Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TEROR BONEKA PENARI (Part 3 END) - Legenda Kelam Boneka Penari

Kepergian para penjajah dari bumi Nusantara membuat perubahan yang sangat besar di negeri ini dan mengakibitkan pembangunan besar-besaran yang terjadi di berbagai lini.


JEJAKMISTERI - Beruntung aku hidup di Jaman ini dimana begitu banyaknya kebutuhan untuk sumber daya pembangunan seperti yang diusahakan oleh tempatku bekerja saat ini, Industri Kayu.

Sebuah perusahaan yang cukup besar, menerima ijin untuk mengelola sumber daya hutan dan melakukan penebangan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal tentunya dengan tanggung jawab untuk penanaman kembali seperti yang sudah diamanahkan oleh pimpinan-pimpinan baru negara ini.

Indra, itu namaku..
Ini bulan kelima aku bekerja di perusahaan ini setelah memutuskan merantau dari kampung halamanku di Jawa Timur.

“Yah, Sayur lodeh lagi..” Ucap seseorang yang berdiri di sampingku sambil mengantri makan siang yang disediakan oleh perusahaan kami.

Itu Fahmi, Teman satu bagianku yang sudah lebih lama beberapa bulan lebih dulu di tempat ini. Kami cukup akrab karna kami tinggal di daerah yang berdekatan.

“Lha kenapa? kan enak.. dulu di kampungku gak jauh-jauh dari telo, nasi jagung, ketemu tempe aja udah seneng” Ucapku.

“Ya.. kalo perbandinganya begitu bener juga sih. Tapi namanya bosen kan wajar Dra..”

Kantin karyawan kami hanya bangunan non permanen yang didirikan menggunakan papan-papan triplek. Untungya jumlah meja dan kursi tersedia cukup banyak walau sampai keluar-luar.

“Dra, katanya minggu depan kita mulai ngegarap hutan sebelah barat, bener ga itu?” Tanya Indra sambil mengunyah sayur lodehnya dengan lahap, bertentangan sekali dengan ucapanya tadi.

“Hutan barat yang ada bangunan tuanya itu? kalau beneran sih nekat namanya..” Balasku.

Hutan sisi barat sebenarnya hanya hutan biasa sama seperti hutan lain yang kami garap. Namun saat pekerja sebelumnya mencoba untuk memasuki hutan itu, tiba-tiba segerombolan orang berbaju hitam melarang pekerja untuk masuk.

Anehnya gerombolan orang-orang itu segera menghilang tanpa jejak tepat setelah memperingati pekerja yang hendak masuk ke hutan itu.

Pernah juga tiba-tiba seorang mandor yang tidak mengindahkan peringatan itu masuk ke dalam hutan dan ditemukan tidak sadarkan diri di sekitar sungai.
Saat tersadar ia berteriak-teriak seperti orang gila.

“Ampun nek... ampun... hentikan nek...” Kata-kata itu terus terucap dari mulutnya hingga perusahaan memutuskan untuk memulangkanya.

Mungkin karena sudah cukup banyak pekerja baru yang tidak mengetahui tentang hutan itu, mereka memutuskan untuk mencoba menggarap hutan itu lagi.

“Kabarnya kali ini Bos minta bantuan dukun dari warga sekitar untuk mengusir penunggu hutan itu” Cerita Fahmi.

“Dukun? Beneran udah gila tuh si bos.. kalau kenapa-kenapa yang jadi korban kita yang di lapangan bukan dia” Balasku.

“Ya kita positif thinking dulu aja, siapa tahu beneran berhasil..”

Aku menghela nafas dan melanjutkan makanku.
“Semoga saja bukan kita yang ditugaskan disana ya...”

***

Aku dan Fahmi tinggal di mess yang disediakan perusahaan, sebuah mess yang cukup besar dan diisi hampir lebih dua puluh karyawan.

Seperti biasa, jumlah kamar mandi yang hanya ada tiga bilik membuat kami selalu mengantri setiap akan berangkat kerja ataupun sepulang kerja.

Kami sudah terbiasa dengan ini, malahan di saat-saat beginilah kami lebih sering ngobrol.

“Malam ini jangan ada yang keluar mess ya, dan tutup semua pintu dan jendela. Jangan dibuka apapun yang terjadi” Ucap Tito staff senior yang sekaligus menjadi koordinator di mess ini.

Mendengar ucapan itu suara berbisik muncul di antara semua buruh yang sedang mengantri untuk mandi.

“Jadi bener, malam ini dukun suruhan bos akan masuk ke hutan itu?”

“Haduh.. bener-bener nekad si bos, pokoknya kalau sampai aku yang kebagian di hutan itu, aku milih resign”

“Sama... ternyata sebelum hutan ini di garap sama perusahaan ini, sudah banyak korban jiwa di hutan barat itu, aku masih sayang nyawa”

Entah, semengerikan apa kejadian-kejadian yang ada disana. Sepertinya yang aku tahu hanya sedikit dari hal besar yang tersembunyi disana.

***

Terdengar suara musik mengalun dengan lembut bersamaan dengan suara seorang pria yang meneriakan kata-kata penyemangat untuk penari.

Ini tengah malam, tidur nyenyakku terganggu dengan suara-suara musik yang entah tidak dapat dijelaskan dari mana asalnya. Apalagi mess ini cukup jauh dari pemukiman warga.

Aku mencoba menutup mata untuk melanjutkan tidurku. Tetapi suara alunan musik itu mendayu-dayu dengan lembut dan perlahan semakin keras.
Sayu-sayu aku melihat bayangan seseorang yang menari di balik tirai jendela kamarku.

Bukan.. bukan tarian, orang itu hanya bergoyang secara simetris ke kiri dan kanan seperti mengikuti arah angin. Namun entah mengapa gerakanya seperti mengikuti alunan suara musik itu.

Penasaran dengan bayangan itu, aku memutuskan untuk menghampiri ke jendela tepat saat bayangan itu mendekat.
Aku menyibakkan gorden jendela yang hanya terbuat dari kain usang.

Anehnya bayangan yang mendekat itu tidak terlihat di manapun dan suara musik tadipun tidak terdengar sama sekali.

Aneh, sungguh aneh.. saat aku memalingkan tubuhku suara musik itu mulai terdengar lagi dan tak lama setelahnya tiba-tiba terdengar suara jendela yang diketuk dengan ketukan yang sangat lambat.

“Si...siapa?”

Tidak ada satupun yang menjawab, namun bayangan seseorang terlihat berdiri terpaku di balik jendela kamarku. Dan ketika aku membuka tirai itu sekali lagi, aku terjatuh tersungkur ke lantai setelah melihat pemandangan yang mengerikan.

Sebuah boneka yang dibuat dari batok kelapa yang dicat berwarna putih dan didandani layaknya penari berdiri di depan jendela kamarku melayang, tanpa pijakan.

Seketika aku teringat ucapan Tito tadi untuk tidak membuka pintu ataupun jendela apapun yang terjadi. Aku telah melakukan sebuah kesalahan.
Sebelum aku sempat berlari mendadak keberadaan makhluk itu menghilang bersamaan dengan kedipan mataku tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Tak melewatkan kesempatan, aku menutup kembali tirai jendela kamarku dan berusaha melupakan kejadian mengerikan itu.

***

“Ini! Nenek inilah dukun brengsek yang menghalangi kita untuk menggarap hutan barat” Ucap Bos dengan seorang pria berbaju hitam dan berjenggot panjang di sisinya.

Di hadapanya terlihat seorang nenek yang tergantung tak berdaya di atas pohon dengan kepala di bawah bersama bermacam-macam bekas luka di sekujur tubuhnya.

