WARISAN ILMU DARI MBAH BUYUT (Part 8) - Aura
JEJAKMISTERI - Seminggu telah lewat dari saat aku main ke rumah Bejo. Dan selama seminggu itu pula, aku selalu berpikir, kok bisa-bisanya aku sok-sokan ngobatin istrinya Bejo?
Padahal kan aku ga bisa apa-apa?
Gimana kalau gagal? Bejo pasti menganggapku sok bisa sok pintar... Aku jadi kurang fokus dalam bekerja karena pikiran-pikiran itu...
Siang itu aku melihat Bejo datang dengan motornya.. Dia terlihat sumringah.
"Hai Bis... ngapain manyun mulu?" tanyanya saat melihatku.
"Emmm... gimana kabar mbak Yem?" tanyaku tak sabar.
"Eits... ngapain kamu nanya-nanya kabar istriku? Atau jangan-jangan....!" ujarnya ngambang.
"Enggak... maksudku, masih suka kayak gitu nggak?"
"Masih dong... semalam aja sampai 2 kali...!" katanya.
"Apanya? Mecahin barangnya?" tanyaku.
"Oh, kamu nanyain masalah itu? Alhamdulillah sejak saat itu, istriku ga pernah kambuh lagi... Makasih ya Bis?"katanya.
"Ah... syukurlah kalau begitu...! Aku takut kalau aku gagal...!"
"Untungnya enggak. Nih buat kamu..!" katanya sambil memberikan rantang yang dibawanya.
"Apa nih...?"
"Istriku bilang, ucapan terima kasih, karena kamu dah nolongin dia... Udah, dimakan aja... Aku tahu, kamu pasti belum makan."
"Hahaha... tahu aja. Makan bareng yuk... Banyak lho ini...!" ajakku pada Bejo.
"Udah kenyang, tadi udah makan di rumah.. itu kan sisaku... hahaha!" guraunya.
Aku membuka rantang, dan wow... isinya begitu menggiurkan. Membuatku lapar... Aku segera menyantapnya sambil ngobrol sama Bejo. Ternyata habis juga makanan sebanyak itu. Masakan mbak Yem emang jempol dah....!!!
"Kamu ditanyain sama cewe tuh...!" kata Bejo setelah aku selesai makan.
"Cewe? Cewe yang mana?" tanyaku.
"Itu, Dania dan Rania... Ga tau tuh, dua anak itu nanyain kamu terus...! Kamu pelet ya?" tanya Bejo sambil menatapku dengan pandangan menyelidik.
"Pelet gundhulmu...! Masa aku melet anak kecil...!" ujarku sewot.
"Hahaha.. bercanda Bisma.. kamu tuh ga bisa diajak bercanda!" kata Bejo.
"Mereka nanya tuh, kapan kamu mau main ke rumah lagi...!" sambung Bejo.
"Emm... besok minggu dah. Kalau minggu kan aku libur dan punya duit.. ahaha...!"
"Halah... jangan kebiasaan ngasih duit sama mereka. Nanti jadi kebiasaan buruk...!"
"Iya deh... coba kalau aku ga ngasih duit, mereka masih mau main sama aku apa enggak...!"
"Jangan salah... Sudah berapa banyak adikku ngasih duit sama mereka, tapi mereka ga pernah nanyain omnya itu. Jadi ga ngaruh duit mah...!"
"Masa...???"
"Buktiin aja sendiri... Oke, aku balik dulu ya? Sini rantangnya aku bawa sekalian...!"
"Bentar, biar kucuci dulu. Ga enak ngembaliin rantang kotor..!" ujarku.
"Halah... sini, ga usah dicuci segala!" katanya sambil merebut rantang dariku
"Ya udah... makasih banyak ya udah dikasih maem. Bilangin juga sama mbak yem... masakannya enak banget...!"
"Siippp....!" katanya sambil menstater motornya.
***
Flashback...
Bejo adalah seorang kuli di tempat pengepul barang bekas, yang jauh lebih besar dari tempatku bekerja. Bossku mengirim barang dagangannya ke bossnya Bejo. Nah, Bejo ini yang sering kebagian ngambil barang di tempat kerjaku. Karena sering ketemu, kita jadi kenal. Dan mungkin karena cocok dan enak diajak ngobrol, kami jadi berteman baik.
