Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KERIS BENGGOLO IRENG (Part 1) - Lilin Tengah Malam

Sumpah itu harus dipenuhi, bahka bila ratusan nyawa yang menjadi bayaranya


JEJAKMISTERI - Malam itu hujan deras mengguyur seluruh desa tanpa henti. Kilatan petir menggelegar sesekali memendarkan cahaya ke dalam rumah melalui jendela. Aku terbangun oleh sebuah mimpi aneh yang sulit untuk kujelaskan.

Sebuah mimpi yang menunjukan bahwa bapak, ibu, dan mbakyu datang kepadaku dalam wujud pocong dengan wajah yang sudah membusuk dan penuh dengan belatung.

Aku memutuskan untuk keluar dari kamar dan mengambil segelas air putih dari pawon untuk menenangkan diriku.

Anehnya suasana rumah kali ini benar-benar berbeda dari biasanya, bukan lampu-lampu bohlam kuning yang biasa menerangi ruangan-ruangan saat malam, melainkan malah lilin-lilin yang di pasang secara teratur yang terlihat menerangi ruangan.

Tidak hanya itu, aku mencium bau kemenyan dan aroma kembang seperti yang sering kurasakan di pemakaman.

“Bapak... Ibu...”
Aku mencoba memanggil kedua orang tuaku dengan suara yang gemetar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di rumah ini. Sayangnya, hanya suara kilatan petir yang kembali menjawabku.

Aku terus berjalan mencari tahu hingga terhenti di ruangan belakang.

Ada sebuah pintu disana...
Sebuah pintu yang aku tidak pernah tahu bahwa pintu itu pernah ada, dulunya posisi itu selalu ditutup oleh lemari jati besar dan megah dengan ukiranya yang menawan yang sekarang sudah berpindah tak jauh dari posisi sebelumnya.

Aroma kemenyan tercium semakin jelas dan lagi cahaya terang dari beberapa lilin juga terlihat disana. Sebuah perasaan yang aneh menyelimuti pikiranku namun aku masih ingin memastikan apa yang sedang terjadi di rumah ini.

“Mimpi... ini pasti mimpi!”
Setidaknya itulah harapan yang kurasakan saat memasuki ruangan ini, Karena sudah pasti aku akan sulit mempercayai apa yang kulihat.

Di ruangan itu ibu tergantung terbalik tanpa sehelai benangpun dengan darah yang tidak berhenti mengalir dari setiap lukanya. Aku mencari keberadaan wajahnya, namun saat kutemukan bola matanya sudah tidak lagi ada ditempatnya.

Di sebelahnya juga tergantung jasad Mbakyu kakak perempuanku dengan nasib yang sama dengan darah yang menggenang di bawahnya, dan orang yang melakukan itu adalah...
Bapak..

Bapak berdiri di hadapan Ibu dan Mbakyu dengan tawa terselak-selak yang terdengar aneh bersama darah yang membasahi hampir seluruh tubuhnya. Di belakangnya samar-samar terlihat sosok makhluk besar dengan wajah yang sama sekali tidak menyerupai manusia.

Sesosok makhluk bermata besar dengan taring yang panjang jauh melebihi mulutnya sendiri sedang menjilati darah di tubuh bapak. Kulitnya hitam gosong bersama kuku yang tajam dan lidah yang menjulur seolah tidak mampu tersimpan di mulutnya.

Saat itu aku tidak mampu bergerak dengan semua pemandangan yang tersaji dihadapanku. Terlebih lagi, kejadian itu disaksikan oleh berbagai makhluk tak kasat mata yang memenuhi ruangan.

Semua makhluk yang selama ini hanya sering ku dengar dalam cerita ataupun bualan seseorang, kini terpampang jelas di hadapanku. Makhluk berlilitkan kain kafan penuh noda darah, hantu perempuan yang melayang di sudut ruangan, hingga setan kakek tanpa wajah yang menyaksikan sambil merayap di dinding.

Aku kembali menatap kepada Bapak. Raut wajahnya saat itu seolah terlihat bahwa ia adalah bagian dari sekumpulan makhluk-makhluk di situ.

Dan saat salah satu dari mereka mulai menatapku aku merasa nyawaku dalam bahaya, tubuhku gemetar dan kulitku memutih pucat.

“Lari...”
Sebuah angin berhembus mengantarkan sebuah kata yang memperingatkanku untuk lari dan sepertinya memang itu yang harus aku lakukan.

Namun saat baru saja aku mencoba berdiri, bapak sudah menoleh ke arahku. Di tanganya tergenggam sebuah keris... ya, sebuah keris berwarna hitam dengan ukiran emas yang indah. Sayangnya, keindahanya sudah sangat ternodai oleh darah ibu dan mbakyu.

Di tengah kebingunganku angin dari badai diluar menghempaskan pintu rumah hingga terbanting terbuka dengan keras.

Sekuat tenaga aku berlari ke arah pintu itu, ke arah hujan badai petir yang sudah semalaman mengguyur seluruh desa.

“Indira... tunggu! I..ini bukan bapak!” Terdengar dari belakang suara bapak yang berbicara dengan suara gemetar. Aku sempat ragu untuk berlari, namun sayup-sayup aku mendengar suara dari ruangan itu.

“Bunuh anak itu juga...”

“Semua harus mati...”

“Jangan ada yang tersisa...”
Suara itu terdengar bergantian seolah memaksa bapak untuk membunuhku.

“Lari dan jangan berhenti hingga hujan reda” Suara angin tadi terdengar lagi dan kali ini aku memantapkan diri untuk berlari ke dalam derasnya hujan meninggalkan bapak di tempat itu.

Sesekali terdengar suara sosok yang mengejarku, namun aku tidak perduli. Aku berlari dan terus berlari. Di tengah kelelahkanku samar-samar aku menyaksikan puluhan sosok makhluk tak kasat mata memandangiku dari setiap sudut-sudut desa.
Namun aku teringat akan suara berbisik tadi dan terus berlari hingga hujan ini berhenti.

Semua ini jauh diluar akal sehatku, baru saja semalam aku, ibu, mbakyu dan bapak makan malam bersama dan menghabiskan waktu untuk bercerita, dan saat ini semua berubah seperti neraka.

Apa yang merubah bapak hingga sampai seperti itu?
Sebuah keris...
Di genggaman bapak ada sebuah keris yang memancarakan kekuatan hitam..

Aku teringat sebuah kejadian dimana kedua pamanku memperebutkan kepemilikan keris yang digenggam oleh bapak.

Sebuah keris warisan keluarga kerajaan yang turun termurun entah bagaimana ceritanya selalu dimiliki oleh keturunan keluargaku. Konon menurut cerita, Keris itu mampu menaikkan derajat pemiliknya dan memberikan kesaktian.

Perebutan pusaka itu mengakibatkan perang santet antara kedua saudara bapak. Istri dari pakde Sumar sampai kehilangan penglihatanya, sedangkan Anak dari Pakde Yarto kehilangan kewarasan sampai bertingkah seperti orang gila.

Hal ini membuat bapak sebagai anak tertua yang sebenarnya tidak berminat dengan pusaka itu mengambil alih kepemilikan pusaka itu hingga nanti salah satu dari kedua saudaranya ada yang mau mengalah.

Apakah kejadian ini ada hubunganya dengan hal itu? Apakah dengan kedua pamanku?

Atau apakah ini adalah kutukan dari keris itu?
Sebuah keris pusaka keluarga yang menurut cerita bapak selalu membawa kesejahteraan sekaligus petaka saat memilikinya...

Sebuah keris pusaka dengan ukiran yang indah namun kekuatan hitam yang tidak pernah berhenti terpancar setiap ia terlepas dari warangkanya..
Sebuah keris yang kami sebut dengan nama...
Keris Benggolo Ireng...
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya
close