Bos dengan sengaja menunjukan pemandangan mengerikan itu kepada anak buahnya dengan maksud memberi tahu bahwa kami tidak perlu takut lagi untuk menggarap hutan barat karena penyebab kutukan di hutan itu sudah diatasi.

“Sudah! Kalian sudah tidak perlu khawatir lagi dengan hutan itu! Mulai besok kita mulai kerjakan sektor barat” Bos dengan tegas memberikan perintah kepada kami dan memerintahkan kami untuk bubar meninggalkan nenek dukun itu terbaring lemah di tanah.

Tepat ketika semua buruh sudah pergi aku masih terpaku dengan tubuh lemah nenek itu dan tidak tega dengan apa yang terjadi denganya.
Setelah keadaan mulai aman aku mengambil perlengkapan P3k, menurunkan nenek itu dan mengobati luka-lukanya.

Dengan perlahan aku menutup semua luka di kulitnya menggunakan perban dan membalurkan minyak gosok ke bagian yang memar.

“Nek.. benar apa yang dikatakan Bos kalau nenek seorang dukun?” Dengan lemahnya nenek itu mengangguk tanpa menyangkal.

“Mandor sebelumnya ditemukan tak sadarkan itu juga ulah nenek?” Reaksi yang sama ditunjukan ditunjukan olehnya dengan wajah yang meringis kesakitan. Namun aku merasa penasaran tentang alasanya melakukan itu.

“Kenapa nek?” Tanyaku.

“Bangunan tua itu.. terkutuk” ucapnya dengan lemas.

“Pergi dari tempat ini secepatnya sebelum terlambat” Nenek tua itu berusaha mengeluarkan kata-kata itu sekuat tenaga sebelum akhirnya berusaha berdiri dan berusaha meninggalkanku dengan tertatih-tatih dan aku berusaha membantunya untuk mulai berjalan.

“Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, akan ada banjir getih dan darah akan bertumpahan di mana-mana.”

“Maksud nenek apa?”

“Pergilah bocah, nyawamu tidak sebanding dengan apapun yang kamu dapatkan di tempat ini” Nenek itu kembali berjalan tertatih dan meninggalkanku.

Entah apa yang kulakukan ini benar atau salah. Tapi kalau sampai nenek itu kembali dan membalas dendam tentu aku akan merasa sangat bersalah.

***

“Heh Fahmi, gimana? Petugas yang dipekerjakan di sektor barat jadi pada resign?” Tanyaku pada Fahmi yang lebih dulu sampai di kantin.

“Mana? Nggak ada.. mereka jadi percaya diri dengan adanya dukun itu, dan lebih lagi... gaji mereka dinaikin. Mana ada yang mau resign” Jelas Fahmi.

Aku menghela nafas sambil menyeruput teh hangatku.

“Aku ada perasaan gak enak Fahmi..”

Fahmi menoleh ke arahku dan menatapku seolah ingin menyampaikan sesuatu.

“Dra.. kalau ada satu aja kejadian aneh setelah dibukanya sektor hutan barat, mungkin aku bakal resign” Ucapnya tiba-tiba.

Seketika aku merasa heran, tidak mungkin Fahmi mengatakan hal itu dengan tiba-tiba. Pasti sesuatu terjadi padanya baru-baru ini.

“E..emang kenapa mi? kok tiba-tiba?” Tanyaku.

“Halah, aku ceritain juga nggak ada yang bakal percaya” Jawabnya yang segera meletakan piringnya ke tempat piring kotor dan meninggalkanku.

Apa mungkin Fahmi juga melihat hal yang aneh semalam?

***

Saat sampai di mess terdengar beberapa cerita aneh dari buruh yang ditugaskan untuk mengukur wilayah kerja di sektor barat. Mulai dari buruh yang tiba-tiba pingsan hingga suara pintu yang di gedor dari dalam bangunan tua yang seharusnya tidak dihuni oleh siapapun.

