menuruti ajakan kakaknya. Mungkin dia sebetulnya ga mau disuruh keluar... Aku tersenyum memandangnya.

Bejo menutup pintu kamar, lalu menghampiri istrinya. Mereka bercakap sejenak, dan beberapa kali mbak Yem melirik padaku.

Selesai mereka bercakap, Bejo menghampiriku.

"Bis... istriku setuju kalau kau mau coba ngobatin. Ada ubo rampe yang perlu disiapkan?" tanya Bejo.

"Ga usah pake apa-apa... Paling air putih aja lah...!" jawabku, menirukan suara yang ada di pikiranku.

"Oh, itu ada air putih dan gelas di meja. Aku perlu keluar?" tanya Bejo.

"Ga usah... di sini aja...!" ucapku.

Lalu seolah ada yang menuntunku, aku menghampiri ranjang dan menatap ke arah mbak Yem.

Dengan mata batinku, kulihat ada sesuatu seperti asap hitam yang mengelilingi tubuh mbak Yem.

"Maaf ya mbak...?" ujarku, sambil mengarahkan telapak tanganku ke badan mbak Yem, tapi tidak sampai menyentuhnya.
Ada aliran hawa hangat yang timbul di perutku, lalu menjalar ke sekujur tubuhku, dan mengalir menuju telapak tanganku.

Bagai dituntun, telapak tanganku bergerak turun naik dari kepala hingga kaki mbak Yem, dan kuulangi sampai 3 kali. Sesuatu yang seperti asap hitam itu tersedot ke arah telapak tanganku, dan berkumpul di sana, membentuk sebuah bola sebesar bola tenis meja. Dan dengan tuntunan suara dalam pikiranku, kulemparkan bola itu ke atas.

Bola hitam itu melesat cepat menembus genteng rumah, padahal aku tak terlalu keras melemparnya.

Kulihat sebuah bayangan putih melesat menembus atap, dan kukenali sebagai Nastiti, dan lalu terdengar suara letupan agak keras.

BLUPPP....

Lalu kulihat Nastiti kembali ke sampingku. Suara dalam pikiranku menyuruhku mengambil gelas, lalu mengisinya dengan air putih. Dan kubacakan Surah Al Fatihah, dan Ayat Kursi, lalu kuserahkan pada mbak Yem untuk diminum. Mbak Yem meminum air putih itu hingga habis.

"Semoga lekas sembuh ya mbak...!" ujarku pada mbak Yem.

"Iya mas Bisma... Terima kasih. Badanku jadi terasa lebih enakan sekarang...!" kata mbak Yem.

"Alhamdulillah kalau begitu mbak. Dipakai istirahat dulu saja mbak..!"

Aku lalu mengajak Bejo keluar kamar itu supaya mbak Yem bisa beristirahat.

Kulihat asap hitam yang menyelimuti tubuh mbak Yem, sudah hilang seluruhnya

"Apa yang kamu lihat tadi Bis?" tanya Bejo padaku.

"Ga ada apa-apa kok? Sebelum kejadian ini terjadi, emang kamu ajak kemana istrimu?" tanyaku.

Bejo nampak beepikir, mengingat kejadian sebelum istrinya menderita penyakit aneh itu.

"Seingatku, kejadian itu terjadi setelah aku dan istriku mengunjungi saudara di desa S. Sepulang dari sana, mulailah penyakit istriku itu!" papar Bejo.

"Apa di sana ada suatu kejadian atau tempat yang wingit?" tanyaku.

"Hmmm... waktu itu sedang ada pertunjukan kuda lumping, dan banyak yang kesurupan. Istriku juga ikut kesurupan. Tapi setelah dikeluarkan oleh pawangnya, istriku pulih seperti semula."

Aku mengangguk-angguk...

"Emang ada apa Bis?"

