BOCAH BOCAH AJAIB (Part 2)
JEJAKMISTERI - ESOK harinya selepas sarapan bersama, jelitheng, harry, dan kancil pamit pulang ke surabaya, dan menitipkan sebuah nomer hp untuk mamanya nisa..
"Ini nomer hpnya AISYAH,,, tepatnya AISYAH LAILIYAH MADU.. bilang dari jelitheng,, biar NISA sendiri yang nelpon,, kenalan dulu,, ntar kalau papanya NISA pulang kunjungi beliau (aisyah) ini untuk kedepannya agar KELEBIHAN yang dimiliki NISA bisa terasa dengan baik dan karakternya terpupuk dengan layak. Insya'alloh aisyah mau membimbingnya."
"Insya'allah.." kata mamanya nisa.
"Nisa... om pulang ya.. jaga mama dan papa ya.. jangan nakal,, kalau nakal om ga kesini lagi oke..
Eh... coba kamu goda tante AISYAH dulu dengan yang om ajarkan sebelum tidur biar tante penasaran. hihihii..."
"Iya om,,, (Raut wajah nisa berubah ingin nangis..)"
"Eeiitt... kagak boleh mewek ya.. smile oke.." kata om kancil.
"Sebelum pulang NISA harus panggil papa jelitheng, papa harry dan papa ary ya.." kata om harry.
Aaach.. rengek nisa minta gendong.
Mereka pun meninggalkan kota malang menuju surabaya dengan perasaan bumi bundar (lega) menimang angan dalam gemuruh deru bus yang mengebu, harry terpulas ditepi jendela bus, kancil baca komik kesukaannya Khoping ho,, dan jelitheng senyum senyum sendiri layaknya orang gila ketemu sebangsanya,,
Ada rasa geli dan lucu yang bergelut dibenak pikir,, jelas jelas di telinganya terdengar rengekan suara NISA memanggil PAPA...
Tawanya kini meninggi hingga para penumpang yang lain melihatnya heran,, tapi jelitheng cuek dan tetap ketawa ketiwi sendiri,, entah apa yang diomongkan NISA lewat tembang telepatinya..
Ingat NISA jadi ingat ALIF,, seorang bocah yang juga luar biasa,, dari keluarga tidak mampu di pesisir pantai TUBAN.
Cakrawala senja semburatkan jingga merona tembaga berselimut putih sutra awan bergelindang memapas pesona indah bentangan samudra, rentangan sayap sayap camar, celotehkan harapan malam yang sebentar lagi beradu dengan rupa warna kegelapan dan gemuruh angin bermuatan riak riak gelombang jilati pantai indah menampar mata, memaku arah gerak kaki untuk enggan melangkah pergi.
Seorang bocah lusuh memainkan pasir yang dilukis tangan mungilnya dengan gambar seadanya dan sekejap terhapus oleh iringan air laut yang tak pernah lelah membelai..
Yaa,,, seorang bocah laki laki lusuh dari ujung kepala ke kaki ceria sendiri dibawa payung senja, telanjang kaki menapaki lembut pasir pantai, dalam kasat mata dia sendiri, tapi sebenarnya ia berteman puluhan anak anak aneh yang tak tampak oleh mata biasa, dan para orang tuanya menunggui diatas pohon pohon kelapa dengan wajah wajah yang jauh lebih aneh aneh pula.
Mereka bercanda layaknya anak anak biasa, saling adu gambar dibentangan kanfas pasir yang membentang sepanjang pantai, canda tawa mereka tertelan gemuruh angin dan gelombang nyaris lenyap di kesenyapan tapi sebenarnya tawa mereka begitu riuh akan kelucuan.
Jelitheng hanya pandangi dari sudut lain pantai itu tanpa mendekat dan membiarkan tawa mereka agar tak terusik, dalam hatinya hanya bisa menebak anak siapa ini,,,?? bermain sendiri ditepi pantai kala senja akan dimakan malam, digemuruh angin laut dan kadang membawa ombak ombak sedikit gila,, bertemankan puluhan makhluk makhluk halus yang seharusnya tak layak dijadikan teman..
Tanda tanya besar dibenak pikir dan hatinya beradu sakti mana yang benar dan mana yang salah, diPIKIRnya dia anak jadi jadian dari perkawinan antara makhluk astral dengan manusia, diHATInya dia anak orang biasa yang memang punya KELEBIHAN lain dari pada yang lain dan datang kepantai untuk bermain dengan teman teman istimewanya..
Adzan magrib mulai berkumandang dengan shadunya memasuki ruang tanpa batas untuk dikabarkan, JELITHENG masih tetap tak beranjak dari tempat pengamatannya, melihat dan mendengarkan bisik bisik anak anak lelembut yang mulai menjauh dari jangkauannya dan menghilang semua, tinggallah BOCAH itu sendirian menatap laut dan melambaikan tangannya, kini bocah itu berbalik arah dan melangkah pergi, seorang nelayan pencari benih nener dikejauhan memanggil..
"AAAALLIFFF ayo mole nak..." (alif ayo pulang nak..) teriak orang tersebut dikejauhan.
Jelitheng mengikuti untuk menghampiri agar tahu dimana letak rumahnya..
Di pengutitan hp jelitheng berbunyi sms dan dibukanya,
"Assalamuallaikum... rahajeng sanje,, becik becik say...
Dari I GUSTI AYU KINANTHI MAHARANI."
Jelitheng hanya senyum tanpa membalasnya karena fokusnya hanya untuk bocah dekil bernamakan ALIF.
HPnya dimasukkan lagi dan merogoh tas pinggangnya mungkin masih ada coklat kegemarannya untuk mendekati alif, setelah ditemukan satu buah maka jelitheng bergegas menyusul mendekati si alif dan memberikannya, tanpa sepatah kata apa pun jelitheng mengulurkan sebuah coklat panjang ke ALIF, alif hanya memandang ke arah jelitheng sejenak lalu mengambilnya dan diam terus berjalan tanpa sepatah kata apa pun..
Sampailah mereka jalan berdua tanpa bicara didepan sebuah rumah yang sangat sederhana berlampu temaram 5 watt, bocah itu masuk rumahnya tanpa menoleh dan berucap terima kasih kepada jelitheng, dan jelitheng pun berlalu ke sebuah SURAU untuk menunaikan sholat magrib.
Malam mainkan perannya, bulan riasi wajah pemirsanya dengan temaram damai berbisik bisik riuh mainkan dedaunan kelapa mengikuti arahan sang pembawa pesan malam, kejar kejar kepakan kelelawar menari nari aerobatik dimandian sinar bulan..
Jelitheng mondok dirumah kepala dusun untuk suatu penelitian PERAIRAN PANTAI guna studynya, hanya tiga hari rencana pengambilan data penelitiannya.
Setelah sepulang dari surau dia berkesempatan bertanya tanya dengan kepala dusun, tentang ALIF, di beranda depan dibalai balai, begitu mendapat cerita dari pak kepala dusun, jelitheng langsung pamit bergegas menuju rumah alif dan mampir di kios klontong membeli sekarton mie sekantong telor asin dan dua buah lampu dof putih untuk alif.
"Assalamuallaikum... kulo nuwun bu,, pak.." (assalamuallaikum permisi bu,, pak...)
dari dalam rumah menyahut suara perempuan,
"Waallaikum salam,, monggo pinarak" (Waallaikum salam mari masuk)
"Sinten nggeh..." (Siapa yah..)
"Tepang aken kulo jelitheng tamu nipun bapak kepala dusun pak udin.. niki wonten bingkisan sekedik damel si ALIF.." (Perkenalkan saya jelitheng tamunya bapak kepala dusun pak udin.. ini ada sedikit bingkisan untuk si alif..)
Sang ibu alif mempersilakan masuk, dalam rumah yang penerangannya 5 watt meremangkan ruang tamu keluarga ALIF, begitu kagetnya jelitheng masuk kedalam rumah, tampak wajah wajah angker menghiasi rumah itu, dalam kasat mata alif duduk dikursi tua sambil mengayun ayunkan kaki memakan coklat tadi sore, yang sebenarnya terjadi alif dipangku makhluk berwajah loreng bertaring tajam, matanya liar menyala dan lidahnya menjulur merah memanjang, kupingnya bak kuda rambut gondrong tubuhnya berbulu hitam sangat amat mengerikan penampilnya, mungkin jika seseorang melihat pastilah lari terkencing kencing atau pun langsung pingsan.
Alif tetap diam tak bergeming menjilati coklat seakan larut dalam dunia khayalan manisnya.
Jelitheng membuka lampu barunya diraba raba sebentar lalu meminta ijin pada bapaknya alif untuk memasang lampu agar lebih terang suasananya.
Maka dengan amat terima kasih bapak alif mengambil kursi untuk memasang lampu 20Watt putih hemat energi, dalam ruangan temaram rumah itu jelitheng melihat sosok sosok hantu yang menjadi penghuni rumah itu, entah penjaga ALIF ataupun penghuni tetap tempat itu.
