Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

WIDARPA DAYU SAMBARA (Part 4) - Prabu Arya Darmawijaya

Hampir dua hari perjalanan telah dilalui menuju wilayah Setra Geni. Perjalanan tanpa kereta kuda dan pengawalan ini mampu menyamarkan keberadaan mereka walaupun memakan waktu cukup lama.


JEJAKMISTERI - “Salam hormat saya kepada Yang Mulia Prabu Arya Darmawijaya dan Patih Widarpa..” Sambut Raja Indrajaya yang sudah menunggu di depan istana.

“Terima kasih Raja Indrajaya bersiap menampung kami” Prabu Arya membalas sambutan Raja Indrajaya dengan sangat sopan.

Menjawab balasan Prabu Arya sang pemegang kuasa tertinggi istana sentra geni itu hanya menggelengkan kepalanya.

“Menampung? Sejak Patih Widarpa menaklukan Setra Geni dan menaruh orang-orang hebatnya untuk membersihkan kerajaan ini, Wilayah ini sudah sepenuhnya menjadi bagian Kerajaan Darmawijaya..” Ucap Raja Indrajaya yang tak henti-hentinya menyanjung patih widarpa.

“Bahkan jika patih meminta kedudukan saya sebagai rajapun akan saya serahkan dengan sukarela”

Prabu Arya menoleh pada Widarpa dan semakin kagum dengan patih setianya yang selama ini hanya Ia kenal di dalam kerajaanya saja.

“Wis wis.. jangan berlebihan. Lebih baik kita segera masuk dan amankan Prabu Arya...” Ucap Widarpa yang merasa risih dengan formalitas ini.

***

Setelah mengumpulkan pejabat-pejabat kerajaan yang hampir setengahnya diisi oleh orang-orang Patih Widarpa, Prabu Arya menceritakan semua hal yang memporak-porandakan kerajaanya.

“Kelompok Gamelan alas Kamulan? Bukanya itu kelompok yang juga sering diundang oleh pejabat-pejabat sebelumya..” Ucap salah satu panglima yang ditugaskan oleh Patih Widarpa di istana ini.

Prabu Arya dan Patih widarpa saling menoleh seolah menarik sebuah benang merah.

“Mungkin saja pejabat dan panglima kerajaan Indrajaya sebelumnya juga terpengaruh oleh kelompok gamelan ini.. kalau memang benar sepertinya sudah jelas siapa musuh sebenarnya” Ucap Patih Widarpa.

Semua yang ada di ruangan seolah sepakat dengan kesimpulan ini.

“Prabu Arya... Raja IndraJaya... sebelum kita melanjutkan ini, ada yang harus saya lakukan dan butuh peran serta dari Prabu Arya dan Raja Indrajaya”

Kali ini Patih Widarpa mulai berbicara dengan wajah yang serius.

Seolah mengerti yang dimaksud Patih Widarpa, Prabu Arya mengangguk.

“Benar Raja... Saat ini Patih Widarpa tengah kehilangan kesaktianya demi menolong saya, Kami harus mencari cara untuk mengembalikan kesaktianya lagi..” Jelas Prabu Arya.

Raja Indrajaya terlihat terkejut mendengar ucapan itu, Ia jelas tahu kerugian besar yang dihadapi jika Patih Widarpa kehilangan kekuatanya.

“Apa... apa yang bisa kami lakukan untuk membantu mengembalikan kesaktian Patih Widarpa?” Tanya Raja Indrajaya.

“Kesaktian Patih Widarpa, Ajian Segoro Demit menggunakan aliran kekuatan dari Alam lain yang disebut Jagad Segoro Demit.. namun untuk membuka gerbang itu lagi kita membutuhkan benturan kekuatan ghaib yang besar untuk menarik perhatian dari Penguasa di sama” Jelas Prabu Arya.

Raja Indrajaya sedikit mengerti, namun ia cukup khawatir.