Karena Bejo ini tenaga lepas di big boss, dia bisa pulang lebih awal. Tapi kadang juga pulang larut malam, jika harus mengambil barang di tempat yang jauh... di luar kota misalnya.
Penghasilannya jauh lebih besar dariku tentunya, tapi pekerjaannya juga jauh lebih berat.
Kadang aku heran juga... Bejo ini badannya agak lebih kecil dariku, tapi tenaganya... beuh....
Barang seberat 70 kg lebih aja, diangkatnya dengan mudah. Aku kadang sampai geleng kepala melihatnya.
Mungkin karena sudah terbiasa, dia jadi kuat membawa barang seberat itu.
Aku saja, maksimal bawa barang cuman sampai 50 kg... yah... akhirnya, aku dan Bejo seperti jadi sahabat aja. Aku sih senang saja dapat temen akrab di tempat yang asing buatku ini.
***
Malam harinya, aku sedang bersantai di dalam gudang, sambil ngisi tts hasil nemu di rongsok... ahaha.
Nastiti dengan setia menemaniku dalam diam...
Lama-lama bosan juga ngisi tts.. Aku memandang Nastiti yang sedang berdiri diam bersandar di tiang gudang.
"Nastiti... duduk sini coba...!" ujarku pada Nastiti.
Nastiti melayang menuju bangku tempatku berbaring, lalu duduk di sampingku.
"Ada apa mas?" tanya Nastiti.
"Gini, aku pengin tahu... sejak kapan kamu ngikutin aku, dan apa alasanmu ikut denganku?"
"Aku ikut sejak mas di kota sebelah, dan mendapat bunga kanthil waktu ada orang meninggal itu. Mas masih ingatkan? Aku datang ke mimpi mas berkali-kali, bilang ingin ikut mas Bisma. Sampai akhirnya mas Bisma bilang, terserah kamu..! Nah, sejak itulah aku ikut mas Bisma!" jawabnya.
Oh... ternyata mimpi yang waktu itu.. Bukan mimpi biasa rupanya.
"Terus alasanmu ikut aku itu apa?"
"Ga tahu mas... Aku cuma tertarik sama aura mas yang beda dengan orang lain. Lalu aku memutuskan ikut sama mas ..!"
"Aura...? Aura itu apa sih...?"
"Aura itu sesuatu yang memancar dari tubuh, dan membungkus tubuh kita. Nah, waktu mas nolong wanita itu, mas kan melihat ada sesuatu seperti asap hitam di sekitar tubuh wanita itu? Nah, itu aura mas.. hanya saja, bukan aura wanita itu...!"
"Apakah setiap manusia punya aura?"
"Tentu punya mas... bahkan semua makhluk hidup punya aura juga..!"
Aku mengangguk-angguk walaupun masih bingung...
"Terus, kenapa aku ga melihat aura orang lain. Aku juga ga melihat auramu. .!"
"Itu karena mas tidak memfokuskan pandangan batin mas. Untuk melihat itu, mas harus fokus dulu. Apalagi ilmu dalam diri mas Bisma baru terbangun dari tidur panjangnya. Butuh proses untuk bisa otomatis merasakan dan melihat aura."
"Oh.. gitu....!"
"Tapi karena dasarnya sudah ada, mas cuma butuh konsentrasi dan menguatkan keinginan. Misal mas ingin melihat atau merasakan aura suatu makhluk, maka mas harus konsentrasi dan meniatkan untuk itu..!"
"Oh... gitu ya? Baiklah, aku pengin nyoba ngerasain auramu ya?"
"Silahkan mas.....!"
Aku duduk tenang dan mencoba berkonsentrasi. Membayangkan wajah ayu Nastiti, dan meniatkan dalam hati untuk merasakan auranya.
Perlahan, aku mulai merasakan sesuatu yang aneh. Muncul rasa seram, dan rasa berdebar, lalu dadaku terasa sesak, seolah ditindih oleh benda yang sangat berat. Nafasku menjadi sesak..
Aku membuka mata dan terkejut, saat melihat Nastiti diselubungi asap hitam pekat yang sangat tebal. Mungkin inilah yang disebut aura.
Aku membuyarkan konsentrasiku, dan... plong... dadaku terasa begitu lega. Nafasku jadi ngos-ngosan... seolah berlari berkilometer.
"Mas ga papa? Wajah mas pucat...!" tanya Nastiti.
