BOCAH BOCAH AJAIB (Part 10)
JEJAKMISTERI - Jelitheng memang hanya mengamati saja, tetapi jika kakek tua itu melibatkan diri dalam pertempuran, maka secara langsung jelitheng pun turun tangan menandingi si kakek kakek itu karena memang menurut pengelihatan gus shidik orang ini sangat mumpuni, bukan tandingan aisyah dan kinanthi makanya gus shidik mengutus jelitheng agar mengikuti mereka berdua, selepas kinanthi dan aisyah pulang, kini jelitheng mengikuti gerak gerik kakek kakek itu dengan amat sangat hati hati karena dia ini juga sangat sensitif terhadap pergerakan pergerakan batin yang mengikutinya.
Berselang beberapa saat pergerakan kakek itu menghilang dari pengamatan jelitheng,, ternyata kehilangan jejak dalam gelapnya malam sambil terus memutari rumah tua si lasmini, jelitheng mencari keberadaan sang kakek itu tetapi tak mampu menembus gelapnya malam, hingga dia pun balik melangkah pulang dengan perasaan siapakah dia sebenarnya ?? berniat jahatkah ?? atau hanya sebagai orang sakti yang hanya kebetulan lewat dan melihat saja pertempuran antara kinanthi dan lasmini, sambil garuk garuk kepala ia tinggalkan pertanyaan itu di gelapnya malam berdendangkan suara serangga kegelapan berpesta porah menikmati hari.
Senyum kinanthi begitu terharu melihat anak semata wayangnya tertidur pulas dalam gendongan gus shidik seakan damai, seperti menemukan rasa aman yang teramat sangat dalam mimpi mimpinya, kinanthi pun mengambilnya seraya berkata,
"ga nakal kan ama kakek,, oh,, pinternya anak mama sayang, kakek tidak diompoli,, sambil menciumi nya berulang kali"
Lho,, mana si jelitheng kata gus shidik,, kini aisyah dan kinanthi saling beradu tatapan seakan ingin tahu kalau memang sejak dia datang keberadaan jelitheng memang tak ada, dan ingin bertanya seakan akan malu siapa yang akan memulainya terlebih dahulu.
"Emang dia kemana abah" kata aisyah.
"Dia tadi aku suruh menyusul kalian, kuatir terjadi apa apa pada kalian berdua" kata gus shidik.
Ooh,, kata kinanthi dan aisyah secara bersamaan,, dan nisa yang tadinya mengantuk langsung menimpali,
"kikuk kikuk" kemudian sambil memeluk mamanya dan memejamkan mata seraya pura pura tidur,, maka tertawalah gus shidik mendengar kata kata nisa barusan tadi,, hingga memerahlah wajah aisyah dan kinanthi tersipu malu saling perpandangan kembali merasa dikerjain.
Tak seberapa lama jelitheng datang membawa makanan ke sukaan nisa yang dipesan tadi sewaktu jelitheng meninggalkan rumah gus shidik, yaitu lima buah durian besar besar hingga menyengat hidung nisa dan langsung saja terbangun.
Langsung minta di bukakan dan ayu pun yang tertidur pulas mendengar kegaduhan kakaknya juga terbangun minta jatah seperti yang dilakukan kakaknya hingga membuat suasana rumah menjadi tawa yang meriah melihat jenakanya si nisa dan ayu dalam merebut makan durian yang memang menjadi kesukaan mereka berdua, sampai sampai papa jelitheng kewalahan dalam membuka durian tersebut satu persatu, kini malam hadirkan kesederhanaan rupa mukanya, menebarkan hembusan angin sepoi dalam biduk nuansa damai dan tenang ungkap semua misteri menjawab waktu yang terus berlalu.
Mereka semua sengaja menginap dirumah aisyah, ketika mereka terlelap gus shidik memanggil jelitheng untuk mengobrol berdua diteras belakang yang memang memiliki gubuk gubukan yang terbuka sepeti gazebo peristirahatan kalau kalau ada tamu tamu yang datang, gus shidik memberi wejangan jika memang sudah menjadi takdir langit suatu hari nanti bahwa jelitheng harus adil kepada mereka berdua yaitu aisyah dan kinanthi, dan itu membuat bingung si jelitheng, aisyah jelas jelas sudah bertunangan dengan si ganteng astana jakfar, sedang kinanthi sudah status istri orang, sambil garuk garuk kepala tak mengerti jalan bicara gus shidik, jelitheng plongak plongok kaya monyet kehilangan teman bermain bingung cara menjawabnya tentang penyampaian gus shidik, bahwa dia harus adil pada mereka berdua si aisyah dan kinanthi, disaat perseteruan dikepala ingin menjawab apa yang diomongkan gus shidik, tiba tiba gus shidik berkata ada yang datang tapi mengendap endap sepertinya tidak ingin diketahui, begitu gus shidik dan jelitheng datang untuk menghampiri ternyata nisa sudah lebih dulu berada di depan rumah seakan menantang siapa yang akan datang.
Nisa memang tidak mempan dengan ajian sirep sakketi, makanya begitu ada yang menebar ajian tersebut dia langsung terbangun dan melihat siapa yang akan datang tanpa di undang dengan menyirep seisi rumah tersebut, jelitheng pun menghampiri,
"Ada apa sayang" kata jelitheng,, ada kakek kakek dikegelapan sana ingin melihat lihat isi rumah ini,, gus shidik pun mengunakan suara dalam untuk mengundang datang ke rumahnya kepada kakek kakek tersebut untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya,, dan akhirnya kakek itu pun keluar dari kegelapan malam yang terpenuhi jelaga jelaga pekatnya, untuk menemui mereka bertiga, ternyata ketika terkena sorot lampu teras wajah kakek itu sangat menakutkan hingga nisa memegang tangan jelitheng tanda dia mengalami rasa takut pada kakek tersebut, tetapi tidak sembunyi hanya berpegangan tangan untuk rasa aman yang memang dalam jiwa masih anak anak walaupun dia sudah melihat jenis jenis setan yang menakutkan sekalipun.
Lalu gus shidik menanyakan perihal kakek tersebut mengapa datang mengendap endap dan menebar ajian sirep kepada rumahnya,, kemudian kakek itupun bercerita bahwa dia adalah bernama sogol kakek asli nisa dari sang bapaknya nisa amirudin yang konon meninggalkan amirudin waktu bayi agar terselamatkan dari amuk massa masyarakat di lereng senduro di kaki semeru, akibat ulahnya sendiri,, kakek itu pun mengisahkan perjalanan hidupnya,, dulu dia adalah sosok muda yang taat beribadah dan sangat santun kepada semua warga sekitar tengger dan senduro dengan nama sogol, dan diyakinin oleh warga setempat memiliki ilmu ilmu kanuragan yang sangat mumpuni hingga disegani teman maupun lawan, dia adalah tipe lelaki pendiam dan sangat menghormati adat istiadat daerah dimana dia tinggal dan juga memiliki wajah yang tak begitu tampan pada umumnya,, setiap jatuh cinta pada gadis idaman selalu kalah oleh yang lebih gagah nan tampan,, tetapi dia tak pernah putus asa dalam mencari cintanya, dia rendah hati tak pernah menggunakan ilmu ilmu untuk memikat hati perempuan yang di inginkan dengan pelet pelet yang dia kuasai, dia hanya mengandalkan murni keiklasan gadis idaman untuk mencintai apa adanya tanpa harus menggunakan ilmu yang dia punya.
Kegagalan dan kegagalan membuatnya mulai tak begitu memikirkan cinta, dan dia terus melatih ilmu ilmu tua yang sangat langkah di tanah jawa ini dengan serius hingga mencapai tahap tertinggi dalam semua ilmu yang dia punya.
Suatu hari ada gadis yang teramat cantik datang kekampungnya,, dia bernama murniasih konon katanya keponakan pak diro yang tak jauh dari rumah si sogol membuat mereka sering bertemu hingga membangitkan bunga bunga cinta hati sogol untuk bersemi lagi.
Murniasih pun tidak menyia nyiakan maksud genderang hati sogol, karena itu jelas terlihat dari tatapan mata si sogol yang begitu terpikat dengan kecantikan serta keramahan senyum murniasih bikin si sogol klepek klepek tak bisa tenang barang sekejap pun, merekapun menjalin cinta miskipun umur mereka terpaut jauh, penduduk desa setempat pun ikut gembira melihat si sogol mendapatkan pujaan hati yang sekian tahun selalu kalah dalam perburuan tambatan hati dengan yang muda muda nan gagah gagah.
Kini semua terkikis oleh hadirnya si murni dalam hidup si sogol, bahkan murni pun ketika datang banyak yang menyukai baik jejaka maupun duda karena memang murni gadis belia yang cantik dan ingin menetap didesa tersebut, sogol pun memanjakan murni bak bidadari surga, keinginan keinginannya selalu dipenuhi, hingga akhirnya si sogol memasang tarip dalam melakukan praktek perdukunan yang dulunya menolong dengan ikhlas kini bertarip mahal berkat ajaran murni, dan ini yang membuat murni semakin berkuasa atas semua kelebihan kelebihan sogol dalam hal spiritual, menjadikan sogol sapi perahan penghasil pundi pundi kekayaan yang kemudian dikirimkan kedesa asal murniasih terlahir, dan jika murni tersakiti oleh seseorang maka sogol disuruh meneluhnya yang memang bertentangan dengan hati kecil si sogol, jika tak dituruti maka murni akan mengancam untuk meninggalkan sogol dan berpaling kelain hati.
Itu yang membuat sogol selalu menuruti perintah murni, cinta telah mengalahkan logika dan nurani hati, sogol dulunya sang pengasih dan pemurah ini menjadi jiwa jiwa yang kalah oleh hebatnya cinta hingga menghalalkan segala cara agar istri cantiknya si murni bisa tersenyum gembira dan tidak meninggalkan dirinya.
Masyakat sekitar mulai tidak menyukai keluarga kecil si sogol dan murni,, jika praktek perdukunan si sogol lagi sepi maka murni menyuruh suaminya si sogol untuk meneluh orang orang terkaya di daerah sekitar dan jika sakit atau apalah maka mereka dipastikan akan berobat ke rumah sogol, karena memang dukun manapun tak akan sanggup menyembuhkan apa yang telah diperbuat sogol tak akan bisa disembuhkan oleh dukun manapun sekitar desa tersebut hingga pasti datang ke sogol untuk penyembuhan penyakitnya.
Sampailah amirudin lahir sang bapak nisa,, hingga kebutuhan semakin banyak dan memaksa sogol semakin menggila dalam mencari kebutuhan yang disuruhkan si murni, dia meluaskan pengaruhnya menantang semua dukun baik yang kelas teri maupun yang kakap dan semua dia kalahkan dengan sangat muda menjadikan mereka enggan membuka praktek perdukunan, dan semua pasien harus berobat ke sogol dan itu membuat dendam timbul dalam benak para dukun yang ditaklukan, menjadikan dendam kesumat seperti bara dalam sekam yang sewaktu waktu akan membakar mereka menjadi perhitungan tersendiri dikemudian hari.
Singkat cerita hari pembalasan pun tiba, seluruh para tetua dan dukun dukun yang pernah dikalahkan oleh sogol kini bersekutu menuntut balas di malam jum’at legi yang menurut mereka adalah hari apesnya si sogol, mereka mengepung rumah sogol dari segala penjuru, sogol yang meskipun sakti mandragunapun kewalahan menghadapi banyaknya pengeroyok, rumahnya dibakar, sang istri melarikan diri meninggalkan anak semata wayang amirudin dalam kobaran api yang begitu beringas melahap apa saja yang menjadi makanannya, akhirnya sang isti murniasih pun tewas di keroyok massa yang mengepung, sedang sogol sendiri bertarung menghadapi para jawara jawara yang juga sakti dengan lawan tak berimbang, banyaknya luka pada tubuh si sogol membuat dia terdesak masuk kerumah dalam keadaan terbakar, dengan maksud kalau pun harus mati bersama buah hatinya yang masih tak berdosa, setelah mengambil bayinya si sogol dalam keadaan terluka parah menerobos api membara dengan sisa sisa tenaga yang ada, entah dari mana datangnya sosok penolong yang tak lain tak bukan adalah pak diro, datang menyelamatkan mereka yang sudah diujung tanduk kematian, dan akhirnya membawa sogol yang terluka parah masuk kedalam hutan untuk menyelamatkan diri, hingga akhirnya sogol menyerahkan anaknya si amirudin untuk diasuh pak diro, sedangkan si sogol mengembara mengasingkan diri.