“Saya pernah mendengar mengenai Jagad Segoro Demit, namun saya tau dengan jelas... Kekuatan di tempat itu hampir tidak bisa dikendalikan. Apa itu ilmu yang Patih gunakan untuk melawanku dulu?” Tanya Raja Indra.

Patih Widarpa mengangguk.

“Benar Raja.. saya memiliki kemampuan untuk membuka dan menutup kesadaran saat menggunakan ajian itu, Tapi sebenarnya... bukan itu permintaan yang ingin saya minta..”

Mendengan ucapan Patih Widarpa, Prabu arya dan Raja Indrajaya menoleh mempertanyakan maksud ucapanya.

“Yang saya maksud... Saya ingin meminta tolong Prabu Arya dan Raja Indrajaya merestui pernikahan saya dengan Nyai Suratmi..“ Ucap patih Widarpa dengan tawanya yang sedikit nyeleneh.

Seluruh pejabat di dalam ruangan tertawa mendengar tingkah laku Patih Widarpa.

Terlihat juga Nyi Suratmi yang menunggu di pojok ruangan berusaha menahan rasa malunya. Namun jelas terlihat raut wajah bahagia di wajahnya.

“Terima kasih apabila yang mulia prabu Arya dan Raja Indra bersedia merestui... mengenai kesaktian saya, belum ada yang perlu dikhawatirkan, ilmu bela diri dan Ajian sapu angin saya masih ada untuk melindungi tempat ini..” Jelas Patih Widarpa.

***

Peperangan di wilayah kerajaan Darmawijaya terus berlanjut hingga memakan banyak korban.

Sebaliknya di wilayah Setra Geni Patih Widarpa yang sudah menikah dengan Nyai Suratmi hidup tenang dan memiliki seorang anak.

Raja Darmawijaya masih menghimpun pasukan dari wilayah widarpa yang tak tersentuh oleh pertempuran kedua patih itu.

Melihat kekhawatiran Prabu Arya akan warganya, Diam-diam Patih Widarpa sering kembali ke kerajaan Darmawijaya untuk mengungsikan warga terlibat perang.

Lambat laun Prabu Aryapun mengetahuinya dan semakin merasa bertanggung jawab.

Kerajaan Setra Geni berkembang semakin pesat.

Dengan kebijaksanaan Prabu Arya dan kedekatan Raja Indrajaya dengan seluruh Rakyanya, hampir tidak ada warga yang mengeluh.

Walau begitu, prabu Arya seolah merasakan adanya bom waktu yang akan menimpa mereka ketika Andaka dan Gardapati menyadari tentang kerajaan ini.

Setelah berhasil menghimpun kekuatan untuk bertahan, Prabu Arya memutuskan untuk pergi dari kerajaan untuk menemui mahaguru dan sesepuh yang tersebar di Tanah Jawa.

Tanpa membawa sedikitpun identitas kerajaan, Ia pergi menuju ke arah timur ke sebuah hutan yang konon dihuni oleh lima jin penguasa.

Ia memulai semuanya dari awal, mulai dari belajar bertahan hidup di alam hingga ilmu-ilmu fisik.

Pencarianya berakhir di ujung hutan dimana terdapat sebuah kerajaan. Ia tau dengan jelas.. ini bukanlah kerajaan manusia. Namun hanya inilah satu-satunya jalan untuk menemui mahaguru.

Prabu Arya mulai memasuki kerajaan, ia segera melihat keramaian makhluk dengan berbagai wujud.

Siluman kera setinggi pohon kelapa, Ular berkaki yang merayap di atap-atap rumah, hingga makhluk hitam besar berwajah seperti burung hantu.

Walaupun sudah menghilangkan keberadaanya dan berjalan dengan hati-hati, rupanya keberadaan Prabu Arya disadari oleh ras buto yang memang menjadikan manusia sebagai makananya.

Sebuah ayunan besar mengarah ke Prabu Arya, dengan sigap ia menghindari dengan Ilmu lompatan yang ia miliki.

