Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

VILLA ANGKER


Nama dan tempat di cerita ini sengaja saya samarkan untuk menjaga privasi pihak yang terlibat di dalamnya.

*****
JEJAKMISTERI - Suatu hari aku dan ke enam temanku yang bernama Adit, Vino, Gusti, Rian, Gilang dan Farel berencana ingin menjerat burung di sebuah tempat.

Tempat itu dulunya adalah laut hanya saja terjadi penimbunan hingga dibangunnya tiga Villa yang berjajar rapi lengkap dengan kolam ikan hias.

Villa itu berlokasi tidak jauh dari rumahku, jadi pada hari sabtu pagi kami berangkat ke sana dengan peralatan seadanya.

Sesampainya disana ternyata tidak sesuai dengan apa yang kami bayangkan, karena di tempat itu tidak terlihat sama sekali ada burung yang mondar mandir, dan karena kecewa, kami pun berniat ingin berjalan jalan mengelilingi tempat itu, tidak beberapa lama berjalan Kami sampai di depan tiga buah villa yang banyak orang bilang bahwa itu adalah villa angker.

Villa itu sering di sebut angker di karnakan diwaktu pembangunannya ada seorang tukang bangunan yang baru bekerja di situ yang meninggal karena diganggu kuntilanak.

Tukang bangunan itu ditemukan tewas karena diduga jatuh dari lantai dua Villa tersebut.

Jauh sebelum tragedi meninggalnya tukang bangunan itu sudah diperingatkan untuk tidak menginap sendirian di villa yang masih dalam proses pembangunan tersebut.

Dan itu di karenakan teman-temannya sudah lama tahu akan keangkeran villa tersebut.

Singkat cerita ketika selesai melihat lihat villa itu kami tergoda untuk memancing ikan karena tepat beberapa puluh meter di belakang Villa itu terdapat laut yang seakan akan menggoda kami untuk memancing.

Aku dan keenam temanku pun memutuskan untuk memancing malam itu, kami pun pulang karena kami harus menyiapkan peralatan pancing terlebih dahulu.

Setelah semuanya siap, tepat di pukul sebelas malam kamipun berangkat ke lokasi yang tadi siang sudah kami survey sebelumnya.

Kami juga tak lupa memulai perjalanan kami untuk memancing dengan berdoa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Singkat cerita, setelah beberapa menit menerobos luasnya pohon-pohon itu kamipun akhirnya sampai di Villa tersebut.

Kami langsung memarkirkan kendaraan kami di villa itu, karena sudah tidak ada akses jalan lagi selain harus berjalan kaki dari villa tidak berpenghuni tersebut.

Setelah selesai memarkirkan motor kami pun langsung berjalan berurutan mengarah ke lokasi pemancingan.

Sesampainya kami di laut tersebut kami disambut dengan ombak dan angin yang cukup kuat namun masih aman untuk memancing.

Kamipun segera mengeluarkan alat-alat pancing kami dan langsung mengambil posisi masing-masing untuk melempar umpan dengan harapan mendapatkan ikan yang banyak.

Setelah beberapa menit kemudian temanku yang bernama Gilang terlihat sibuk mengumpulkan ranting-ranting kayu dan menyusunnya untuk menjadikannya api unggun.

Gilang terlihat sibuk dengan api unggunnya, sedangkan kami berlima masih sibuk menunggu ikan memakan umpan dan tidak lama Adi berhasil mendapatkan ikan yang lumayan besar.

ADI : Gilang ni ambil ikan nya aku mau mancing lagi kamu jadi tukang bakar ikan saja.

Gilang : (Hanya diam dan berjalan ke arah adi untuk mengambil ikan nya)

 
Adi tampak begitu ceria karena telah mendapatkan ikan pertamanya.

Sementara itu beberapa temanku tertawa melihat gilang yang sekarang sibuk membakar ikan dan melupakan pancingnya yang sudah dari tadi ditarik oleh ikan.

Gilang yang berjarak lumayan jauh dari kami tiba-tiba saja berteriak histeris karena katanya dia melihat ada yang baru saja melintas di samping-nya.

Sebenarnya kami semua juga merasakan hal yang sama dari tadi, cuma kami hanya bisa saling tatap tanpa mau membahas hal itu.

Dan karena suasana semakin tidak nyaman kamipun sepakat pindah ke depan sedikit tapi tidak dengan gilang dia masih tetap mau di situ dan masih sibuk membakar ikan-nya.

Kami pindah tidak terlalu jauh hanya sekitar 50 meter dari tempat kami sebelumnya.

Tepat di pukul dua dinihari gilang datang ketempat kami sambil membawa semua ikan yang sudah dibakarnya dari tadi, dan kami pun langsung berhenti memancing dan bersiap untuk makan dan sebagian dari kami menyiapkan air hangat untuk membuat kopi dan teh yang kami bawa dari rumah.

Tetapi saat itu gilang sudah berperilaku aneh, dari tujuh ekor ikan yang dia bakar ada salah satu ikan yang dia bakar utuh sama isi isi perut dan kotoran ikan itu dan katanya itu khusus untuk dia sendiri.

Kami yang sudah merasa gilang dirasuki penunggu tempat tersebut pun menjadi tambah waspada, dan tidak lama Gilang mengambil nasi dengan beralaskan daun pisang yang sudah kami bawa, setelah itu dia pun pergi lagi ke tempat dimana dia membakar ikan ikan itu sebelumnya.

Kami melihatnya heran dengan tingkah lakunya yang sudah aneh dari awal kami datang tadi, terlebih lagi ketika kami melihat Gilang seperti sedang asyik mengobrol dengan seseorang di tempat dia membuat api unggun itu.

Padahal jelas sekali dia hanya sendiri disana, aku yang khawatir takut terjadi apa apa dengan Gilang langsung mendatanginya, dan ketika aku sampai dia sedang memakan ikan beserta kotoran ikan itu, aku pun sangat merasa jijik dan mual melihatnya lahap sekali memakan kotoran ikan tersebut.

Setelah berada tepat dihadapan Gilang akupun bertanya dengan siapa tadi ia mengobrol dan Gilang hanya Diam seribu bahasa tidak ada jawaban.

Perasaanku semakin tidak enak dengan Gilang, Aku pun langsung memegang pundaknya dan sambil membacakan al-fatihah ayat kursi dan surat-surat ruqyah lain nya, Gilang terlihat gelisah saat aku mencoba meruqyah nya.

Tidak berapa lama teman-temanku datang dan membantu memegang Gilang yang sudah terlihat melotot dan menjulurkan lidahnya seperti ingin menerkamku.

Aku mencoba untuk tetap fokus melanjutkan bacaanku, dan aku merasa ada yang memperhatikan kami dari kejauhan.

Tidak lama kemudian Gilang pun tersadar dan dia kaget bercampur bingung kenapa badan nya terasa sakit semua.

GILANG : Aku Kenapa woi ?

AKU :  Tadi kamu kerasukan makanya lain kali jangan melamun dan jangan memisahkan diri dari yang lain, untung saja kamu gak kenapa-kenapa.

Gilang cuma mengangguk sambil memegang kepalanya yang mungkin sakit.

Kemudian kami pun mengajak Gilang untuk duduk bareng bersama kami di tempat kami mancing tadi yang pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi, dan kami masih asyik memancing karena kebetulan ikan malam itu sedang banyak-banyaknya.

Singkat cerita...
Sampailah dimana saat umpan yang kami pakai untuk memancing sudah habis, saat itu hanya Adi yang masih memancing dengan umpan masih tersisa sedikit di kail pancingnya, kami pun mendesak adi untuk segera menyusun pancingnya agar kami semua bisa cepat pulang, tapi lagi-lagi keanehan terjadi ketika pancing Adi ditarik ikan, perlawanan ikan itu cukup kuat dan tidak lama ikan itu berhasil diangkat ke daratan.

Adi segera melepaskan kail di mulut ikan itu, dan ia langsung melemparkan pancingnya ke laut lagi padahal kami semua tau di kail pancingnya sudah tidak ada umpan nya, tapi tiba-tiba pancing adi ditarik ikan dan adi pun sontak menarik ikan itu ke darat dan begitu seterusnya sampai 4/5 kali Hal itu terjadi.

Kami yang melihat hal aneh itupun hanya bisa saling tatap dan segera menarik tangan Adi dan memaksanya untuk pulang, tapi Adi marah dan menatap mata kami satu persatu lalu berbicara bahasa Jawa seperti sangat marah kepada kami.

Kami yang khawatir langsung membaringkannya di pasir dan langsung coba untuk meruqyah nya.

Alhamdulillah tak berapa lama adi sadar dan tanpa basa basi kami langsung mengajaknya untuk pulang.

Kami pun langsung mengemas semua peralatan kami dan mengumpulkan sampah bekas makan kami tadi.

Setelah semua peralatan dan sampah terkumpul kami pun langsung berjalan berurutan kearah villa tempat kami memarkirkan motor.

Setelah sampai di parkiran kami langsung bergegas untuk pulang, tapi baru beberapa meter kami berjalan tiba-tiba tepat di pohon besar yang berada tidak jauh dari kami terdengar suara cekikikan, mbak kunti yang membuat kami panik dan saling berpencar tapi syukurlah akhirnya kami berhasil keluar dari tempat itu dengan selamat dan kami pun langsung pulang kerumah masing-masing.

*****

Setelah kejadian itu..
Kami mengira semua gangguan itu sudah selesai tapi ternyata kami salah..

Gilang ternyata masih diganggu, Gilang pun bercerita ketika ia sampai di rumah dia langsung masuk ke kamar dan bermaksut ingin langsung tidur, tidak lama setelah dia tertidur dia bermimpi didatangi oleh sesosok seperti Ratu yang menggunakan kebaya hijau lengkap dengan mahkotanya dan dikawal tiga prajurit yang lengkap dengan segala atributnya.

Di dalam mimpi itu gilang menggambarkan bahwa Ratu dan tiga prajurit itu seperti sedang berdiri di atas air laut dan ratu itu seperti sedang memaki makinya tapi gilang mengaku tidak mengerti apapun yang diucapkan Ratu itu kepadanya.

Tak lama Gilang yang saat itu tertidur didalam selimut yang sampai menutupi seluruh anggota tubuhnya pun terbangun, dan dia keluar dari kamar untuk mencari ibunya yang ternyata sedang ada di dapur, tapi keanehan yang luar biasa terjadi saat dia menegur ibunya tapi ibunya tidak seperti mendengar apapun dan dia pun mencoba menyentuh tubuh ibunya itu, tapi ternyata tangannya seperti tembus tidak dapat menyentuh ibunya.

Gilang pun menangis karena berpikir dia telah mati dan tidak lama dia melihat ayahnya datang, ayahnya bertanya ke Ibunya.

Bu abang mana, Belum bangun ya?

Yang dimaksud Abang oleh bapaknya itu ialah Gilang, karena Gilang adalah anak satu-satunya dalam keluarga itu..

Belum yah kan tadi subuh dia baru pulang, ayah bangunin gih,, jawab ibunya.

Gilang hanya membisu tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan ia dengar.

Tidak beberapa lama ayahnya pun menuju kamar Gilang yang saat itu diikuti Gilang yang tidak terlihat ayahnya.

Betapa kagetnya Gilang melihat dirinya masih berbaring di dalam selimut dan itu membuat gilang berteriak histeris karena bingung dengan apa yang telah terjadi.

Bapaknya Gilang pun mencoba membangunkan gilang, tapi usaha itu sia sia, karna gilang yang tertidur itu tidak kunjung bangun.

Gilang pun semakin panik karena melihat ayah dan ibunya menangisinya karena Gilang yang tertidur itu sudah seperti orang mati yang sangat pucat.

Gilang berusaha memukul apapun yang ada di depannya dengan harapan bisa membuat ayah dan ibunya melihatnya. Tapi lagi-lagi itu semua sia-sia, sampai pada akhirnya Gilang mencoba membaringkan badannya di tubuhnya yang terbaring itu tapi sayang itu tidak membuahkan hasil.

Gilang pun sudah pasrah dia merasa kalau dia benar-benar sudah mati.

Setelah beberapa lama menangis dia pun mencoba mendatangi rumah kami satu persatu tapi hasilnya sama saja kami semua tidak ada yang melihat ataupun mendengar Gilang.

Ayah dan ibunya yang terus menangis memanggil manggil gilang yang terbaring itu, membuat Gilang merasa sangat sedih.

Pada akhirnya ayah dan ibunya memutuskan membawa Gilang ke rumah sakit dengan kondisi badan Gilang yang sudah kaku namun masih memiliki detak jantung.

*****
Singkat cerita..
Gilang sudah tiga hari tiga malam berada di rumah sakit dan dokter memvonis gilang sedang menjalani masa koma, ibu dan ayahnya tidak berhenti menangis dan kami juga merasa sangat sedih karena melihat kondisi gilang.

Dan akhirnya aku dan teman-temanku berpamitan pulang setelah seharian berada di rumah sakit.

Dan pada akhirnya Dokter menyarankan agar Gilang dirawat dirumah saja karena dokter tidak menemukan penyebab koma yang Gilang alami, ayah dan ibunya pun terpaksa setuju karena tak tau harus berbuat apa lagi.

Singkat cerita setelah 19 hari lamanya Gilang koma dia akhirnya terbangun, dia terbangun karena bisikan ibunya yang membaca ayat-ayat suci Alquran di telinga sebelah kanannya dan karena kebetulan saat itu kami semua sedang ada di sana dan kami semua pun ikut bahagia dengan sadarnya gilang.

Gilang pun langsung menangis sejadi jadinya dia memeluk erat ibu dan ayahnya merekapun saling melepas Rindu.

Setelah beberapa jam dia tersadar Gilang baru bisa bicara normal karena ketika baru sadar Gilang seperti orang bisu dia pun bercerita semua yang dia alami selama koma.

Gilang bilang selama 18 hari dia terus mondar-mandir di rumahnya sambil berteriak kepada siapapun yang lewat.

Sampai pada akhirnya dia bertemu dengan seorang kakek-kakek berjubah putih di depan pekarangan rumahnya dan waktu itu gilang sempat kaget bercampur senang karena kakek itu bisa berbicara kepadanya, lalu kakek itu berpesan kepadanya.

Jika kamu masih mau hidup lakukan apa yang kuperintahkan...

Saya harus melakukan apa kek??

Nanti malam tepat jam 12.00 kamu harus mendatangi tempat dimana kamu mancing dan membuat api unggun itu, dan jika sudah sampai langsung padamkan api itu dengan air ini, tapi dengan syarat kamu harus ke sana sendiri..

Kakek itu memberikan gentong yang berisikan air kepada Gilang.

Tapi kek saya tidak berani ke sana sendiri, jawab Gilang.. tetapi kakek tersebut tidak menggubris ucapan gilang dan langsung meninggalkan Gilang.

Gilang pun lama berpikir, karena dia takut kesana sendirian, tapi pada akhirnya dia memberanikan diri dan tepat di jam 12.00 itu dia berjalan dengan penuh keyakinan mengarah ke tempat Gilang membuat api unggun waktu itu.

Entah berapa lamanya dia pun akhirnya sampai di tempat itu dan betapa kagetnya dia melihat api yang di buatnya waktu itu masih menyala dan masih sama seperti terakhir waktu ia tinggalkan.

Gilang pun langsung menyiram api itu dengan air yang diberikan kakek-kakek tadi dan tiba-tiba telinga kanan gilang seperti mendengar sayup-sayup suara ibunya mengaji dan seketika itu pun ia langsung tersadar dari komanya-nya.

SEKIAN

Takdir hanya Allah yang tau, dan temanku gilang sudah menutup usia karena sebuah kecelakaan yang ia alami tepat 2 tahun setelah cerita ini terjadi, semoga beliau tenang di alam sana..

close