Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BOCAH BOCAH AJAIB (Part 12) - Kerajaan Jin Hutan Pantai Utara

JEJAKMISTERI - Tepian hutan pantai utara begitu sepi dan lengang hanya suara angin yang berdesir dan kicau burung yang terdengar pak kariman begitu telaten menjaga dua jasad terutama jasad anaknya yang sudah hampir dua minggu tinggalkan sukmanya dan sesekali mengamati jasad gus shidik seperti layaknya orang bertapa, mereka bertempat di dalam sebuah gua hingga begitu aman dari gangguan yang ada, tiba tiba ada hembusan angin di ikuti kelebatan bayangan putih dan bau harum menyebar, pak kariman tersentak kaget ketika yang datang bukanlah gus shidik melainkan tiga sosok lelaki paruh baya yang tak dikenali sebelumnya, hingga dengan sedikit gagap dia bertanya, "Si...siapa,, kaa..kkaalian" yang ditanya hanya diam dengan wajah wajah serius dia perlihatkan, setelah mengembalikan sukma bagas sholeh pati kepada jasadnya kyai panglima borneo, mengusap seluruh tubuh bagas sholeh pati, dan kini bagas sudah mulai terbatuk batuk dengan kondisi sangat lemah, maka sesuai perintah gus shidik sebelum melepas sukma,
"Jika nanti sukmanya telah kembali minumkan madu ini agar cepat pulih" tetapi tubuh pak kariman masih gemetaran melihat sosok yang hadir di hadapannya bukanlah gus shidik melainkan sosok lain yang tak dikenali sebelumnya.


Panglima borneo duduk bersila sambil melihat tangannya yang kian menebar bara sudah sampai ketiaknya, panglima fatahillah dan panglima andalas duduk membelakangi dengan telapak tangan di kedua pundak panglima borneo,

"Tahan kang mas" kata panglima fatahillah, ternyata kedua panglima itu mengobati luka yang di derita oleh panglima borneo, dan pak kariman dengan sedikit takut dan gugup menghampiri anaknya untuk meminumkan madu sedok demi sendok kemulut bagas sholeh pati dengan terus berucap.

"Alhamdulillah kanjeng gusti" berkali kali, tak seberapa lama tangan panglima borneo yang membara kini telah padam meninggalkan bekas hitam melegam pada tangan kanannya.    

Dalam beberapa hari ini mereka berkumpul ditepian mulut gua sambil memulihkan tenaga dan tangan yang menghitam dari panglima borneo, serta mengawasi perkembangan bagas sholeh pati yang mulai berangsur angsur pulih,, dengan rencana akan di ajak kembali ke dalam dunia kerajaan jin setiba datangnya jelitheng dan aisyah untuk membebaskan gus shidik yg masih dalam kekangan para jin di kerajaannya.

Setelah berselang beberapa hari berada di tepian hutan laut utara banyak anak buah dari ketiga panglima berdatangan, mereka bersiap masuk dalam peperangan yang terjadi di kerajaan jin tersebut, sambil menunggu jelitheng dan aisyah sepulang dari tanah suci.

Kerajaan jin hutan pantai utara dulunya tenang tanpa peperangan, mereka hidup damai selayaknya kita umat manusia yang selalu rukun saling mengasihi selayaknya kehidupan yang berlaku bagi manusia seperti kita, mereka juga mempunyai tingkatan tingkatan dalam pemerintahannya, ada rakyat, ada pemimpin, hidup rukun dan para pemimpinnya selalu berlomba lomba ingin mensejahterakan rakyatnya, agar selalu makmur tidak kekurangan apapun, dalam pedoman kerajaan jin tersebut adalah pemimpin harus melayani, mengayomi, memakmurkan, dan menjaga keselamatan rakyatnya, agar senantiasa adil merata sejahtera bahagia selalu, miskipun dalam istananya banyak bertahtakan perhiasan dan benda benda unik nan keramat, tetapi itu semua adalah milik rakyat yang di simpan sebagai bentuk benda berharga yang sewaktu waktu ada kejadian yang dirasa sebagai bentuk keretakan dan gangguan, maka benda benda itu akan di keluarkan dari istana sebagai bentuk keperluan yang di peruntukannya, sebagai contoh ada kejadian yang menimpah rakyat  jin dari gangguan bangsa manusia seperti penebangan pohon yang sembarangan, padahal pohon itu adalah rumah dari masyarakat jin,, secara tidak langsung mereka terganggu, dan inilah tugas dari para pemimpinnya untuk mengamankan daerah pemukiman masyarakatnya, melalui kontak kontak menganggu pengganggunya, semisal terjadinya kesurupan masal, mendatangi lewat mimpi dengan memberi peringatan atau penampakan penampakan lainnya bersifat menakuti, agar daerah pemukimannya tidak di tempati.