Tak selesai sampai di situ, makhluk kerdil pemakan darah sudah siap dengan gerombolanya untuk menyerang Prabu Arya.

Menyadari posisinya yang tidak menguntungkan, Prabu Arya memutuskan untuk melarikan diri.

Sayangnya sebelum cukup jauh berlari, jalanya sudah dihadang oleh makhluk kerdil yang melompat mencakar dan mencabik-cabik tubuh Prabu Arya.. terlihat setiap darah yang menetes segera dijilati oleh makhluk itu.

Tidak pasrah dengan kondisinya, Prabu Arya membacakan sebuah mantra dan menyebabkan sapuan angin besar di sekitar tubuhnya untuk menciptakan kesempatan melarikan diri.

Sebelum berlari cukup jauh, terlihat sesosok bayangan berlari mengejarnya dan mengguyurkan benda cair berwarna merah menyerupai darah ke tubuh Prabu Arya.

“Ikuti aku...” Bisik bayangan itu yang melesat mengarah ke sudut jalan yang gelap. Hingga berhenti di sebuah rumah yang lebih mirip dengan Goa.

“Si..siapa kamu? Apa maksud ini semua” Tanya Prabu Arya yang masih belum berani memasuki tempat itu.

“Sssst... yang kusiramkan itu darah kerbau untuk menyamarkan baumu. Sudah masuk!” Ucap makhluk itu.

Prabu arya memperhatikan makhluk yang mencoba menolongnya itu. Sesosok Kera dengan ukuran badan seperti manusia, ia berpakaian layaknya manusia pada jaman itu.

Setelah masuk ke kediamanya, Makhluk itu menutup pintunya dengan batu yang menggelinding hingga kegelapan menyelimuti ruangan.

“Kita biarkan mereka pergi dulu... habis itu ceritakan, mengapa bisa ada manusia di tempat ini?” Tanya makhluk berwujud kera itu.

Suara segerombolan makhluk terdengar melintasi jalanan di tempat itu seolah mencari sesuatu, cukup lama hingga akhirnya suara-suara itu menghilang.

Siluman itu menyalakan api pada sebuah cawan minyak yang terletak di sebuah meja batu miliknya. Cahaya remang-remang mulai menerangi sudut-sudut ruangan ini.

“Sekarang... ceritakan, mengapa seorang manusia nekad bunuh diri memasuki wilayah ini!” tanya makhluk itu.

“Terima kasih atas pertolongan tuan... saya hanya bermaksud melintas menemui mahaguru di sebrang kerajaan ini” Jawab Prabu Arya.

“Untuk melewati kerajaan Demit ini, setidaknya kamu membawa tumbal seratus orang untuk mengalihkan perhatian demit-demit pemangsa manusa di luar sana!” Makhluk itu memperingatkan.

“Tidak! Saya ke tempat ini untuk menolong orang-orangku, bukan malah mengorbankanya.. apa tidak ada cara lain??” Ucap Prabu Arya.

Siluman kera itu menggeleng, ia benar-benar tidak mengerti dengan kenekatan manusia dihadapanya itu.

“Yang kusiramkan itu darah kerbau yang sudah kudiamkan berbulan-bulan hingga membusuk, itupun hanya mampu menyamarkanmu selama beberapa jam..” Jelasnya yang masih memikirkan cara menyelamatkan Prabu Arya.

“Lantas.. mengapa tuan menyelamatkan saya?” Tanya Prabu Arya.

Siluman itu mendekatkan hidungnya ke tubuh prabu arya.

“Saya mencium bau Widarpa dari tubuhmu... tidak usah kau jelaskan siapa dirimu, aku pasti akan membantu siapapun orang terdekat widarpa”

Jawaban siluman itu membuat Prabu Arya merasa heran, bagaimana sampai nama Widarpa bisa terdengar di tengah hutan terpencil ini.

