Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kerajaan Gaib Di Puncak Gunung Galunggung


JEJAKMISTERI - Ketika itu, ada seorang pendaki yang berasal dari kota Jakarta bernama Raymon (bukan nama sebenarnya) datang ke Galunggung untuk mendaki bersama teman-temannya. Dengan berbekal tas ransel besar dan perlengkapan di dalamnya untuk sampai ke puncak gunung, mereka meminta izin ketua di kampung itu.

"Hati-hati kalo mau mendaki. Saran bapak, tidak usah sampai ke puncak. Karena disana adalah kerajaan ghoib. Tempatnya jin dan makhluk ghoib."

Sebagai anak kota penakluk beberapa gunung di Indonesia. Raymon dan teman-temannya tidak menghiraukan pesan sang bapak. Mereka sudah cukup kenyang dengan cerita-cerita mistis tentang gunung. Apapun mistisnya, buktinya kami baik-baik saja sampai kini. Batin Raymon memberontak.

Dengan mengantongi izin pendakian, mereka memulai pendakian lewat jalur setapak. Jalur bawah dengan track yang cukup mudah. Jalan ini masih sering dilewati turis biasa yang naik ke Gunung Galunggung hanya untuk melihat kawah. Bahkan, ada anak tangga yang sengaja dibuat untuk naik.

Bukan, pendaki namanya kalo lewat tangga. Tanah yang dipijak di Gunung Galunggung ini sangat berbeda dari gunung kebanyakan. Kalo biasanya bentuk tanah liat atau batuan, di Gunung Galunggung berupa pasir. Sehingga harus berhati-hati karena bisa saja tigebros ke dalam.

Setelah sampai di kawasan wisata kawah Gunung Galunggung, mereka berhenti untuk sejenak melihat keindahan gunung dan kawahnya.

"Guys, katanya mushola di dasar kawah banyak penunggunya. Mau kesana dulu, ga?" tanya Raymon.

"Ga, ah, kita lanjut mendaki aja. Aku mau liat kaya apa kerajaan jin di puncak gunung ini" jawab salah satu teman pendaki.

Akhirnya setelah diskusi panjang, mereka melanjutkan kembali perjalanan. Jalan setapak yang dilalui, kini hanya berteman batang-batang ilalang dan pohon liar. Bersama tanah pasir berwarna hitam pekat.

Tidak ada rombongan lain yang bersama mereka. Gunung ini memang jarang didaki, karena terkadang masih aktif menimbulkan hawa panas.

"Ah, segini doang ya. Kirain seserem yang kamu ceritakan, Lut." Raymon meremehkan Luthfi yang memberi informasi tentang misteri Gunung Galunggung.

Luthfi hanya diam mengangkat bahu seraya menempelkan ujung jari telunjuk di bibir. Mengisyaratkan pada Raymon untuk menjaga kata-katanya.

Mereka hampir sampai ke puncak. Hanya tinggal beberapa langkah pendakian lagi. Hanya tertutup hutan belantara di hadapan.

Matahari kian terik, udara mengembuskan angin. Meski siang, dingin mulai menyapa disini.

"Ko, berasa makin gelap, ya? Padahal baru jam satu" Raymon berbisik kepada Luthfi yang ada di sekitarnya.

"Mungkin karena hutannya makin lebat. Matahari jadi ketutup" Luthfi menanggapi.

Seiring angin sepoi yang membuat bulu kuduk Raymon berdiri, terdengar lantunan suara adzan, entah dari mana. Membuat Raymon berhenti sejenak.

"Guys, ada suara adzan jelas disini. Denger ga?" Teman-temannya mengangguk perlahan.

"Berarti ada masjid disini. Kita mampir dulu istirahat, gimana?"

"Mon, sejak kapan di atas gunung ada masjid? Kamu ada-ada aja. Udah, kita istirahat disini"

"Aku yakin ada. Kalian tunggu disini. Aku liat dulu" Logika sudah tidak dipakai, Raymon memaksa untuk mencari masjid.

Seperti terhipnotis, Raymon melangkah tanpa berpikir panjang menuju hutan di hadapan.

"Tunggu, jangan ke mana-mana. Disini aja, kalo ngga kita bisa tersesat" Luthfi menahan langkah Raymon.

"Kamu mau ikut, ga? Kalo ngga Aku aja sendiri" Raymon sangat teguh ingin mencari masjid.

"Tunggu, kita bareng-bareng cari masjidnya. Kita berlima, jangan ada yang terpisah"

Mereka masuk ke dalam hutan untuk mencari masjid. Hutan yang dipenuhi tumbuhan besar dan tinggi, tidak ada siapa pun. Semakin masuk, semakin gelap. Tidak ada tanda kehidupan.

Krek!!

Raymon terjatuh saat merasakan menginjak sesuatu hingga pecah. Ia melihat ke tanah dan ternyata tengkorak manusia yang ia injak. Sekujur tubuh mayat itu berwarna hitam legam. Gosong tak berbentuk. Tertutup gundukan pasir hitam pekat.

Luthfi bersama teman-temannya, menghampiri Raymon untuk menolong. Merasa penasaran, Luthfi mencoba melihat lebih jelas kondisi dengan menggeser-geser pasir menggunakan kaki.

Tanpa diduga, ternyata ada lima mayat yang berada di sekitar situ. Kondisi mereka hampir sama. Gosong hingga ke tulang. Bentuknya ada yang serupa anak kecil dan orang dewasa.

"Sepertinya mereka satu keluarga, korban ledakan Gunung Galunggung beberapa tahun lalu" kata Luthfi. "Ayo, kita harus segera jalan lagi" Akhirnya mereka memilih meninggalkan kelima jasad tersebut.

Setelah melangkah lebih jauh, melewati barisan lebatnya pohon. Mereka merasakan embusan angin yang membuat bulu kuduk kembali merinding. Berhenti sesaat.

"Kamu denger suara orang ngobrol ga?" Raymon kembali menajamkan pendengaran. Teman-temannya mengangguk.

"Berisiknya kaya suara di pasar. Banyak orang bicara"

Mereka melihat sekelilingnya. Hanya tumbuhan yang terlihat. Tidak ada satu pun orang selain mereka.

Benarkah ini adalah kerajaan jin itu? pikir Raymon.

Akan tetapi, ini belum sampai di puncak. Mereka masuk lebih dalam. Mengamati lebih dekat, ada beberapa pecahan uang logam di tanah yang merka coba singkirkan. Menandakan jejak kehidupan pernah ada disana.

Di tengah perjalanan, kaki Raymon terasa masuk lebih dalam ke tanah berpasir. Semakin lama semakin dalam kaki Raymon terbenam.

"Woy, tolong, kaki ku kaya ada yang narik ke dalem!" Raymon meminta pertolongan.

Melihat hal itu, teman-temannya membantu menarik Raymon, tapi laki-laki bertubuh tegap itu semakin lama semakin tenggelam hingga ke pinggang.

Luthfi terus mencoba menolong, tapi sangat terkejut saat ada sebuah tangan hitam muncul dari dalam pasir menarik tangannya. Ia segera melepaskan tangannya dari Raymon. Dan tangan misterius itu pun menghilang. Raymon semakin terbenam sampai ke bawah dagunya.

Tidak lama kemudian, seorang bapak tua menggenggam tangan Raymon dan mengeluarkannya dari pasir itu. Dengan mengucap sesuatu yang tidak jelas, bapak itu menarik Raymon sekuat tenaga.

Akhirnya, Raymon berhasil diselamatkan.

"Terimakasih, Pak," ucap Raymon tersenggal.

"Bapak yang tadi di bawah? Bagaimana..." Belum selesai Lutfi bertanya. Sang bapak melanjutkan.

"Turun saja sebelum gelap, jangan lanjutkan perjalanan. Lewati jalan yang tadi jangan menengok kembali ke belakang"

Mereka berlima mengikuti saran dari bapak tadi. Namun, Raymon yang penasaran dengan nasib bapak itu menengok ke belakang. Matanya terbelalak ketika melihat apa yang terjadi di belakangnya.

Sang bapak sedang menahan puluhan makhluk bermacam bentuk dengan merentangkan tangannya. Seperti memancarkan kekuatan tak terlihat.

Makhluk-makhluk itu ada yang seluruh tubuhnya hitam, ada yang seluruh kulitnya melepuh, dan tak berbentuk lagi. Tidak berselang lama, bapak tadi terbang bersama makhluk-makhluk itu, entah kemana.

Keringat dingin mengucur deras. Dengan gemetar, Raymon menyusul kembali teman-temannya yang sudah berjarak cukup jauh.

Akhirnya, mereka sampai di kawah gunung tempat turis biasa menikmati keindahan galunggung. Mereka beristirahat sejenak, sebelum kembali ke kaki gunung.

"Minum dulu tehnya, Nak"

"Bapak yang tadi?" ucap mereka serentak sambil menunjuk ke puncak Galunggung. Raymon semakin tidak mengerti saat melihat bapak yang tadi ia saksikan terbang bersama makhluk-makhluk itu, ternyata ada di kaki gunung.

Bapak itu hanya menaruh ujung telunjuk tangan di bibirnya. Mengisyaratkan untuk tidak banyak bicara lagi.

Kemudian, bapak tadi mendekat, seraya berbisik, "Bapak penjaga gunung ini. Sebenarnya, makhluk halus di puncak gunung sudah berpesan. Jangan ada manusia ke atas. Tapi kalian memaksa. Bapak hanya bisa mengikuti dan menjaga kalian.

Mereka adalah penduduk asli gunung ini yang musnah karena lahar panas waktu galunggung meletus. Mereka terbiasa hidup tanpa ada usikan. Jika ada manusia mendekat, mereka akan menyedotnya ke dalam tanah.

Cukup sampai disini saja pendakian kalian. Kembalilah, dan jangan beritahukan pada banyak orang akan hal ini"

Akhirnya, kami kembali dengan rasa takut dan penasaran. Namun, walau bagaimanapun setiap makhluk memiliki daerahnya masing-masing. Kita hanya bisa menghormati dan jangan saling mengusik.

-SEKIAN-

close