Hari ke hari kesehatan tubuh kasar dari bagas sholeh pati semakin pulih, dengan sedikit bantuan dari para kyai panglima yang menyelamatkannya bagas sholeh pati diangkat sebagai murid mereka, para kyai panglima satu persatu memberikan ilmunya kepada bagas sholeh pati dan di serapnya dengan begitu cepatnya tanpa masalah, jika seseorang yang punya kemampuan biasa biasa saja akan bisa menyerap sebuah ilmu bisa puluhan tahun maka bagas sholeh pati menerimanya dengan hitungan beberapa hari sekaligus dari ilmu itu semua, setelah menguasai semua ilmu yang diturunkan oleh para kyai panglima bagas sholeh pati kian digdaya, kemampuannya dalam benaknya cuman satu mengambil sukma pamannya yaitu gus shidik yang masih tertinggal di kerajaan jin hutan pantai utara.

Sosok bagas sholeh pati adalah anak yang telah tumbuh menjadi pemuda belasan tahun berkulit sawo matang seperti jelitheng tetapi lebih manis karena mempunyai dua lesung pipi yang ganteng jika tersenyum, tinggi tegap serta pandangan mata begitu tajam, tak bisa di ceritakan lagi kelebihannya karena memang tak bisa di nalar dengan nalar kemampuan manusia rata rata, singkat kata dia adalah sosok yang terlahir dengan kemampuan luar biasa sejak terlahir, sampai sampai bangsa jin kepincut ingin menjadikan panglima sekaligus raja di kerajaannya.

Eyang kyai panglima kapan kita berangkat menjemput paman shidik "kata bagas" disela sela sengang mereka semua,,

"tunggu anaku, tunggu satu dua hari ini kakangmu jelitheng akan datang dialah yang akan memimpin kita ke dalam kerajaan jin itu untuk menjemput kyai shidik" jawab kyai fatahillah.

"Dan ingat anaku jangan gegabah dalam menurunkan tangan jahat nanti, tenanglah, jangan ikuti hawa nafsu mudamu untuk membasmi semua bangsa jin itu, karena mereka juga bangsa ciptaan gusti Allah taa’ala sama seperti kita" kata kyai andalas.

"Injje eyang" kata bagas sholeh pati  menunduk.

Karena memang di dalam hatinya mulai membara sekam dendam yang sudah di ketahui oleh para kyai panglima untuk diredam, miski tangan panglima borneo masihlah menghitam tetapi beliaulah yang secara telaten menyalurkan hawa murni kepada tubuh gus shidik agar selalu segar walau tinggalkan sukmanya, sedangkan kedua panglima lainnya memberi tauladan dan wejangan wejangan kepada bagas sholeh pati agar tak mudah tersulut bara dendam, dimana memang dia ini telah menerima juga ilmu ilmu para guru jin sewaktu sukmanya diambil dan di gembleng alam istana batu para jin di hutan laut pantai utara, dalam benak para panglima bagas sholeh pati inilah nanti di gunakan sebagai senjata untuk memporak porandakan kerajaan jin, apabila gus shidik tetap bersih kukuh di jadikan tawanan di kerajaan sana, karena bagas sholeh pati telah menguasai hampir semua ilmu yang di turunkan oleh para guru dan panglima jin hutan pantai utara terutama yang bernama kalamordan dan karbabala, belum lagi ilmu dari patih werik jabo durga yang paling sakti diantara mereka.

Hari yang di tunggu tiba I gusti ayu kinanthi maharani telah berada di rumah aisyah menunggu kepulangan jelitheng, aisyah, nisa dan I gusti ayu cahyaning ati dari tanah suci, tetapi yang di temui hanyalah sang penjaga rumah yaitu mbok karni dan kinanthi pun menanyakan keberadaan gus shidik,,

"Mbok abah kemana kog gak kelihatan,," kata kinanthi.