“Maafkan bila saya lancang... bagaimana Tuan bisa mengenal sahabat saya Widarpa?” Tanya Prabu Arya.

Siluman kera itu mulai tertawa.

Widarpa itu satu-satunya anak manusia yang bertahan hidup di sukunya yang berasal dari hutan ini.. sama seperti ras saya yang menghuni kedua alam di hutan ini.

Suatu ketika gerbang ghaib yang menghubungkan Jagad Segoro Demit terbuka di tempat ini dan mengakibatkan ratusan demit memasuki alam manusia.

Demit yang mulai mengetahui kenikmatan darah manusia segera membantai pemukiman-pemukiman di hutan ini hingga kelima jin penguasa hutan mencoba mengentikan keganasan mereka. Sayangnya semua itu belum cukup.

Sampai suatu saat kekuatan besar mengalir dari gerbang Jagad Segoro Demit dan merasuki tubuh Widarpa, satu-satunya manusia yang selamat seolah memberi kekuatan untuk membalaskan dendam keluarganya.

Namun bukanya mengamuk, Widarpa hanya menjaga demit-demit itu agar tidak keluar dari hutan ini.

Sepertinya kebajikan yang diajarkan oleh orang tua dan sukunya bisa membuatnya mempertahankan emosinya.

Inilah yang membuat kelima jin hutan dan siluman kera yang berasal dari hutan ini membantu bocah itu.

Sayangnya, berita mengenai kumpulan dedemit ini memancing perhatian orang-orang sakti untuk memanfaatkan kekuatan hitam dari makhluk-makhluk itu.

Kebanyakan dari mereka terlalu meremehkan dan mati mengenaskan.

Hal ini memancing amarah bangsa demit itu untuk keluar dari hutan yang akhirnya dikejar oleh Widarpa yang tidak pernah kembali hingga saat ini.

Mungkin saja ia sudah tau bahwa demit dihutan ini sudah terkendali oleh sosok yang lebih sakti...

Cukup panjang cerita yang disampaikan oleh makhluk itu.

Tapi dari cerita Siluman kera itu akhirnya Prabu Arya mengerti mengenai asal-usul anak kecil yang tersesat di kerajaanya beberapa belas tahun silam itu.

“Apa yang tuan maksud mengenai sosok yang lebih sakti itu adalah mahaguru?” Tanya Prabu Arya.

Siluman kera itu mengangguk.

“Sungguh luar biasa cerita yang disampaikan oleh tuan, Saya Arya Darmawijaya pasti akan menceritakan kabar tuan pada Widarpa.. ia pasti akan senang mendengarnya. Jika diijinkan apa saya bisa mengetahui nama Tuan?”

Prabu Arya sangat ingin menceritakan hal ini pada Widarpa.

“Demit itu tidak punya nama... manusialah yang meberi nama pada kami, Tapi Widarpa memanggilku Giridaru kera alas wetan” Jawabnya.

Prabu Arya sungguh tidak menyangka, bahkan sampai di tempat yang tak terjamah manusia ini sosok Widarpa masih bisa menyelamatkanya dari masalah.

“Sekarang permasalahanya, bagaimana Tuan Arya ini bisa selamat dari kerajaan demit ini...” Ucapnya yang masih khawatir.

Mereka berdua memikirkan berbagai macam cara, namun tidak ada satupun cara yang aman. Satu-satunya cara adalah menerobos kerajaan ini dengan bau darah kerbau yang bisa menyamarkan bau manusia.

“Ingat tuan... bau ini bisa menyamarkan dari demit kecil, tapi untuk demit sekelas panglima kerajaan jelas tidak mungkin. Hindari mereka dan larilah hingga melewati danau kecil diluar kerajaan” Peringat Giridaru pada Prabu Arya.

“Dan sampaikan salam hormatku pada mahaguru...”

Setelah membalurkan tubuh Prabu Arya dengan darah kerbau, Giridaru membuka batu penutup goa dan membiarkan Prabu Arya pergi meninggalkan kerajaan.

Prabu Arya menyelinap diantara bayang-bayang bangunan untuk menghindari demit-demit di sekitarnya menyadari keberadaanya. Beberapa buto juga masih berjaga seolah masih mencari keberadaanya.

Cukup lama namun pasti, Prabu arya sampai di gerbang belakang kerjaan demit yang tersimpul dari kayu-kayu lapuk. Ia bergegas berlari menuju keluar kerajaan hingga kembali masuk ke dalam hutan.

Sayangnya ternyata ada sesosok makhluk yang mengikutinya.

Makhluk itu melesat dengan cepat, namun di setiap pohon-pohon di jalur yang ia lewati tertihat tumbang dengan tenaganya yang besar.

Melihat hal itu Prabu Arya berhenti dan memastikan siapa yang akan menjadi lawanya.

Manusia... hampir.. makhluk itu hampir menyerupai manusia, hanya saja seluruh tubuhnya yang besar berwarna hitam pekat, bermata merah, dengan rambut hitam di seluruh tubuh bagian belakangnya.

“Apa maumu?” Tantang Prabu Arya yang siap melawanya.

Bukanya menjawab, makhluk itu hanya mengeram seperti hewan buas. Sepertinya tidak semua demit atau siluman di sini bisa berbahasa manusia.

Makhluk itu menerjang prabu arya dan bersiap menghantamkan lenganya yang besar. Dengan sigap Prabu Arya menghindar dan mencabut kerisnya.

Sebuah lompatan cukup membuat dirinya berpindah ke punggung demit hitam itu, ia melawan dengan menusukkan kerisnya namun sepertinya tidak banyak berpengaruh.

Sebaliknya Demit itu malah menghantamkan tubuhnya ke sebuah pohon hingga Prabu Arya tergencet.

Sebuah mantra diucapkan oleh prabu arya dan membuat sisi tajam kerisnya menyala keemasan. Kali ini ia menahan pukulan makhluk itu dengan kerisnya yang mengakibatkan beberapa jari demit itu terputus.

Merasa kesal, makhluk itu meraung dengan keras hingga terdengar suara serupa dari sudut-sudut hutan ini. Sepertinya pengikutnya juga ada di sekitar sini.

Prabu Arya mundur... ia memang tidak bermaksud untuk bertarung sampai akhir dengan demit ini.

Ia hanya memastikan apa cara terakhirnya bisa berhasil.

Suara-suara dari hutan mulai mendekat.. ketika mereka semua sudah berkumpul, tidak ada lagi cara untuk selamat.

Ajian Amblas Bumi... sebuah ajian yang memungkinkan penggunanya masuk ke dalam tanah dan bergerak di dalamnya seperti layaknya di daratan.

Ia merapalkan ajian itu dan meninggalkan demit hitam bersama pasukanya yang mulai bermunculan.

Prabu Arya menahan nafasnya sekuat mungkin untuk meneruskan perjalanananya dari dalam tanah hingga di hadapanya terdapat danau kecil sesuai arahan Giridaru.

Danau yang cukup kecil, sebenarnya hanya dengan tiga kali lompatan ilmunya prabu arya bisa melewati danau ini.

Hanya saja ia sudah merasakan keberadaan makhluk-makhluk penunggu danau yang mungkin saja bisa mencelakainya.

Namun sepertinya kekhawatiranya sirna ketika melihat seseorang yang ia kenal telah menunggu di sebrang danau.

“Lewat saja... Penunggu danau tidak akan mencelakaimu” Ucap seseorang yang ia kenal sebagai Mahaguru yang pernah beberapa kali ditemuinya ketika belajar ilmu batin.

Prabu arya melompat dengan ilmu tapak anginya, hanya dengan tiga kali tapak kakinya menyentuh air Ia bisa melewati danau itu dengan mudah.