"Hah...hah... auramu menakutkan. Aku sampai sesak dibuatnya... hah.hah...!"
"Hihihi... itu belum sampai puncaknya mas, baru aura biasa. Tapi tenang saja, seiring bertambahnya kekuatan batin mas Bisma, rasa tertekan itu akan banyak berkurang. Dan selama aku mendampingi mas Bisma, akan aku kurangi auraku, supaya mas tidak tertekan...!"
"Emang bisa mengurangi aura?"
"Bisa mas, tapi itu susah sekali bagi yang masih berilmu rendah. Aku bahkan bisa menghilangkan auraku hingga tak terasa sama sekali...!"
"Wah... hebat juga ya? Kalau aku bisa nggak ya?".
"Mungkin bisa mas, suatu saat nanti...!" jawabnya
Masih banyak hal yang aku tanyakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan hal ghaib yang aku tak tahu. Lumayanlah untuk menambah pengetahuanku, terlepas benar atau tidaknya yang dikatakan oleh Nastiti tersebut.
Aku teringat, bahwa jin dan setan itu suka menyesatkan manusia. Dan sebaiknya aku tidak mudah percaya dengan mereka. Apalagi aura Nastiti begitu gelap dan pekat... Aku tak boleh terlalu mempercayainya.
Memang sih, aku masih suka bertanya ini itu pada Nastiti... Semua hanya untuk memuaskan rasa ingin tahuku yang terus menggangguku. Jika sudah mendapat penjelasan dari Nastiti, sedikit banyak aku merasa lebih lega rasanya.
Cuman satu yang enggan aku tanyakan pada Nastiti, yaitu tentang kata-kata mbah Buyut yang mengatakan bahwa ada ilmu pengasihan juga yang dititipkan padaku.
Tapi kenapa selama ini aku masih jomblo aja ya?
Apakah aku kurang diminati para cewe?
Atau aku yang kurang usaha?
Ah... mungkin Allah SWT, memang belum mempertemukan aku dengan jodohku... Sebuah pemikiran untuk menenangkan hati yang gersang karena jomblo..
Malam minggunya, aku jalan-jalan ke daerah pecinan untuk melihat-lihat toko mainan anak-anak. Besok aku akan ke rumah Bejo untuk bertemu Dania dan Rania, dan rasanya ga enak kalau ga bawa apapun.
Aku melihat-lihat berbagai boneka dan mainan yang ada di situ. Saat tertarik dengan sebuah mainan, dan melihat harganya, dompetku langsung meronta-ronta...
"Cari apa pak? Untuk anaknya? Laki-laki atau perempuan?" sebuah suara merdu menyapaku. Aku menoleh dan melihat seorang gadis menggunakan seragam pelayan toko berdiri di dekatku. Senyumnya merekah... mencoba memikat dompetku. Ughh... bapak? Apakah wajahku nampak begitu tua hingga dipanggil bapak?
"Maaf mbak, baru mau lihat-lihat. Kira-kira ada yang pas untuk ponakanku atau tidak...!" Dan tentunya pas dengan dompetku yang isinya tak seberapa! Ucapku dalam hati.
"Oh.. silahkan pak. Sikahkan melihat-lihat dulu. Jika ada yang cocok, panggil saya saja...!"
"Iya mbak... terima kasih...!"
Huft... lagi-lagi bapak... aku masih bujang mbaakkkk....!! Teriakku dalam hati....
Merasa sakit hati dipanggil bapak, aku bergegas keluar dari toko itu. Masa masih muda begini kok dipanggil bapak...
Aku melanjutkan perjalanan tanpa arahku sambil melihat-lihat pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di trotoar... siapa tahu ada yang menarik hati.
Tapi belum ada yang menarik... baik dagangannya, maupun pedagangnya... haha.
Daripada bingung, aku memutuskan untuk melihat-lihat para pelayan toko yang manis-manis. Lumayan buat menghibur hati dan menyegarkan pandangan. Walaupun tak bisa memiliki, cukuplah dengan memandang dan mengagumi...
Sampai aku lupa untuk membelikan mainan untuk Dania dan Rania...
Aku teringat ketika sudah sampai di gudang. Ah... biarlah aku besok ga bawa apa-apa. Toh aku juga belum tahu apa yang mereka senangi... Kalau asal beli, takutnya mereka ga suka, malah jadi mubazir...
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya