Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LELUHUR KERAJAAN PURBA (Part 19) - MASUK KEDALAM CANDI, RAHASIA YANG BERKENAN DISAMPAIKAN


JEJAKMISTERI - Eyang Narashima lantas menggerakkan sesuatu di tangannya dan meminta Abah berdiri.

***

Eyang Narashima : Berdirilah cucuku Damar Sasmita. Pada akhirnya sang takdir telah mempertemukanmu denganku. Dimensi ini cukup jauh kau tempuh, sudah pasti kau memiliki tugas khusus bersama anak itu. Siapa namanya, aku melihat jalur silsilah pertapa suci di aura tubuhnya.

Abah : Sembah Puji cucumu ini haturkan kepada Eyang Narashima, rasa rindu yang berkecamuk karena sebelumnya hanya bisa mendengar suara dan sekilas gambaran mengenai Eyang. Akhirnya waktu ini datang, betapa welas asih dan teduh saat ini. Benar sekali eyang, kami masuk ke dimensi masa lalu ini memang karena ada tugas khusus dari Pertapa Suci Dharmawangsa dan anak ini adalah keturunannya yang nantinya akan melanjutkan tugas dalam mewarisi sejarah nusantara. Aksadaru nama anak ini.

Aksa : Salam Eyang Narashima.

Eyang Narashima : Aku sudah menduga dan melihat dari auramu, terlebih kalacakra di dalam tubuhmu itu memang asli dari Pertapa Suci Dharmawangsa. Rajaku, sudilah engkau merestui perjalanan mereka untuk mewarisi sejarah nusantara mulai dari masa ini?

Sri Narendra : Sudah bukan lagi restu, tetapi lebih darinya. Kalian berdua ku anggap sebagai bagian dari keluargaku, karena memang Narashima dan Dharmawangsa sudah menjadi bagian dari kerajaanku. Sepertinya kau ingin lebih lama bersama cucumu, kalau begitu akan ku bawa anak ini berkeliling dahulu.

Eyang Narashima : Baik Rajaku. Aku ingin memberikan nasihat dan pengetahuan khusus untuk cucuku ini.

Abah : Terima kasih Raja Sri Narendra, kiranya anak ini akan lebih intim bersama sang Raja dalam menerima segala pengetahuan. Aksa, manfaatkan waktu bersama Raja Sri Narendra dengan baik.

Aksa : Baik Abah, aku paham.

Kemudian Sang Raja mengajakku berjalan-jalan kembali. Abah bersama Eyang Narashima menunggu di gubuk kecil yang lebih mirip singgasana.
Sembari aku berjalan bersama Raja Sri Narendra, aku melihat orang-orang sangatlah ramah, walaupun yang berjalan bersamaku adalah Raja, mereka tak sungkan untuk bertukar senyum. Begitu juga Raja Sri Narendra, beliau seperti bukan gambaran raja yang gila hormat, beliau masih mengutamakan welas asih dan menganggap rakyatnya sebagai bagian dari keluarga kerajaan.

Aksa : Maaf bila aku lancang bertanya Raja, mengapa rakyat disini sangatlah dekat denganmu, sedangkan gambaranku mengenai seorang Raja adalah kehormatan dan kewibawaan?

Sri Narendra : Pertanyaanmu itu tak perlu kujawab panjang lebar. Yang pasti aku lebih megutamakan rakyatku ketimbang kehormatanku. Mereka adalah aset kerajaan yang tidak ternilai. Lihatlah kedepan, kita akan masuk arean Candi Utama.

Aksa : Baik Rajaku.

Kami telah sampai di area candi utama. Di depan Candi aku melihat sosok yang sedikit aneh. Seperti campuran manusia dan Macan. Lebih tepatnta sosok manusia berkepala macan, mungkin sosok ini adalah penjaga Candi.


Sri Narendra : Haidar. Anak ini bersamaku. Buka Pintu utama.

Haidar : Sembah saya Haturkan Rajaku. Silahkan masuk.

Nama penjaga itu adalah Haidar. Kelak Haidar akan membantuku di kisah selanjutnya.

Setelah masuk Candi Utama aku di kagetkan dengan ornamen di dalamnya yang serba bersinar, sinarnya berasal dari bebetuan yang memancarkan sinar berbeda warna.

Sri Narendra : Aksa kan namamu. Aksa, ruang dalam candi ini kami gunakan untuk berbagai keperluan kerajaan yang berhubungan dengan Sembah Puji kepada Sang Hyang Tunggal, keperluan meditasi dan upacara hari-hari tertentu. Perlu kau ketahui, Kakek buyutmu Pertapa Suci Dharmawangsa yang memeberiku saran membangun tempat ini, agar kami lebih bisa fokus dengan Sang Hyang Tunggal. Candi ini dibangun oleh beberapa ahli di bidannya masing-masing. Pembangunannya sangatlah memperhatikan faktor alam. Batu-batu candi ini direkatkan dengan tekhnik khusus, sisi-sisinya dibuat dengan memperhatikan kesamaan dan ketelitian.

Setelah kuperhatikan lebih detail memang dari segi ukuran sangatlah presisi, lantas orang jaman dulu kok bisa punya ilmu arsitek sedetail ini ya? hmmm, kau berkutat dengan pikiranku sendiri. Kemudian aku baru sadar di dalam Candi utama ini ada 4 ruangan yang di dalamnya ada patung yang berbeda.

Aksa : Raja. Mengapa ada 4 ruangan dengan patung-patung yang berbeda. Maaf apa patung-patung ini perwujudan dari Sang Hyang Tunggal?

Sri Narendra : Aksa, ruangan ini dibangun terpisah dan menghadap ke 4 arah mata angin utama.
Di mulai dari ruangan yang menghadap ke timur sekaligus ruang utama dari candi ini, yaitu ruang Dewa Siwa. Dewa Siwa merupakan Dewa Penghancur sekaligus sebagai dewa yang paling tinggi dan paling ditakuti. Penghancur di sini sebenarnya adalah penghancur kejahatan. Namun karena Siwa menggunakan kekuatan bencana alam untuk menghancurkan kejahatan, manusia yang baik pun ikut menerima akibatnya. Akhirnya semua manusia punya “rasa ketakutan” pada Dewa Siwa dan berharap ia tidak datang ketika banyak kejahatan terjadi. Jadi jangan heran kalau di jamanmu sering menganggap kalau bencana alam itu merupakan hukuman dari Tuhan atau Tuhan sedang marah. Mungkin pemahaman itu berawal dari konsep Dewa Siwa sebagai dewa penghancur ini.

Lalu yang menghadap Ke Selatan, ia adalah Agastya yang merupakan perwujudan dari Dewa Siwa. Jadi sebelum datang sebagai Dewa Penghancur, Siwa pernah datang sebagai seorang mahaguru yang mengajarkan tentang kebenaran (Dharma). Jadi Dewa itu sebenarnya sudah mengajarkan tentang yang benar dan yang salah dan para dewa itu berharap agar setiap manusia dapat melakukan kebenaran. Ketika manusia tidak melakukan kebenaran, maka Dewa Siwa akan datang untuk memberikan hukuman.

Selanjutnya yang menghadap ke Barat, patung manusia berkepala gajah adalah Sang Ganesha Dewa Ilmu Pengetahuan. Tangan kiri Ganesha selalu memegang mangkok yang isinya adalah ilmu pengetahuan. Belalainya selalu masuk ke dalam mangkok tersebut yang artinya ia menyerap ilmu pengetahuan yang ada. Tangan kanannya memegang patahan gading kanannya sendiri yang memang sengaja ia patahkan. Kenapa ia patahkan gadingnya? Karena ketika datang ke dunia, ia menggunakan patahan gadingnya untuk menulis (di batu atau kayu) demi mengajarkan manusia ilmu pengetahuan. Ganesha dijadikan dewa yang sangat penting keberadaannya untuk manusia di dunia. Kami percaya doa-doa yang mereka ucapkan kepada para dewa tidak akan pernah diterima kalau tidak melalui Ganesha. Jadi bisa dikatakan kalau Ganesha-lah yang menjadi pintu masuk menuju para dewa.

Ruangan yang menghadap ke utara adalah ruangan yang berisikan sebuah patung wanita yang sedang memegang raksasa Asyura. Nama wanita itu adalah Durga. Ia memiliki 8 tangan salah satu tangannya memegang Cakra. Sebenarnya Cakra ini kepunyaan Dewa Wisnu. Tapi kenapa Durga juga bisa punya? Sebab Durga itu tercipta dari kekuatan Brahma, Siwa, Wisnu yang menjadi satu dan semua dewa memberikan senjatanya untuk membunuh raksasa Asyura. Raksasa Asyura ini hanya bisa dikalahkan oleh seorang dewi dan dewi itu adalah Durga.

Raksasa Asyura ini adalah lambang dari egoisme manusia. Jadi musuh terbesar dari hidup manusia adalah egonya sendiri. Lalu bagaimana untuk bisa membunuh ego itu? Ya manusia perlu senjata dan salah satu senjata yang Tuhan sematkan adalah Cakra. Semua manusia memiliki 7 cakra dan tinggal bagaimana manusia itu mengoperasikan cakra tersebut.

Salah satu cara untuk mengoperasikan cakra adalah dengan melakukan yoga. Ketika Yoga itu dilakukan, manusia akan mampu membuka cakranya sehingga manusia mempunyai kemampuan untuk melihat kebenaran sejati. Mata yang mampu melihat kebenaran adalah mata ketiga, dimana Dewi Durga, Dewa Siwa dan juga Dewa Ganesha memiliki mata itu di dahinya.

Apa kau merasa terlalu banyak yang ku ajarkan? sampaikanlah agar ilmu pengetahuan yang kuberikan ini tak jadi sia-sia.

Aksa : Aku menyerapnya dengan baik rajaku. Ini pertama kalinya aku mengetahui arti dari setiap patung yang ada di dalam candi. Untuk perlambangan 4 dewa tersebut apakah Dewa Siwa sebagai perwujudan Sang HYANG TUNGGAL?

Sri Narendra : Jangan terjebak oleh nama. Kalau kau bertanya kepadaku maka ku jawab benar, karena memang di masa ini kami menyembah mereka sabagai perwujudan Sang Hyang Tunggal. Hanya saja patung-patung tersebut berfungsi sebagai simbol saja, doa dan sembah kami berikan lebih dalam dan jauh menembus alam vertikal yang tak pernah di ketahui manusia.

Saat Kami sedang asik berdialog, tiba-tiba muncul kilatan cahaya dari arah pintu utama. Tanpa diduga Haidar sudah berdiri di depan kami dan memasang kuda-kuda seperti siap berperang. Kilatan cahaya tersebut memancar terang dan perlahan mewujud.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya
LELUHUR KERAJAAN PURBA (Part 20) - PERTEMPURAN HAIDAR DAN LIVIYA - PEREBUTAN TAHTA PANGLIMA PERANG SANG RAJA

*****
Sebelumnya

close