Sebelum berpisah pak diro berpesan kepada sogol untuk tidak membalas dendam atas kejadian ini dan menjadikan sebuah hikmah agar tak sampai terulang kembali.
Itulah kisah si kakek nisa yang sebenarnya dan datangnya dia berniat melihat nisa, jika dia mengendap dan menebar ajian sirep agar kedatangannya tidak diketahui musuh musuhnya yang dulu ingin membunuhnya,, dan ketika nisa dikelilingi orang orang yang berilmu tinggi menjadi ketakutan si kakek sogol ini, takutnya adalah orang orang yang berada disekeliling cucunya adalah orang orang yang ingin membunuhnya dulu, tetapi semua itu terbantahkan karena nisa berada ditangan tangan yang tepat terutama jelitheng yang merupakan terdekat dengan nisa dan mengajarkan tentang kebaikan kebaikan kepada cucunya selayak anaknya sendiri, dan sang kakek sogolpun meminta jelitheng agar mau menerima ilmu ilmu sang kakek agar kelak dapat diturunkan kepada nisa karena pada saat ini rasanya tak mungkin menurunkan langsung kepada si nisa dan jelitheng pun menyanggupi ditempat yang akan ditentukan nanti untuk menerima warisan itu.
***
Subuh telah menjemput malam sang kakek undur diri sambil mengelus elus kepala nisa yang masih menyimpan rasa takut, dan tetap memegang tangan jelitheng seakan berkata kata lebih yang tak bisa diungkapkan, sang kakekpun memahami apa yang terjadi hingga tak berlama lama singgah dirumah gus shidik.
Setelah sang kakek pergi nisa masih tetap memandang lekat lekat dalam kegelapan yang menelan sang kakek dipersimpangan jalan dalam keremangan pagi datang, dan satu persatu penguni rumah gus shidikpun bangun menunaikan ibadah bersama dalam syahdu pagi, diantara keremangan pagi kutilang bernyanyi membuka hari bersyairkan sabda alam raya berpantun tembang tembang kehidupan yang patut di syukuri semua umat ciptaanNya.
Jelitheng pun melanjutkan lelapnya di halaman belakang dan nisa pun mengikuti,, mereka yang ada dirumah merasa heran kenapa habis subuh jelitheng, gus shidik dan nisa melanjutkan lelapnya, mereka pun berpikir tadi malam mereka pasti memeragakan sesuatu hingga terlelap kembali di pagi hari ini, waktu cepat merayap pada hari, siangpun kini sudah datang pada hari yang cerah angin sejuk segar membawa berkah di siang ini.
Aisyah kedatangan tamu istimewa yaitu astana jakfar si ganteng yang kuliah di mesir yang tak lain adalah tunangannya sendiri, tetapi dia begitu tenang tak ada greget yang tampak di wajah aisyah, gus shidik kinanthi dan mamanya nisa menemuinya di ruang tamu, sedangkan jelitheng dan nisa masihlah tertidur di halaman bekalang yang di tunggui si ayu bermain sendiri menunggu kakaknya si nisa terbangun, setelah bangun nisa langsung membangunkan papa jelitheng dan merengek,
"Paa,,, laper pengen nasi pecel,," mereka bertiga pun keluar lewat pintu halaman belakang tanpa cuci muka atau pun mandi dulu, pergi mencari nasi pecel yang diminta si nisa, berjalan menyusuri kampung mencari makanan nasi pecel tanpa diketahui penghuni rumah.
Setelah menemukan sebuah warung nasi pecel jelitheng pun memesan tiga piring, dengan lahap mereka memakannya, keasikan makan mereka tak tahu kalau tiba tiba aisyah sedang melihat dan memperhatikan mereka makan tepat dibelakang jelitheng, nisa dan si ayu, dalam hati aisyah pun berguman,
"Bapak dan anak sama saja kalau makan gak ingat apa apa,,, hihihii"
Ehem ehem,,, aisyah mencoba mencari perhatian,, tepati tak satupun dari mereka jelitheng, nisa, ayu tak ada yang menoleh, terus asik menyantap makanan yang tersaji diatas meja,, hingga aisyah bersuara,
"Kalau gini caranya masakkanku dirumah gak laku nii,, pada makan disini rupanya,,"
Baru mereka mendengar suara aisyah jelitheng pun menoleh dan nyengir di ikuti nisa dan ayu nyengir pula dan aisyah bergabung makan sambil nyupain si ayu, yang memang sengaja dibiarkan oleh jelitheng makan sendiri hingga belepotan sana sini, membuat aisyah semakin gemes dengan si ayu yang mukanya penuh dengan nasi di seluruh pipi kiri dan kanan sambil senyum senyum sendiri.
Apa yang terjadi di rumah aisyah,, bukankah dia kedatangan tunangannya, dari jauh sengaja hanya untuk menemui si aisyah, ada apa sebenarnya,,??? kenapa dia malah mencari jelitheng yang sedang di warung makan bersama anak anaknya,,??? Ternyata dia sudah menyatakan kepada abahnya tempo hari tentang pembatalan pertunangan tersebut, dan dengan sengaja biar abahnya yang menyampaikan kepada si astana jakfar maksud dari pembatalan ini.
Muka jakfar pun pucat pasih mendengar penjelasan gus shidik tentang pembatalan pertunangan tersebut bagai tersambar halilintar disiang yang sejuk nan damai tapi tak sedamai hati si jakfar, karena aisyah membatalkan pertunangan sekaligus pernikahan yang menjelang, disaksikan kinanthi dan mama nisa, jakfar lemas tak berdaya diatas kursi dan mencoba menenangkan diri dengan tetap tegar menerima penjelasan penjelasan gus shidik.
Kinanthi pun terheran heran atas pembatalan pernikahan yang sudah menghitung hari dan mama nisa mempunyai jawaban sendiri,, bahwa jelithenglah jawaban atas pembatalan pernikahan tersebut, dimana aisyah telah memilih lelaki tepat dengan membatalkan pertunangan sekaligus pernikahan dengan astana jakfar dan memilih jelitheng yang item plus badung serta mempunyai keiklasan hati seluas samudra yang ada di belahan dunia ini.
Setelah jakfar pulang kinanthi mencari aisyah dikamarnya, dan ternyata tak ada ditempat, kemudian mencari ke halaman belakang, sampai akhirnya gus shidik menyuruh mencari di warung makan ujung jalan,, kinanthi pun menuju apa yang ditunjukan oleh gus shidik hingga beberapa saat menemukan mereka sedang bercanda di depan warung dengan asiknya,,
Mengetahui kinanthi yang sungut sungut karena lama mencari, malah begitu ketemu terus ditertawai, bukannya marah kinanthi malah ikut nyengir juga melihat anaknya dipangkuan aisyah dengan manja seakan meledek mamanya sendiri dengan bangga menampilkan wajah lucu nan imutnya ketika kinanthi datang.
Senja telah menimang waktu yang terus berjalan suasana rumah kian ceria ketika senyum aisyah mulai terkembang kembali seperti kembang kembang dihalaman depan begitu cantik nan anggun saat mekar semua, memberi warna harum pada sekitar yang tertiupkan oleh para anak angin yang berkejaran selayak bermain main.
Daun daun pohon bergoyang menari bersama sedang rerumputan mengikuti tarian mereka, perkutut dalam sangkar manggung begitu syahdunya melepas senja menuju peraduhan malam, gus shidik memanggil jelitheng untuk berbicara empat mata diruangan khusus tempat dimana gus shidik biasa memanjatkan doa doa dan berkomunikasi dengan semua hal ke gaib an.
Dalam ruangan itu beraroma wewangian cendana yang halus nan harum ada sebuah sajadah terbentang diatas karpet halus bernuansa timur tengah diruangan tersebut terasakan oleh jelitheng aura aura magis yang tinggi, jelitheng dan gus shidik duduk bersila berhadap hadapan, dalam pembicaraan yang tertangkap gus shidik berkata,
"Kamu harus menikahi aisyah malam ini, siap gak siap harus sekarang atau tidak sama sekali"
Jelitheng mendengar perkataan gus shidik yang langsung membicarakan tanpa membuka percakapan dulu membuat jelitheng tercengang dan berasa ditenggorokannya tersumpal makanan hingga dia seakan tersendak tak percaya apa yang barusan didengar telinganya.
"Hei gimana" kata gus shidik menepuk pundak jelitheng hingga jelitheng tersadar dari rasa tak percayanya tentang apa yang barusan di katakan gus shidik tentang pernikahannya dengan aisyah malam ini.
Dan jelitheng menjawab dengan mantap "Ya"
Dengan perasaan masih tidak percaya,, terdengar di luar ada tamu sepertinya nenek dari gunung penangungan berbarengan dengan gus sholeh, tak lama berselang datang pula para kyai kyai dari tebu ireng yang rumahnya masih disekitar kota malang, kemudian gus shidik mengajak keluar jelitheng untuk menemui para tamu yang hampir bersamaan datangnya.
Kini yang datang adalah kakek sogol bercaping berpakaian putih putih berdiri di luar rumah, jelitheng menemuinya bersama mama nisa, dan nisa lalu jelitheng meninggalkan mereka, cucu, anak mantu, dan sang kakek melepas kerinduan, kemudian berdatangan pula para jin jin dari sekitar kota malang yang menjadi para santri gus shidik termasuk yang dari gunung arjuna, kapan hari diperkenalkan kepada jelitheng waktu pencarian "makam wasiat iblis" bersama dua putri cantik cantiknya yang di goda jelitheng pada waktu itu.
Malam pun merambat pelan pelan semua sepertinya sudah hadir dan tidak diketahui oleh jelitheng sebelumnya, itu semua rencana gus shidik yang meminta bantuan santri santri gaibnya dalam menebar undangan ke orang orang terdekat,, nenek penanggungan yaitu nenek ratih tertawa menampilkan deretan gigi yang sudah jarang jarang nan menghitam sana sini melihat jelitheng berpakaian rapi sedikit,, tampaklah kini aisyah begitu anggunnya berpakaian kebaya jawa yang diriasi oleh kinanthi sendiri, kini mereka berdua dinikahkan oleh gus shidik disaksikan kerabat kerabat terdekat mereka juga disaksikan para mereka dari alam gaib,, begitu kidmat nan sakral ijab kabul malam ini, sederhana tanpa kemeriahan tetapi tetap beraura roman roman dewa dewi cinta.
Setelah mereka berdua di nyatakan sah menjadi suami istri jelitheng dengan gemuruh di dada yang mengunjang, bagai gelombang samudra menuju pantai pantai ranum nan mempesona mengecup untuk pertama kali kening aisyah dengan mesra dan aisyah menitikkan air mata, bahagia bisa memiliki imam yang begitu ikhlas nan bersahaja ketika menghadapi ujian ujian hidup dengan tetap tersenyum walau kenyataan itu pahit, sabar dan telaten dalam merawat serta menjaga anak anaknya meski itu bukan darah dagingnya sendiri seperti nisa, alif dan lain lainnya, rasa kini tertumpah dalam wadah suatu ikatan petalian cinta, meronakan hari hari selanjutnya dengan bersama sama di biduk rumah tangga sebenar benar adanya, dunia telah menjawab penantian, takdir sudah berkehendak diatas bahagia, keceriaan terlihat di hati mereka berdua, nenek ratih terus mentertawai jelitheng dengan gurauan gurauan parikan yang membuat seluruh diperhelatan pernikahan sederhana itu menjadi semakin meriah.
"Ono kodok mlaku mlaku nang pinggir kali, jelitheng elek bojone ayu sekali" (ada kodok jalan jalan di pinggir kali, jelitheng jelek istrinya cantik sekali) dan itu membuat hadirin ger geran semua..
Gus sholeh menimpalin,
"Makan roti gosong nan item,, minumnya susu madu, jelitheng item istri nya aisyah ayu"
bertambahlah mereka tertawa bergemuruh dalam ruangan itu karena hari ini hari dimana jelitheng dikeroyok oleh para orang orang terdekatnya untuk di jahilin dimana dia sudah tidak bisa berkelit atau melarikan diri.
Kini gus shidik memberi isyarat agar acara peloncoan untuk jelitheng dihentikan dan mempersilakan para hadirin menikmati sajian seadanya.
Dalam keramahan malam itu si kunto hadir membawa anak menantunya seorang gendruwo bule, dia memang lain dari yang lain lebih tinggi dan besar dan berbulu keputih putihan sedikit kumel matanya biru laut samudra bernama joeshant kata si kunto, tetapi melihat keramaian yang terjadi dan di huni oleh orang orang yang mumpuni maka kunto lebih memilih cepat pergi dikuatirkan anak menantunya yang belum mengenal siapa siapa di tanah jawa, bisa membuat kerusuhan diperhelatan pernikahan sederhana teman beratnya kang mas jelitheng, dan jelitheng mengerti maksud itu.
Malam semakin melarut sebagian para tamu yang datang mulai pulang undur diri nenek ratih bercengkrama bersama gus shidik, gus sholeh, kakek sogol, beserta para santri gaib diteras depan dan yang lainnya masih berbincang di ruangan tengah, aisyah dan jelitheng duduk bersama ayu dan nisa, ayu pun sudah terlelap dipangkuan aisyah sedangkan nisa bergelayut dipundak jelitheng, sedang kinanthi dan mamanya nisa serta di bantu beberapa tetangga membersihkan ruangan dari piring gelas, kini aisyah mengendong ayu mengajaknya bersama jelitheng juga nisa kehalaman belakang di gubuk terbuka beratapkan ijuk dan menidurkan mereka disana agar kamar kamar yang tersedia ditempati untuk yang tua tua, setelah menidurkan nisa dan ayu, jelitheng memegang tangan aisyah dikecupnya kening itu cantik itu sekali lagi, dan aisyah hanya pasrah sambil menggenggam erat jemari jelitheng seakan akan enggan terlepaskan, bintang gemintang bertaburan angin sepoi membawa kesejukkan bahagia, peluk hati tumpahkan rasa di bersatunya dua hati saling mencinta di jalinan kisah kasih asmara damai indah menyatu, benang benang kusut yang membelit hari, kini sudah melepas diri, ayat ayat rindu bertumbuh menabrak dinding sendi kehidupan sekarang bebas hambatan indah memang pada waktunya, jelitheng kini duduk berdampingan dengan aisyah berpegangan tangan seperti semua sudah di halalkan, dia sandarkan kepala pada pundak jelitheng sesekali melihat wajah sang suami dan lalu tersenyum, mengenang semua perjalanan hidup mereka berdua sampai akhirnya menyatu dalam bingkai dua hati di cerita kehidupan ini.
Malam semakin menunjukkan jati dirinya jelitheng dan aisyah tidur bersama dua anak anaknya di halaman belakang, tidak selayaknya penganti baru tidur diluar, tetapi itulah mereka mengutamakan para tetua dan tamu untuk tidur di kamar miliknya, kinanthi pun melonggo melihat mereka berdua ketika melihat anak semata wayangnya terlelap bersama aisyah dan jelitheng begitu terharu sampai dia berlinang bahagia melihat keiklasan mereka dalam menyanyangi si ayu juga nisa, nenek ratih dan gus sholeh berguman hampir bersamaan,
"Cah gendeng"
Sambil tersenyum setelah melihat jelitheng dan aisyah tidur di luar, gus shidik hanya berguman,
"Gak salah aku menjadikan dia mantu"
Sambil tersenyum dan berlalu, namun dihati kecil kinanthi ada rasa bahagia sekaligus cemburu orang yang pernah dia cintai kini menjadi suami aisyah, sosok yang membuahkan anak semata wayangnya walau terjadi secara tidak sengaja tanpa diketahui jelitheng menurut kinanthi, tetapi lain halnya dengan jelitheng dia telah mengetahui kalau i gusti ayu cahyaning ati adalah anaknya dari pembaritahuan gus shidik dan aisyah pun mengetahui juga, lalu ditepisnya rasa cemburu itu jauh jauh dalam hati, dia yakin aisyah akan menjadi yang terbaik untuk jelitheng dalam biduk rumah tangga nanti.
Kinanthi pun berbisik kepada aisyah lewat mimpi dan lelap tidur, "sisakah satu tempat untuku bila saatnya nanti, aku akan hidup bersama kalian kelak nanti jika kau merestui"
kemudian dia pergi meninggalkan mereka yang memang terlelap di gubuk terbuka halaman belakang, aisyah yang mendengar ungkapan hati kinanthi hanya tersenyum dan diam dan melanjutkan talian mimpi bersama jelitheng dan dua anak anaknya.
"DULUR KETEMU GEDHE GAWE SAK LAWASE"
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya