Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BOCAH BOCAH AJAIB (Part 13 END) - Kerajaan Jin Hutan Pantai Utara

JEJAKMISTERI - Hawa panas menyelimuti seluruh ruangan, istana dimana tempat gus shidik tertawan menjadi porak poranda, rata tersapu cemeti sakti dari bagas sholeh pati, sampai akhirnya teriakan guru karbabala lantang tanda menyerah,,


"Sudah.. sudah cukup aku mengakui kehebatanmu wahai sang paduka raja kecilku,,"

Dan teriakan itu menghentikan murka dari sosok bagas sholeh pati yang terasuki tiga panglima itu,,

"Sekarang serahkan sukma pamanku" maka di keluarkannya gus shidik dari peraduan dimana beliau di sekap, oleh salah satu panglima bernama kalamordan.

Gus shidik tersenyum ternyata muslihatnya berjalan lancar, jika sukma bagas sholeh pati tidak di kembalikan pada jasadnya, maka dia akan tetap terpengaruh dari hal hal buruk dari para jin itu, dan akan berubah menjadi raja jin sejati, dan sukmanya tidak akan pernah kembali dan jasadnya akan mati.

Seketika itu panglima borneo keluar dari tubuh bagas sholeh pati dan membawa keluar sukma gus shidik untuk selekasnya di kembalikan pada jasad kasarnya agar dapat pulih kembali dengan cepat, dengan secepat cahaya hilang menuju alam dimana jasadnya berada.

Bagas sholeh pati, kemudian berbicara kepada guru karbabala dan dan panglima jin kalamordan,,
"Guru karbabala dan panglima kalamordan apa yang harus ku lakukan  saat ini,,"

"Kita kirim tantangan kepada raja musuh untuk perang tanding siapa yang menang dialah sang penguasa biar rakyat tak menjadi korban dalam peperangan yang terjadi" kata panglima kalamordan.

"Setuju" jawab guru karbabala.
"Bagaimana nak mas bagindaku raja" kata guru karbabala lagi kepada bagas sholeh pati.

"..aku setuju dengan usulan guru dan panglima" jawab bagas sholeh pati. Dan seketika panglima mengirim utusan kepada raja musuh yang sebenarnya adalah masih wilayah hutan pantai utara juga entah apa yang terjadi hingga menimbulkan peperangan selayak perang saudara ini.

Sementara itu jelitheng, aisyah dan kinanthi terus menghalang halangi keluarnya patih werik jabo durga menuju tempat huru hara yang di lakukan oleh bagas sholeh pati agar tidak ruyam strategi yang di instruksikan gus shidik kepada jelitheng, karena memang pati werik jabo durgalah yang paling berubah ubah tabiatnya, juga paling sakti diantara para bangsa jin penghuni hutan pantai utara.

Kini jelitheng, aisyah dan kinanthi di hadapkan sosok patih yang wajahnya sangat amat mengerikan, tinggi besar bersenjatakan godho wesi kuning dengan tampilan menyeramkan,,

"och,ooch och,, ono bongso menungso wani wani teko istanaku kene,, bioh, bioh,, prajuritku wes podo ora iso nyekel kabeh,,, och och och" (och och och,, ada bangsa manusia berani berani datang di istanaku ini,, bioh bioh,, prajuritku tidak bisa menangkapnya) kata patih jabo durga. Dengan wajah menyingai dan mata memerah menyala tanda bahwa dia telah murka, akan menyerang keberadaan jelitheng, aisyah dan kinanthi dengan godho wesi kuningnya,,

Jelitheng kemudian dengan cepat mengeluarkan tasbih cendana kyai ampel untuk di rentangkan membentuk sebuah lingkaran yang mulai menyala nyala menebarkan bara,, dan seketika itu patih werik jabo durga mengurungkan serangannya kepada jelitheng,,

"Wele wele ladalaaa sopo kowe cah ireng.." kata patih.
"Aku jelitheng anak mantune gus shidik" (aku jelitheng anak mantunya gus shidik) jawab jelitheng.

"Wele wele aku ra percoyo kowe" (aku gak percaya kamu)
Jelitheng hanya senyam senyum dan mulai memusatkan tenaga pada kedua telapak tangannya untuk disalurkan kepada tasbih cendana untuk di lepas dulu ke patih werik jabo durga, dan tasbih itu sudah melayang layang mencari mangsa untuk diikat..

Sementara patih werik jabo durga tahu kehebatan dari tasbih cendana kyai ampel, seketika mengurungkan serangannya dan tunduk berlutut dihadapan jelitheng,
"ku ngabdi, ngestu podo, andasih, lan kawulo tadah mustoko karo kowe cah ireng,," (Ngabdi artinya mengabdi atau siap melayani, ngestu artinya berhutang budi, andasih artinya siap berkorban, dan kawulo tadah mustoko berarti semua kawulo tidak mendua, atau patuh) kepada jelitheng.

Kini mereka semua tunduk dengan apa yang di perintahkan oleh sosok cah ireng bernama jelitheng.

"Ayo saiki nemui rajamu sing wes masuk nang istana poro guru,," (ayo sekarang nemui rajamu yang sudah masuk keistana para guru) kata jelitheng.

"Sumonggo" jawab patih werik jabo durga,, tetapi bagas sholeh pati kini sudah di depan pelataran istana patih werik jabo durga menunggu kalau kalau jelitheng mendapat masalah dari patih werik durga, merekapun berangkat ke arena pertempuran dimana di sana telah menunggu raja sakti mandraguna yang konon mempunyai seribu nyawa bernama raja di raja daniswara kala dewa cengkar berperawakan kecil tetapi kesaktiannya selevel patih werik durga, bahkan sang patih pun tidak menang tidak kalah meski bertarung berbulan bulan dengannya.

Di arena laga kini berhadap hadapan antara bagas sholeh pati yang menjadi raja dengan raja di raja daniswara kala dewacengkar, pertarungan satu lawan satu ini merupakan bentuk simbul agar nanti siapa yang menang akan menjadi raja di raja di kerajaan jin hutan pantai utara, raja daniswara kini telah menjadi bara selayak banas pati membuat lingkaran merah bara menyala seperti bola bola api yang menyerang bagas sholeh pati, tetapi yang di serang malah tersenyum menyeringai, dengan memutar mutar cemeti naga yang telah di susupi oleh pedang baginda ali yang dasyat itu, hingga sanggup membelah bola bola api yang di lontarkan oleh raja daniswara, merasa gagal di bola apinya raja danis wara kembali menyerang dengan semua senjata yang di miliki, menggunakan tangan seribunya, mengurung bagas sholeh pati dari segala penjuru sampai sampai tak sedikitpun celah bagi bagas sholeh pati untuk menghindari, tetapi di dalam tubuh bagas sholeh pati masih terdapat panglima fatahillah dan panglima andalas, sedangkan panglima borneo sudah keluar lebih dulu membawa sukma gus shidik ke dalam jasad aslinya agar aman dulu, karena hanya gus shidik yang melepas sukma, tiba tiba keluar cahaya terang benderang dari tubuh bagas sholeh pati, itulah ilmu salah satu pamungkas dari panglima andalas, kilatan cahaya seperti bom atom yang meledak memusnakan lawan yang terserang, hingga membuat rontok semua senjata sakti yang di miliki oleh raja daniswara dan mundur beberapa langkah ke belakang karena kaget dan terkesima oleh cahaya yang keluar dari tubuh bagas sholeh pati.

Dirasa sudah cukup main main dalam pertarungan ini, bagas sholeh pati kini ganti yang merangsek maju menyerang, meletupkan cemeti naga yang di aliri pedang baginda ali oleh panglima fatahillah hingga tak bisa lagi terhindari, membuat raja daniswara kala dewacengkar terbelah dan musnah hancur terbakar, maka bersoraklah mereka yang berpihak kepada raja bagas sholeh pati, atas kemenangan yang sesingkat ini dan menjadikan kerajaan jin hutan pantai utara damai kembali.

Jelitheng berbicara kepada patih werik jabo durga,,
"Jangan membantah sekarang kamulah raja dari kerajaan jin hutan pantai utara ini, dan bagas sholeh pati akanku bawa pulang ke alamnya,, karena apapun alasannya bagas sholeh adalah bangsa manusia tidak selayaknya menjadi raja di kerajaan ini, karena kalian semua beda alam, alam gaib dan alam nyata, jadilah raja dari kaummu sendiri, jangan pernah mengambil sukma sukma bangsa manusia kau jadikan raja atau budak itu pesanku,, damaikan rakyatmu sebagaimana mestinya berlakulah yang adil tak pandang bulu, yang salah harus di hukum yang benar harus di bebaskan,,"

"Injje cah ireng,," jawab patih jabo durga dengan senyam senyum karena mendapat jabatan raja dari jelitheng.

Aisyah dan kinanthi sedari tadi sudah mendongkol karena patih itu memanggil jelitheng dengan sebutan cah ireng membuat hatinya tambah mendongkol,,

"Hai,,, patih gendeng,, sekali lagi kau panggil suamiku dengan sebutan cah ireng ku sobek sobek mulutmu.." kata aisyah dengan mata yang hampir melotot.
Kinanthi pun menimpali "Sekali lagi kau panggil abah dari anakku cah ireng aku rontokkan gigimu biar ompong,," yang diancam malah cengar cengir,, dan berkata,
"Cah ayu, cah ayu ojo galak galak to, mengko ayune ilang loo,,,"

Dengan wajah malu malu dan memang takut kalau kalau kinanthi dan aisyah marah beneran, dan semua menjadi tersipu tersenyum melihat raja baru mereka memelas memohon ampun pada dua sosok wanita cantik yang mengancamnya.

Tembang angin menabuh dedaunan seperti bertakbir kemenangan pada alam, ilalang menari nari menghibur suara alam yang sedang berseri, senandung burung burung biduan dahan dan ranting menjadikan melody melody syahdu abadi, sedangkan batu batu masih seperti dahulu menyembah bumi, belibis mandi sepenggal air kubangan sengaja melepas penat di hari hari yang indah, rindang pepohonan lebatnya rumput sebuah panorama lestari bumi ini,,

Mereka kini telah berkumpul kembali pada bibir gua tempat gus shidik memulihkan tenaga, dibantu oleh panglima borneo dan kini panglima fatahillah dan panglima andalas menyalurkan hawa murni agar tubuh gus shidik benar benar pulih seperti sedia kala apa adanya.

Mereka sengaja tidak langsung pulang ketempat asalnya masing masing, pak kariman, bagas sholeh pati, ketiga panglima, berserta para santri santrinya, jelitheng, aisyah dan kinanthi juga gus shidik masih berada di tepian hutan pantai utara, kemudian gus shidik memanggil kinanthi masuk kedalam gua untuk membicarakan sesuatu hal yang dianggap sebuah kata penting,,

"Piye nduk suamimu apa sudah kau putuskan dan bicarakan dengan baik baik,," kata gus shidik.

"Sudah abah kami sepakat pisah baik baik demi i gusti ayu cahyaning ati yang memang anak dari mas jelitheng, walau dulu itu sebuah kecelakaan waktu berada di tanah dewata" kinanthi berucap dan menunduk,, kalau begitu nanti sesampai di rumah kan ku nikahkan kau dengan anaku jelitheng biar kalian menyatu menjadi keluarga semua tanpa ada yang terluka atau kecewa di kelak kemudian hari dan menjadikan anakmu ayu sebagai anak sah dari si jelitheng" kata  gus shidik.

"Saya menurut aja apa kata abah asal kita semua ikhlas menjalani nya,," jawab kinanthi.

Peluk hati menyatu di kidung kidung kebahagiaan menumpah ruah bagai selaksa pasukan hujan jatuh kebumi, memiliki arti sebuah tanda akan datangnya musim semi,, bunga bunga akan berkembang, seelok mutiara ketika matahari menyinari di pagi hari, bias bias kisah lama akan jumpa pada penampilan baru mengisi hidup dengan nyanyian nyanyian tembang cinta yang terpesonakan hati hati yang merindu menumbuh, surga adalah alam mimpi yang indah ketika dawai cinta memainkan suara suara cintanya seelok dan seindah taman taman yang teraliri gemercik benih air untuk berkaca, melihat senyum senyum yang akan terpancarkan selama lamanya. 

SEKIAN DI LAIN KISAH
close