Pasalnya bangunan tua itu disegel dengan kayu yang terpaku dari seluruh pintu dan jendelanya. Fahmi yang mendengar cerita itu terlihat gelisah dan segera kembali ke kamarnya. Dengan segera aku mengejarnya dan mengikutinya.

“Fahmi, serius kamu mau pergi..” Ucapku saat ia mengambil tas besarnya dan mengemas barang-barangnya.

“Iya..” Balasnya singkat.

“Sebaiknya kamu juga ikut”

Aku menghela nafas panjang dan memperhatikan kecemasanya.

“Oke, aku ikut..” jawabku.

Fahmi kaget dengan jawabanku. Ia tidak menyangka aku akan menuruti kemauanya dengan begitu cepat.

“Tapi setidaknya besok kita pamit baik-baik dulu ke bos dan mandor” Ia menatapku sejenak.

“Oke.. kalau cuma itu aku setuju” balasnya singkat. Sulit untuk menyampaikan apa yang ada di benak kami berdua. Namun satu yang aku mulai tahu, Fahmi juga sempat melihat hal aneh seperti yang kulihat saat malam hari sewaktu dukun suruhan bos menangkap nenek itu.

***

Pagipun datang, aku dan fahmi segaja bersiap berangkat lebih pagi dengan mempersiapkan semua barang-barang kami.

“Apapun yang membuatmu mengambil keputusan ini, kamu harus menceritakanya selama perjalanan pulang nanti” Ucapku pada fahmi dan iapun mengangguk setuju.

Belum ada siapapun yang datang ke tempat briefing.

Peralatan-peralatan berat masih terparkir dengan rapi bersama dengan gudang peralatan yang terkunci. Namun samar-samar aku melihat sesuatu yang aneh di lapangan tempat biasa kami melakukan briefing.

Angin berhembus dengan kencang mengembuskan dedaunan kering di sekitar tempat itu.
Jauh dari tempat kami berdiri terlihat seseorang terbaring tak berdaya dengan darah yang mengalir keluar dari tubuhnya. Terlihat sebuah boneka kayu seukuran manusia menancap di dadanya.

“Dra.. apa itu dra?” Tanya Fahmi.

Aku mendekat dan memperhatikan dengan lebih jelas hingga menyadari seseorang yang terbaring itu adalah dukun suruhan bos. Benda yang menusuk dadanya adalah sebuah boneka yang didandani seperti penari dengan wajah putih terbuat dari batok kelapa.

Boneka itu mirip dengan yang menghampiriku di malam itu.

“Boneka... Boneka itu!” Ucapku yang tak dapat kuteruskan ketika menyadari bahwa boneka itu mirip dengan yang kulihat saat tengah malam di jendela kamarku.

Kami mencoba melihat lebih dekat kejadian yang ada di depan mata kami. Namun samar-samar perlahan wajah boneka itu perlahan menoleh ke arah kami.

Boneka itu melayang perlahan dan menjatuhkan kayu runcingnya sekali lagi ke tubuh dukun itu hingga sekali lagi darah bermuncratan dari jasad tak bernyawa itu.

***

“Pergi... Pergi dari sini” Terdengar suara renta dari seorang nenek yang muncul di hadapan kami.

Ya, itu adalah nenek dukun yang kemarin dihajar habis-habisan oleh dukun itu.

“I...ini semua perbuatan nenek?” Tanyaku.

“Bodoh! Ikuti aku kalau masih sayang nyawa!” Perintah nenek itu.

Aku tidak yakin dengan apa yang terjadi namun perasaan mengerikan kurasakan dengan jelas dari posisi boneka itu berada.
Kami masuk ke dalah hutan menelusuri jalan-jalan yang jarang kami lewati.

“Dukun sok itu sudah mencoba membuka bangunan terkutuk itu. tidak akan ada yang selamat bila kalian masih berada disini” Cerita nenek itu sambil berjalan dengan terburu-buru di hadapan kami.

“Maksud nenek apa?” Tanya Fahmi.

“Iya nek.. kami juga sudah berniat untuk pergi sesuai perkataan nenek” Jawabku.

“Terlambat, makhluk itu sudah bebas.” Balasnya.
Kami berhenti di salah satu bagian sungai yang tidak jauh dari rute keluar proyek.

Nenek itu mengambil sekumpulan jerami dari kantungnya membaginya menjadi dua dan memaksa kami untuk memberikan sehelai rambut kami.
“Nek.. nenek mau apa?” Tanyaku.

Nenek itu tidak menjawab dan membacakan mantra yang hampir tidak bisa kumengerti apa maksudnya.

“Bawa ini dan pergi sejauh mungkin! Sekarang kita impas” Ucap nenek itu sambil menyerahkan kedua boneka jerami itu pada kami.

“Nggak! Nggak bisa gitu nek! Jelaskan dulu pada kami” Ucap Fahmi.

Bukanya menjawab nenek itu malah menoleh dan melotot sambil mengangkat badanya.

“Bocah-bocah goblok! Di tolong aja masih banyak nanya!” Ucap nenek itu.

Aku segera menengahi fahmi dan meminta maaf kepada nenek itu.

“Maafkan kami nek, tapi seandainya kami tahu apa yang terjadi mungkin kami bisa melakukan sesuatu..” Ucapku sesopan mungkin.
Nenek itu menghela nafas dan dengan terpaksa menceritakan kepada kami.

***

Selama ini nenek itu berusaha mengusir siapa saja yang mendekat ke hutan itu dengan berbagai cara. Pasalnya terdapat marabahaya yang disembunyikan di hutan itu.
Sampai pada saat dukun itu datang, ia menggunakan sebuah boneka pemanggil arwah untuk mengalahkan nenek itu.

Pertunjukan musik dilakukan oleh dukun itu bersama dengan anak buahnya dan memanggil roh untuk merasuki boneka itu. dan ia berhasil.
Roh itu mengikuti kemauanya hingga bisa mengalahkan nenek itu dengan menyebarkan berbagai kutukan yang membuat nenek itu tidak berdaya.

Setelahnya dukun itu menyiksanya seperti yang kami lihat saat briefing beberapa hari lalu.
Masih ada banyak kejadian aneh di hutan barat setelah kepergian nenek itu hingga dukun itu mencari penyebabnya dan terhenti di bangunan kayu tua terkutuk itu.

Tepat saat kayu-kayu yang menyegel rumah itu dibuka. Sosok boneka yang digunakan dukun itu mengamuk seperti berpindah tuan. Saat itu juga boneka itu mengutuk dukun itu dengan bantuan sesuatu yang ada di dalam bangunan hingga akhirnya seperti yang kalian lihat tadi.

Entah memang sudah ditakdirkan atau tidak. Sesuatu yang mendiami bangunan tua itu adalah boneka sejenis dengan yang dibuat oleh dukun itu namun sudah berumur ratusan tahun.

Roh yang berada di boneka itu sudah menyimpan dendamnya dengan sangat lama dan bersiap untuk melampiaskan kepada siapapun yang ada di dekatnya.

***

Mendengar cerita yang mengerikan itu kami merasa dilema untuk harus percaya dengan cerita aneh itu atau menganggapnya sebagai cerita biasa. Namun hal aneh yang terjadi di sekitar kami membuat kami untuk memilih menuruti nenek itu.

“Terima kasih nek..” Ucapku yang segera menarik Fahmi untuk pergi secepatnya dari hutan itu.

***

Sudah hampir seharian perjalanan kami untuk kembali ke kampung halaman Fahmi di kota Malang. Kota yang cukup jauh dari tempat kami bekerja.

Baru setelahnya aku akan melanjutkan perjalanan ke kampungku yang cukup terpencil
Di jaman dengan moda transportasi yang belum mumpuni ini kami harus berganti-ganti kendaraan beberapa kali dan menginap di terminal untuk sampai ke kota Malang.

“Aku masih harus cerita tentang apa yang membuatku memaksa untuk berhenti?” Tanya Fahmi.

Aku menggeleng.
“Malam saat tito melarang kita untuk membuka pintu, Saat itu kamu melihat boneka itu juga kan?” Tanyaku.

Fahmi mengangguk. Sepertinya kami juga sudah terlalu lelah selama perjalanan dan memutuskan untuk menginap di terminal sebelum kembali ke rumah kami masing-masing.

***

Berita mengerikan terjadi di sebuah hutan perbatasan daerah jawa tengah.

Ditemukan puluhan pekerja mati mengenaskan dengan tubuh yang menghitam secara misterius. Tidak ditemukan bekas luka sayatan atau pukulan benda tumpul dari tubuh semua korban.

Semua korban adalah buruh dan karyawan dari perusahaan yang memang mendapat ijin untuk mengelola sumberdaya hutan di perbatasan itu.

Hingga kini belum ditemukan apa penyebab kematian semua pekerja. Dugaan sementara para pekerja mati karena racun dari hewan berbisa yang membuat tubuhnya menjadi menghitam.

Perkembangan berita selanjutnya akan kami informasikan siang ini di radio kesayangan anda

***

Berita dari radio yang berada di warung itu membangunkan kami yang tengah tertidur di pinggir terminal. Perasaan berkecamuk merusak pagi yang harusnya menjadi semangat kami saat itu.

“Dra, boneka jerami!” Ucap Fahmi dengan tubuhnya yang masih terlihat bergetar merinding sama seperti yang kurasakan.
Dengan segera kami mengecek boneka jerami pemberian nenek itu yang kami simpan di tas, dan yang terjadi pada boneka itu membuat kami merasa tercengang.

Kedua boneka jerami itu berubah menjadi hitam legam dengan tiap helainya mulai rapuh dan rusak. Saat menggenggamnya aku merasakan kekuatan mengerikan yang membuat bulu kuduku berdiri.

Kami tidak dapat berkata apa-apa saat itu. Mungkin saat ini hanya kami yang tahu penyebab kematian seluruh pekerja di hutan itu yang sama sekali tidak masuk di akal sehat manusia.

Tak hanya itu, mungkin hanya kami yang tahu bahayanya sosok makhluk yang menyebabkan kematian masal disana, dan masih banyak korban yang akan bergelimpangan dengan keberadaan boneka penari berumur ratusan tahun itu.
SEKIAN

*****
Sebelumnya


Note:
Kisah mengenai boneka Nini thowok / Nini Thowong / Chowong sudah banyak beredar di berbagai wilayah di Pulau jawa.
Sebagian besar menceritakan bahwa boneka Nini thowok ini adalah jelangkung perempuan yang berfungsi sebagai perantara manusia dengan roh.

Sebagian lagi bahkan menceritakan bahwa boneka Nini thowok ini merupakan kesenian daerah untuk menarik wisatawan dengan menampilkan tarian mistis dari boneka yang diisi dengan roh.

Namun tujuan dari cerita ini adalah mengingatkan kita tentang bahayanya keberadaan sosok “mereka” yang berada di alam lain yang tidak bisa kita kendalikan.

Kisah ini merupakan kisah turun temurun yang terjadi jauh cukup lama sebelum era modernisasi dimana budaya Jawa masih kental dengan klenik dan dunia mistis. Dan keberadaan boneka yang menghuni bangunan itu masih belum diketemukan hingga sekarang.

Ada yang berpendapat bahwa ada orang sakti berhasil menenangkan rohnya dan menghancurkan boneka itu, namun ada pula yang berpendapat boneka itu berada di suatu tempat dan masih mencari mangsa untuk melampiaskan dendamya.

-TAMAT-
close