Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TEROR BONEKA PENARI (Part 2) - Dendam Sang Penari

Ketamakan dan rasa iri manusia selalu menjadi akar dari sebuah bencana yang mengakibatkan begitu banyak korban.

Saat itu rombongan penduduk kulit putih dan rombongan dari desa lain datang dengan sombongnya ingin menguasai kekayaan alam di desa yang sebenarnya cukup jauh dari pusat kota.

Mereka memaksa kepala desa untuk menyerahkan hasil panen dari warganya dengan berbagai ancaman.

Dan itu menjadi awal dari terjadinya sebuah tragedi yang sangat mengerikan.


JEJAKMISTERI - Begitu banyak warga desa yang hasil panenya di rampas. Bahkan tak jarang pemilik lahan tidak disisakan sama sekali dari hasil panen yang mereka tanam.

Kepala desa mencoba mencari tahu ke wilayah lain, dan ternyata desa sekitar masih dilanda kekeringan sehingga orang-orang itu terus memaksa warga desa Yati untuk menyerahkan hasil panenya.

Dengan kemampuan Yati seluruh bangsawan pendatang yang berniat jahat pergi dengan sendirinya dari desa itu setelah terkena wabah gatal yang hanya menyerang warga pendatang.

Tak lama mereka tahu, itu adalah ulah Yati dan boneka Nini Thowoknya yang merapalkan kutukan untuk mengusir mereka.

Tak menyerah para penjajah bersama penghkianat-pengkhianat negeri ini datang untuk menindas lagi warga desa Yati. Kali ini mereka datang dengan berbagai dukun ilmu hitam untuk membalas dendam.

Dengan sekuat tenaga warga melindungi Yati dan keluarganya hingga mengungsikanya di sebuah bangunan kayu di tengah hutan.

“Pergi! Ambil semua yang kalian inginkan dan tinggalkan desa ini!” Ucapk Pak Kades.

Seorang bangsawan menghampiri pak kades mengangkat bajunya dan memandang wajah kepada desa dengan bengis.

“Kami akan tetap mengambil semuanya tanpa kalian suruh!” Ucapnya dengan tersenyum.

Merasa jijik dengan perlakuan orang sebangsanya itu, pak kadespun melampiaskan emosinya dengan meludahi orang itu.
Sudah jelas itu membuat orang itu sangat kesal dan memutuskan untuk mengangkat kepala pak kades dan memenggalnya di depan warga desa.

Seketika seluruh warga desa melakukan perlawanan yang hampir membuat mereka kewalahan.

Tak terima dengan perlawanan warga desa yang kian memuncak, akhirnya mereka terbakar emosi dan memutuskan untuk membantai semua warga desa hingga mengejar Yati dan keluarganya.

Satu-persatu orang kulit putih berseragam menyisir rumah demi rumah dan menarik mereka keluar untuk dihabisi baik dengan senapan maupun benda tajam.
Mereka sudah tidak peduli lagi dengan sumber daya desa, masih banyak desa yang bisa mereka jajah.

Hingga akhirnya pemandangan mengerikan terlihat di depan mata Yati yang bersembunyi di rumah kayu di tengah hutan. Warga yang melindunginya dan orang tuanya mati dibantai di depan matanya.

Dengan penuh dendam Yati memanggil roh-roh di sekitarnya untuk merasuki boneka nini thowok yang menemaninya untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang membantai seluruh desa dan keluarganya.

“Aku nyeluk kowe kabeh sing ning alam lain... pateni kabeh wong sing numpahke getih ning lemah iki” (Aku memanggil kalian semua yang ada di alam lain.. bunuh semua orang yang menumpahkan darah di tanah ini)

Seketika boneka Nini Thowok itu bergerak dan mengamuk, namun tak lama setelahnya boneka itu jatuh tak bergerak.

Samar-samar Yati mendengar suara dari salah seorang roh yang ia kenal. Roh itu memberi tahu bahwa semua roh yang selama ini membantunya telah dibelenggu oleh dukun-dukun bayaran itu. Saat ini tak ada lagi yang bisa menolongnya dari pembantaian itu.

“Boneka ini akan membalaskan dendamku atas kematian bapak, ibu, dan warga desa..“ Ucap Yati dengan penuh amarah dan air mata yang tidak berhenti menetes dari pipinya.

“Bila tidak ada lagi dari kalian yang bisa merasuki boneka ini maka hanya satu yang bisa..”

Yati mengambil sebatang kayu runcing yang terdapat di bangunan tua itu dan sekuat tenaga menusukan ke jantungnya.

Dengan mulut yang berlumuran darah Yati menorehkan tetesan darahnya di pipi boneka nini thowok itu, menyalakan dupa dan membacakan mantra pemanggil.

“Dengan perantaraan boneka kayu penari ini aku memanggil roh penuh dendam untuk membalas perbuatan manusia biadab di luar sana.. Aku memanggil... Aku…”

***

Kobaran Api besar membakar desa yang telah melakukan pemberontakan terhadap juragan-juragan, penjajah, dan antek-anteknya.

Mereka mengejar hingga ke rumah kayu di tengah hutan dan menemukan jasad anak perempuan dengan kayu runcing menusuk jantungnya.

Ketika seorang dukun mencoba mengeluarkan jasad Yati, sesuatu yang mengerikan terlihat di rumah itu.

Sesosok boneka nini thowok terlihat melayang di atas langit-langit rumah itu dan jatuh menusuk tubuh dukun itu dengan kayu runcing tepat di punggungnya berkali kali tanpa ampun.

Dukun itu meronta-ronta dan tidak dapat menyelamatkan diri. Ketika ada orang lain yang mencoba masuk untuk menyelamatkan dukun itu, seketika tubuh orang itu menghitam seperti membusuk tak lama setelah ia memasuki bangunan tua itu.

Tepat sebelum boneka terkutuk itu keluar dari bangunan, orang-orang sakti suruhan dari manusia-manusia biadab itu membacakan berbagai mantra untuk melemahkan boneka nini thowok itu dan menyegel rumah kayu itu dengan ilmunya sehingga Boneka itu terkurung tak bisa keluar.

Cerita mengenai pembantaian Yati dan warga desa hilang begitu saja seiiring dengan begitu banyaknya pembantaian yang dilakukan penjajah dan bangsawan tamak di jaman itu.

Mereka melupakan keberadaan sosok roh Yati yang mendiami boneka Nini Thowok dan terkurung di rumah kayu di tengah hutan.

Boneka itu terus menumpuk kebencian dan dendam pada semua orang yang membiarkan warga desa dan orang tuanya mati hingga tidak ada yang tahu kengerian apa yang akan terjadi ketika boneka itu terlepas dari kurunganya.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close