"Begini, kalau memang istrimu sempat kesurupan, ya pantas saja. Pawangnya ngeluarin jin nya, kurang bersih. Masih ada sisa.., sisa aura jin itu yang tertinggal di tubuh istrimu. Jadi itu mempengaruhi dia selama ini...!" ujarku, sok tahu.. ahaha.

"Kok kamu bisa tahu sih? Emang kamu belajar jadi dukun di mana?"

"Dukun gundhulmu...!!! Aku bukan dukun lho... Kebetulan saja aku sedikit tahu hal seperti itu!" Jawabku.

Edian... masa ganteng-ganteng kok dibilang dukun...

"Terus, gimana keadaan istriku sekarang?"

"Insya Allah sudah ga masalah. Tunggu saja sampai seminggu, kira-kira ada perubahan atau tidak. Namanya juga usaha...!!!" jawabku.

Bejo mengangguk-angguk mengerti... atau pura-pura mengerti?

Saat itu datanglah Rania dengan berlari-lari dan langsung menubrukku.

Lalu bergayut manja padaku, dan minta dipangku. Kuturuti saja kemauan anak itu. Kuangkat dan kududukkan di pangkuanku.

"Aneh....!" kata Bejo.

Aku melengak... apa yang aneh?

"Apanya yang aneh?" tanyaku. Sementara Rania asik bermain dengan telingaku, sampai aku geli dibuatnya.

"Kamu tuh baru pertama ketemu Rania. Ga biasanya dia langsung akrab dengan orang yang baru ditemuinya. Emang sih, dia cerewet kalau dah kenal lama.... Tapi ini batu ketemu kok udah cerewet dan manja sama kamu lho..!" kata Bejo.

"Soalnya aku ngasih dia duit tadi... hahaha.. geli Rania...!" Rania ketawa melihatku kegelian.

"Ah... biar dia dikasih duit juga ga segitunya manja sama orang. Sama kakek neneknya aja ga semanja itu....!"

"Oh.. dia tahu kalau aku ini ganteng, jadi manja sama aku...!" kataku sambil memencet hidung Rania.

"Hahaha... ganteng dari hong kong? Lha masih jomblo gitu kok ngaku ganteng...!" sahut Bejo sambil ngakak.

"Ets... jangan salah Jo... Jomblo itu pilihan... bukan kutukan...!" sahutku ngawur. Yang penting bisa membela kejombloanku lah... hahah

"Mas, mbok Bisma diajak makan. Itu lho, sudah aku siapkan di meja makan sejak tadi ..!" kata mbak Yem dari dalam kamar.

"Iya dek... hampir lupa aku. Ayo Bis, kita makan...!" Ujar Bejo.

Aku mengiyakan, lalu bertanya pada Rania

"Rania sudah makan?"

"Sudah om.. makan sendiri tadi. Disuapin kakak...!" celotehnya.

"Lho makan sendiri kok disuapin?" tanyaku heran.

"Iya, makan sendiri... Kakak ga makan, soalnya nyuapin Rania...!"

Dahiku berkerut... perlu waktu beberapa saat untuk mencerna kata-kata bocil satu ini.

"Oh...kak Dania ga makan, tapi cuma nyuapin Rania? Jadi Rania makan sendirian...?"

"Iya Om...!"

"Berarti kak Dania belum makan dong...?" tanyaku.

"Sudah... !"

"Kapan...?"

"Tadi siang....!"

Aku, seorang mantan calon sarjana, dikerjain oleh bocil usia 3 tahun.... alamak....

Kucubit dengan gemas pipi chubbynya... Asli gemes banget sama nih bocil.

"Yuk kita makan bareng. Rania panggil kakak buat makan bareng ya?"

"Iya, tapi nanti Rania disuapin om Bisma ya?"

"Iya deh.. nanti om suapin..!"

"KAKAK... AYO MAEM....!" teriaknya cumiakkan telinga.
Hadeeehhh... bener-bener nih bocil...

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close