"Abah pergi sudah dua minggu sejak mbak aisyah dan mas jelitheng pergi,," jawab mbok karni.

"Pergi kemana mbook,," kata kinanthi lagi.

"Gak tau non,, tapi nitip surat di kamar pribadinya katanya biar mas jelitheng atau mbak aisyah yang baca,,"

"ooh,," jawab kinanthi yang mulai cemas dari apa yang di jawabkan oleh mbok karni, kemudian kinanthi memasuki kamar tamu mencoba istirahat sehabis perjalanan jauh dari tanah dewata, tetapi pikirannya mulai tidak tenang, dia keluar dari kamarnya, lalu telapak tangannya dia rentangkan menyentuh tembok dari kamar gus shidik untuk mencari bayangan apa yang di munculkan di matanya,, dan seketika dia berguman sedikit keras,,
"Waduh ciloko,," dan perasaan tidak tenangpun mulai menghampiri benaknya.

Berselang tiga hari tepatnya jelang malam jelitheng dan aisyah tiba bersama kedua anaknya dan didalam rumah sudah menanti kinanthi, mama dan papanya nisa khoirunisa yang menyambut kepulangan mereka, disambut dengan keceriaan dan saling berpelukan, terutama kedua anak anak itu langsung berhambur pada mama mereka masing masing, tak lama berselang itu jelitheng merasakan kehadiran sosok yang dia kenal sebelumnya yaitu kyai penjaga makam wasiat iblis tak lain dan tak bukan adalah panglima fatahillah, yang telah menurunkan beberapa ilmunya kepada jelitheng,

"Assalamuallaikum kyai" jelitheng berucap.

"Wllaikum salam warokmatulloh wabarokkatuh,," jawab kyai panglima.

Aisyah pun ikut menghampiri,, jelitheng memperkenalkan bahwa kyai yang datang ini adalah sahabat dari dari abah shidik, seketika aisyah langsung masuk kedalam rumah mencari keberadaan dari abahnya, dan mbok karni memberikan sepucut surat,, sambil menerima surat aisyah bertanya kepada mbok karni,,

"Emang abah kemana mbok,,"
"Pergi mbak sehari setelah mbak dan mas jelitheng pergi,," jawab mbok karni.

Dengan perasaan was was aisyah membaca surat tersebut dan lari keluar dengan perasaan tak karuan menghampiri jelitheng yang sedang berbicara serius dengan kyai panglima,

"Kang abah, kang,, ini coba baca,,“ kata aisyah dengan raut hampir menumpahkan air mata.
"Iya ini kyai panglima sudah menceritakan semua kejadian yang terjadi,," jawab jelitheng.

"Tenang aku yakin abah bisa menjaga diri disana"
Sambil mendekap aisyah dan mencium kening istri tercinta itu jelitheng mencoba menenangkan hati aisyah, dimana  air mata sudah tumpah di dada jelitheng kawatir dengan apa yang sudah menimpa abahnya.

Hening menyelimuti malam, sayup sayup burung malam nyanyikan tembang sunyi, udara lembut menghembuskan nafasnya beriring tarian daun daun yang tersampaikan, biduan serangga masih suka kerap berpesta mengkirap malam akan ketenangan sabda sabda keheningan, rembulan masihlah sama seperti kemarin kemarin pucat pasi menebar janji diantara keremangan alam ini.

Kegelisaan aisyah membuat jelitheng memutuskan berangkat malam itu juga bersama istrinya menuju tepian hutan pantai utara,

"Mas aku ikut.." kata kinanthi.
"Anak mu,," kata jelitheng.
"Biar sama mbak tantri dan nisa"
"Paaaa,,, ikut,,," rengek nisa.
"Sudah jangan ikut,, temani adik, jaga baik baik sama mama,, yaa,, ga boleh cengeng,, jaga adik,," kata jelitheng dengan tegas.

Bikin nisa mengkeret diam murung, dan akhirnya jelitheng aisyah dan kinanthi beserta kyai panglima berangkat menuju ke tepian hutan laut utara dengan kendaraan sapu angin milik kyai panglima seperti ketika itu membawa jelitheng berkunjung kemakam wasiat iblis,, dimana disana telah menunggu panglima andalas, panglima borneo, bagas sholeh pati dan beberapa murid jin dari para panglima.

Jelang tengah malam mereka berempat telah tiba disambut oleh panglima andalas, panglima borneo dan bagas sholeh pati, mereka saling berucap salam dan saling berkenalan satu sama lain yang memang jelitheng, aisyah dan kinanthi baru mengenal mereka kecuali jelitheng yang telah mengenal terlebih dahulu panglima fatahillah dari gus shidik, dari dalam gua keluarlah pak kariman langsung memeluk aisyah ponakannya sambil sesunggukan menahan tangis, bikin aisyah ikut menangis pula,,

"Maafkan paman nak,, gara gara paman dan bagas abahmu belum bisa kembali pada jasad nya,,"

Aisyah pun masuk kedalam gua yang diterangi oleh ribuan kunang kunang mengelilingi seluruh ruangan untuk menerangi jasad gus shidik yang memang mereka adalah para santri gus shidik dari golongan jin, sengaja datang memberi penerangan karena memang mereka ditepian hutan jauh dari penerangan desa terdekat.

Jelitheng pun membuka pembicaraan, mohon petunjuk kepada panglima bertiga tentang keadaan alam kerajaan jin tersebut.

"Bagaimana kyai keadaan disana, apakah kita bisa masuk sekarang"
"Sebentar lagi nak mas, biar aisyah berbicara dulu dengan abahnya karena mereka berdua bisa komunikasi dengan batin anak dan bapak,," kata panglima borneo.

Aisyah memang mendekat di sebelah abahnya duduk berhadap hadapan sambil mengurai air mata dia pusatkan pikiran dan berbicara dengan abahnya,, setelah beberapa lama dia memanggil jelitheng.

"Kang mas abah mau bicara kepada kang mas" panggil aisyah ke jelitheng.

Jelitheng pun masuk kedalam gua duduk di sebelah aisyah dan mengadakan kontak langsung dengan sukma gus shidik yang tertawan di kerajaan jin hutan pantai utara.

"Anaku jelitheng masuklah dari sisi timur jelang pagi dan biarlah bagas sholeh pati dan panglima yang menjemputku, sedangkan kau dan aisyah temui patih werik jabo durga di istananya sebelah timur gunakan kepandaianmu untuk bersahabat, jika dia  ingin mengajak bertarung perlihatkan tasbihmu,, karena dahulu dia patih werik durga pernah kapok dan jera ketika di ikat dengan tasbih kyai ampel yang kau miliki,,"

"Injje abah" kata jelitheng dan segera bangkit memberi tahu para panglima dan bagas sholeh pati, apa yang telah di sampaikan oleh gus shidik kepada jelitheng.

Jelang pagi setelah sholat subuh berjama’ah mereka bergerak masuk dengan jasad kasar, bukan lagi melepas sukma seperti yang dilakukan gus shidik pertama kali masuk ke kerajaan jin hutan pantai utara, ini di karenakan bagas sholeh pati yang bisa membuka tabir dari kerajaan tersebut, sebab bagas sholeh pati merupakan raja jin yang diangkat dari golongan manusia, dan telah di gembleng oleh para guru dan panglima jin untuk memenangkan peperangan yang kemudian diambil oleh gus shidik untuk dikembalikan pada jasadnya, jadi kini dia bisa membuka tabir itu dengan leluasa, mereka masuk menjadi dua kelompok jelitheng, aisyah dan kinanthi memasuki istana patih werik durga dan para panglima serta bagas sholeh pati langsung menuju tempat istana dimana gus shidik tertawan.

Melihat bangsa manusia bisa menembus istana patih werik durga para penjaga dan hulubalang, senopati datang mengurung ketiga manusia itu yaitu jelitheng, aisyah dan kinanthi, dengan perasaan heran, dan juga kagum, bahwasannya ada manusia yang sanggup menembus atau membuka tabir alam kerajaan mereka dengan jasad kasarnya, senopati wana keling langsung berteriak lantang,

"Wahai bongso manungso ono opo kowe mlebu nang istana iki,," (wahai bangsa manusia ada apa kamu masuk ke istana ini)

"Aku kepingin ketemu patihmu patih werik durga" (aku ingin ketemu patihmu, patih werik durga) jawab jelitheng.

Aisyah dan kinanthi sudah mencium gelagat akan ada pertempuran gaib dengan mereka yang menghadang, hingga mereka berdua diam diam menyiapkan sesuatu jika memang terjadi perkelahian dengan mereka, tiba tiba mata sang senopati dan para hulubalang menyala merah semua tanda amarahnya bertegangan tinggi karena jelitheng langsung menyebut patih mereka dengan sebutan langsung patih werik durga bukan dengan sebutan baginda patih raja werik jabodurga dan itu membuat mereka tersinggung karena patih mereka merasa di rendahkan, seketika sang senopati wana keling memberi isyarat menyerang kepada mereka bertiga, tetapi yang diserang hanya diam saja, dan ketika serangan itu datang mereka para penyerang langsung mental terlempar meraung kesakitan ketika senjata senjata mereka menyentuh aisyah, kinanthi dan jelitheng, karena memang aisyah dan kinanthi melingkari tempat berdiri mereka dengan pagar gaib api,, jadi siapa pun dari jenis bangsa jin atau setan jika berani menyentuh pagar gaib api ini dipastikan akan tersengat aliran listrik yang akan terbakar dan musnah jika di paksakan.

Sementara itu bagas sholeh pati merengsek masuk bersama dengan para kyai panglima ketempat dimana gus shidik terkurung, para penjaga melihat bagas sholeh pati masuk tak ada yang berani menghadang karena telah menganggap sebagai raja mereka, jadi tanpa hambatan mereka menuju tempat gus shidik berada, dimana di situ sudah ada para guru dan panglima,,

"Hai guru karbabala dan panglima suto wana geni,, bebaskan pamanku kyai shidik, karena akulah rajamu telah datang,," kata bagas sholeh pati, dan seketika itu ketiga kyai panglima masuk menyatu kedalam tubuh bagas sholeh pati agar tersamarkan keberadaan mereka, juga wujud dari bagas sholeh pati pun telah berubah menjadi sosok raja jin kecil yang bertampang mengerikan, tampak taring tajamnya menyeringai rambut gimbal terurai panjang dan di punggungnya keluar gerigi yang tajam tajam, matanya besar nan merah serta keluar ekornya selayak ekor seekor singa, kuku kuku tangan dan kaki menjulur tajam, memegang cemeti atau cambuk seekor naga, ketika di letupkan keluar semburan api  memanggang, guru karbabala pun tertawa,

"hahahahaa selamat datang kembali raja kecilku,," kata karbabala.

"Tunggu dulu tuan rajaku, apakah kau bisa mengalahkan para guru dan panglima disini sekaligus,, jika kau bisa mengalahkan kami barulah kau memang rajaku, dan paman mu aku akan bebaskan,, hahahahaa “ kata karbabala lagi,,"
"Haayoo sapa takut.." bagas menjawab.

Pertempuran tak seimbang pun terjadi bagas sholeh pati di keroyok para guru dan panglima, tetapi di dalam tubuh bagas sholeh pati sudah bersemayam ketiga panglima yang sakti sakti mandraguna ditambah dengan kemampuan bagas yang telah menyerap ilmu ilmu pamungkas dari para guru dan panglima jin serta dari ilmu ilmu para kyai panglima sendiri, hingga meski di keroyok para guru dan panglima jin tak masalah bagi diri seorang sosok bagas sholeh pati, cemeti atau cambuk naga berputar putar bagai halilintar membelah bumi menggelegar menyapu seisi istana, membuat para guru dan panglima sibuk menghindar kesana kemari dari terjangan cemeti naga tersebut, yang sebenarnya telah di susupi oleh panglima fatahillah dengan pedang baginda ali yang kesohor itu, para guru dan panglima jin tak di beri sedikitpun kesempatan menyerang, dalam ukuran jumlah mereka menang tetapi tak sanggup menyentuh apalagi mendekat pada diri bagas sholeh pati  mereka terus menghindar dan menghindar dengan perasaan giris melihat kehebatan dari cemeti dari bagas sholeh pati, para prajurit yang menonton pun ikut tersambar langsung hangus pindah warga negara dari warga negara alam gaib menjadi warga negara neraka dengan jeritan mengerikan menyayat pilu.     

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close