Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LELUHUR KERAJAAN PURBA (Part 18) - AKSES MASUK KERAJAAN DAN BERTEMU GARIS LELUHUR


"TAK ADA YANG KU IJINKAN MASUK SELAIN PARA BIKSU SUCI DAN KERABAT KERAJAAN"

Abah sudah berada di depanku dan menjagaku dari depan, aku masih kaku kebingungan kemudian...

***

JEJAKMISTERI - Kemudian dari aura tubuh penjaga tersebut semakin memancar kemerahan,  matanya bersinar tajam seperti mengintimidasi setiap orang yang datang. Aneh abah tidak bergerak sama sekali, padahal biasanya bila ada hal yang mengancam energi abah akan memancar juga dan langsung mengambil kuda-kuda siap perang. Abah menengok kepadaku dan memintaku merapal mantram Gayatri, sontak aku mengingat ingat mantranya dan perlahan membacanya dalam hati. 

OM
BHUR BHUVA SVAHA
TAT SAVITUR VARENYAM
BHARGO DEVASYA DHIIMAHI
DHI YO YONAH PRACHODAYAT

Semakin dalam ku baca semakin ada perasaan nyaman dan tenang, kemduian aku merasa ada aura hangat yang datang dari arah belakang dan menjagaku. Energi ini milik Eyang Dharmawangsa.
Eyang hadir dan berdiri di belakangku,  tersenyum dan mengucap salam kepadaku, kemudian memintaku untuk memfokuskan energi di dadaku agar kalacakra mewujud menjadi sebuah simbol, Aku masih bingung tapi tetap kulakukan. Sembari aku fokus, terlihat 2 penjaga sudah berlutut di depanku,  Eyang memberi salam kepada mereka dan tanpa aba-aba energi yang tadinya mengintimidasi sudah hilang. 

Eyang Dharmawangsa : Om Swastiaastu. Salam para penjaga. Kedua pendatang ini adalah keturunanku, aku yang memintanya untuk masuk dan bertemu sang Raja.

Penjaga : Om Swastiastu. Salam pertapa Suci. Kami tidak menau akan kedatangan mereka, ampun atas kelancangan kami. Sudikah kiranya kami meminta tanda pengenal sebagai wujud tugas kami menjaga pintu masuk?

Abah : Nak Aksa,  biarkan kalacakramu keluar dan biarkan mewujud.

Aksa : (Aku masih juga kebingungan, kalau kalacakraku keluar apa tidak jadi masalah?  Eh,, tetap tadi di awal sepertinya kalacakraku mewujud suatu simbol, apa. Itu yang di maksud ya?)

Eyang Dharmawangsa : Ikutilah apa yang Dhamar Sasmita katakan cucuku.

Kemudian perlahan cahaya keluar dari dadaku dan mewujud seperti logam persegi enam yang bercahaya. Logam tersebut segera ku gapai dan Eyang membantuku dengan mewujudkannya lebih jelas.

Eyang Dharmawangsa : Apa ini sudah cukup sebagai tanda pengenal bahwa mereka berdua bersamaku sekaligus sebagai utusanku?

Penjaga : Ini lebih dari cukup, justru simbol ini adalah akses khusus untuk masuk lebih jauh bertemu Sang Raja. Silahkan masuk.

Eyang Dharmawangsa : Kalian masuklah,  tugasku hanya mengantar sampai pintu masuk saja, selebihnya adalah tugas kalian.  Dhamar sasmita, jagalah cucuku dengan baik, biarkan ia mewarisi sejarah nusantara mulai dari tempat ini.  Sampaikan salamku dengan Sang Raja.

Abah : Dengan senang hati eyang, sudah jadi takdirku mendampinginya. Baiklah, akan kusampaikan salam kepada Sang Raja.

Eyang Dharmawangsa : Cucuku, berbahagialah karena mulai dari sini kau akan mewarisi sejarah Nusantara.

Aksa : Baik eyang, terima kasih telah membuka jalan takdirku. 

Perlahan sinar eyang memudar dan menghilang, kami masuk ke area candi. Setelah masuk pemandangan yang disuguhkan luar biasa indah, yang kulihat adalah hamparan sawah nan hijau, Candi utama ada di bukit tengah sawah. Banyak orang berlalu lalang dan berkegiatan sebagai mana mestinya, di sudut lain ada beberapa prajurit yang berkeliling. Semua orang terlihat ramah ketika berpapasan dengan kami. Kemudian kami sampai di depan sebuah istana di dekat Candi Utama.
Disini ada beberapa orang yang memakai ageman atau baju seperti Eyang Dharmawangsa, ada juga yang memakai jubah kebesaran layaknya pejabat kerajaan. Di depan istana ada sebuah lapangan yang cukup besar, kulihat disana ada seorang yang gagah sedang berlatih panahan. Hanya saja ada hal yang janggal, entah ini terlihat orang lain atau tidak.
Saat beliau menarik panah serasa udara seperti berhenti, lalu ada semacam energi berkumpul di mata panah, samar-samar terlihat ada energi membentuk burung raksasa di belakang beliau. Ku taksir burung tersebut adalah penjaga ghaibnya. Setelah panah dilepaskan sang anak panah seperti melesat membelah udara, yang bikin takjub adalah satu anak panah meluncur tetapi 3 target terkena, karena disaat melesat ada seperti anak panah bayangan yang ikut melesat juga. Aku sempat berfikir, mungkin panah tersebut bukan panah biasa, seperti pusaka andalan dari beliau. 

Abah : Nak Aksa, beliau adalah Sang Raja. Kita lanjutkan menuju istana karena kita sudah dipersilahkan masuk untuk bertemu Sang Raja.

Aksa : Baik abah, aku sampai bengong sendiri melihat kejadian barusan. Hehe

Kami masuk ke dalam istana dan menuju suatu ruangan berhiasakan cahaya dari berbagai sudut, cahaya tersebut berasal dari penerangan di setiap sudut ruangan dan terpancar dari batu mulia. Jadi penerangan bukan dari api, melainkan batu mulia yang bersinar.
Kami dipersilahkan duduk di sebuah kursi yang sangat nyaman dengan suguhan yang hampir mirip di alam manusia. Tak lama kudengar langkah kaki yang sangat halus, bersamaan dengan aroma harum dan energi yang luar biasa besar, hanya saja begitu berwibawa dan tenang. Sang Raja telah hadir.
Abah memintaku berdiri untuk menyambut.

Abah : Salam Sang Rajasa Sri Narendra. Maaf atas kelancangan kami hadir tanpa kabar resmi terlebih dahulu. Semata-mata karena kami hanya mengikuti alur takdir atas tugas yang telah diberikan kepada kami. Ada titipan salam dari Eyang Kami Dharmawangsa untuk Sang Raja.

Sri Narendra : Salam Dhamar Sasmita beserta cucu Pertapa Suci Dharmawangsa. Aku sudah tau akan kabar kedatangan kalian dari para pertapa, karena tujuan kalian yang mulia dan patut untuk dihargai. Duduklah.
Jarang ada manusia yang sanggup masuk kedalam dimensi masa lalu ini, akan tetapi kalian memiliki akses khusus yang hanya di miliki para pertapa suci, aku mengerti akan hal itu, terlebih kalian memiliki tugas yang luar biasa sulit walaupun secara lisan mudah diucapkan.
Siapa namamu anak muda, cucu Pertapa Suci Dharmawangsa?

Aksa : Salam Raja Sri Narendra. Namaku Aksadaru. Terima kasih telah berkenan menemui kami demi pencarian jawaban atas segala takdir yang di hadiahkan untuk kami.

Sri Narendra : Sudah waktunya takdir terpenuhi berkat tuntunan sang Hyang Tunggal beserta para utusannya di Bumi ini. Setelah ini akan ku ajak kalian berkeliling dan menuju Candi Utama sebagai langkah awal perjalanan mewarisi Sejarah Nusantara ini.

Abah : Dengan Senang hati Sang Raja.

Setelah itu Sang Raja mengajak kami berkeliling Istana, desa dan menuju Candi.
Dalam perjalanan Raja Sri Narendra menjelaskan tentang seluk beluk desa beserta kegiatan yang mereka lakukan. AKu baru tau Raja Sri Narendra sangatlah cakap dalam hal pengembangan dan sistem kesejahteraan untuk rakyatnya. Beliau dengan jeli menjelaskan tiap tugas dan kewenangannya, merinci setiap maksud dan tujuan berkehidupan masa itu.

Sri Narendra : Perlu kalian ketahui bahwa setiap era atau jaman memiliki tokoh dan peristiwanya masing-masing. Setiap peran dan tugas telah di tetapkan dari Sang Hyang Tunggal. Bumi Nusantara ini sungguh menakjubkan, Bumi Nusantara ini seperti sudah di dibentuk sedemikian rupa untuk nantinya ditempat para pejuang dan tokoh besar di dalamnya. Seperti wilayah yang kalian pijak ini, walaupun secara teritori adalah wilayah keuasaanku, namun ini hanyalah sementara. Setelah ini masih harus dilanjutkan oleh generasiku berikutnya. Entah akan terjadi kemajuan atau kemunduran sudah jadi ketentuannya. Namun aku merasa lega karena dibalik takdir yang tak terjamah ada sekilas cahaya harapan yang datang dari masa depan, kalian adalah pecahan cahaya harapan yang nantinya menjadi bagian peristiwa penting dalam menjaga dan mewarisi Nusantara ini.

Abah : Kami hanya melaksanakan segala yang sudah di gariskan, apapun itu asalkan demi kebaikan bersama maka sudah menjadi kewajiban kami. Rajaku, apa yang sebenarnya harus kami laukan, terlebih tugas awal kami adalah masuk ke dimensi sekarang ini?

Sri Narendra : Sepertinya kalian cukup berambisi ya, sebelumnya ada seseorang yang harus kau temui dahulu Dhamar Sasmita. Lihatlah ke arah pondok disana, ada sesorang yang menunggumu.

Aku dan abah serentak menoleh ke arah pondok, tanpa diduga abah segera melesat ke depan pondok dan segera bersimpuh, kulihat abah meneteskan air mata. Aku tak begitu paham situasinya sampai akhirnya sang Raja meraih tanganku dan membawaku melesat ke arah pondok tersebut. 

Sri Narendra : Pertemuan yang telah digariskan. Dari awal kedatanganmu aku sudah menduga bahwa kau adalah keturuna dari Penasihat Perangku, Narashima.


Abah : Eyang Narashima, cucumu bersimpuh di hadapmu.

Eyang Narashima lantas menggerakkan sesuatu di tangannya dan meminta Abah berdiri.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close