“Salam hormat murid untuk mahaguru” Ucap prabu arya kepada seseorang yang sangat ia hormati itu.

“Heh.. Mana ada seorang raja berlutut sama kakek-kakek tua gembel, cepat berdiri” Ucap mahaguru kepada Prabu Arya.

“Aku sudah tau masalahmu... ayo masuk dulu ke pendopo”

Prabu Arya merasa takjub, bahkan sebelum mengutarakan maksudnya mahaguru sudah mengetahuinya terlebih dahulu.

“Terima kasih Mahaguru... apa itu berdasarkan hasil penerawangan ?” Tanya Prabu arya sembari mengikuti orang yang sangat dihormatinya itu.

“Haha.. Bukan... itu, beberapa waktu lalu salah satu sesepuh sudah datang duluan sebelum kamu untuk menceritakan semua..” Balasnya.

Sebuah pendopo tua terlihat di tempat itu yang Prabu Arya duga sebagai tempat tinggal Mahaguru saat ini.

Secangkir minuman rempah-rempah dituangkan dari kendi kecil. Mereka memulai pembicaraan dari hal-hal kecil yang mereka lalui terakhir bertemu.

Rasanya kelelahan selama perjalanan tadi hilang seketika setelah berbincang-bincang denganya.

“Seharusnya kamu ga harus kesini lho le...” ucap mahaguru saat mulai membahas mengenai kerajaan.

“Tapi maaf guru, saya membutuhkan ilmu untuk menyelamatkan rakyat...” pinta Prabu Arya.

Mahaguru hanya menggeleng.

“Kamu sudah memiliki semua ilmu untuk menyelesaikan masalah ini... coba kamu ingat-ingat lagi apa tujuanmu” Ucapnya lagi.

Prabu Arya berfikir sejenak dan segera menjawab petunjuk dari mahaguru.

“Saya ingin menyelamatkan kerajaan, Guru...” Jawab Raden Arya.

“Yang ingin kamu selamatkan tahtamu atau rakyatmu?” balas Mahaguru.

“Rakyat.. saya tidak peduli dengan tahta saya seandainya rakyat yang terlibat pertempuran bisa selamat” Prabu Arya menjawab dengan wajahnya yang merasa bersalah.

“Kau sudah tahu caranya... dan sudah mulai kau lakukan”

Prabu Arya mengingat apa yang sudah terjadi setelah pergolakan di istana. Sebagian warga sipil sudah mulai berpindah ke wilayah setra geni dan ia hanya harus memastikan lebih banyak yang selamat.

“Tapi... suatu saat kedua patih akan menyerang setra geni, patihku yang setia juga telah kehilangan kesaktianya yang di dapat dari Jagad Segoro demit” Sekali lagi prabu arya menyampaikan keresahanya.

“Kalau itu membutuhkan pengorbanan yang besar... kalaupun ada yang bisa membuka gerbang itu lagi adalah gelombang besar dari pertemuan ilmu terkuat.
Kalau untuk mengalahkan kedua patihmu.. kamu cukup menggunakan siasat dan mengorbankan yang kamu miliki..”

Prabu Arya mulai mengerti apa yang dimaksud mahaguru.

Selama ini ia berfikir untuk menyelamatkan rakyatnya, ia harus merebut tahta dan membangun kembali kerajaan seperti semula.

Namun dari ucapan mahaguru malah mengarah ke sebaliknya.

Tanpa Kerajaan Darmawijaya, Rakyat bisa hidup sejahtera di bawah pemerintahan Raja Indrajaya walaupun tanpa dirinya sebagai raja.

Dan dengan siasat yang disampaikan oleh mahaguru, Raja bisa mengalahkan kedua patih tanpa menjatuhkan lebih banyak korban.

Guru saya sudah mengerti yang guru maksud... sebelum saya kembali, ijinkan saya berlatih kembali Ajian yang dulu pernah guru ajarkan...

Ajian Ilmu peremuk bumi…

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close