Ada perempuan berpakaian putih dengan rambut menyentuh tanah, dengan muka rata tanpa hidung, mulut dan mata, sesosok makhluk menyerupai tuyul bercawet hitam dengan perut buncit kalau menyeringai gigi gigi kecil nan tajam menyerupai gergaji, ada hantu bayangan menempel didinding rumah serupa spiderman hitam tapi tak berwajah semua tampak hitam merayapi dinding dinding kadang turun kelantai dengan posisi merangkak persi sebuah bayangan..
Begitu lampu baru terpasang dan menyala terang maka semburatlah makhluk makhluk astral tersebut entah pergi kemana, karena dalam lampu yang dibeli jelitheng telah diisi RAJA ASMAAN PENGUSIR SETAN.
***
Kini ruangan rumah alif terang benderang, dan bapaknya memasang lampu yang satunya diluar, alif tetap diam tak bergeming memainkan kakinya berayun ayun.
Ketika ditanyakan tentang tingkah laku ALIF yang DIAM, IBUNYA MENCERITAKAN..
Dulu alif seperti seorang bocah pada umumnya tapi punya kelebihan soal mengaji, di umur enam tahun dia sudah qatam qur'an dan hafal ayat ayatnya hampir sempurna, suka bercanda dan kadang jail sekali, pernah tas teman ngajinya yang nakal suka memukul teman lainnya diisi cacing banyak sekali, yang memang anak itu takut ama cacing, hingga anak itu teriak teriak histeris ketika membuka tasnya.
Lalu suatu hari ALIF mendadak demam tinggi sekali hingga sering kejang kejang, sampai opname seminggu tapi demamnya tak kunjung turun, akhirnya terpaksa pulang karena faktor biaya rumah sakit.
Dan sampai akhirnya sembuh setelah seminggu lebih berbaring dengan demam tinggi serta kejang kejang, tapi setelah itu ALIF jadi jiwa pendiam dan tak mau mengaji atau pun bermain dengan teman teman sebayanya.
Malam melembut jadi melody, bintang bintang bersahaja pada sang bulan dan sutra awan terus mengusik senyum cakrawala walau jarang jarang, debur ombak masih terdengar bagai rindu yang mengembara dihati mengingatkan akan liang liangnya tentang tembang tembang kisah lama yang muncul kembali, serupa bisikan bisikan gaib para hantu hantu kecil yang berputar putar dikepala untuk memutar kembali lagu lagu nostalgia.
Ya,, tembang nostalgia tentang kisah cinta sesaat yang terbungkus rapi dalam balutan rindu memilih, cinta memilih, dalam satu hati yang harus ditentukan.
Ini tentang malam, ini tentang cinta lama, kisah yang terangkum di pulau DEWATA, antara jelitheng dengan I GUSTI AYU KINANTI MAHARANI.
(Baca seri BABAT TANAH DEWATA tentang I gusti ayu kinanti maharani GADIS sakti yang menaklukkan LEAK LEAK TANAH DEWATA yang ditebar dukun dukun jahat)
Dirumah alif hp jelitheng berdering dua kali tapi tak diangkat karena keseriusannya mendengarkan cerita cerita tentang alif dari ibunya, baru ketiga kalinya diangkat, ternyata panggilan dari kinan (panggilan untuk I gusti ayu kinanti maharani), maka tenggelamlah keingintahuan jelitheng tentang ALIF dari cerita ibunya, di tenggelamkan oleh suara suara indah KINAN yang melarut bersama melodi malam hingga jelitheng memohon pamit dari rumah keluarga alif lalu menuju pantai mencari ketenangan untuk telepon ria bersama kinan..
Malam kian larut, tak terasa mereka bertelpon ria hingga batre salah satu dari mereka habis, canda canda terlempar begitu ceria, seperti lambaian daun daun kelapa digoda angin, seperti ombak ombak yang berlarian menuju tepian pantai dengan suara tawa beriak riak sampai berbui, seperti sang bulan yang digoda ribuan bintang berkerjap kerjap mengajak tersenyum.
Yaa... seperti tembang tembang biduan biduan kecil serangga yang bernyanyi riang menyampaikan pesan malam akan arti keheningan, kesenyapan, kesahduan, masih bisa wujudkan nyanyian riang tentang harmoni kesenangan dan kebahagiaan.
Malam semakin larut, dengan perasaan menggoda dan penasaran diliang liang hati apa maksud kata kata terakhir kinan yang terputus oleh matinya hp, menggerutu yang berdamai dengan senyum...
Jelitheng melangkah meninggalkan pantai, lamat lamat ditemaram bulan dia melihat bayangan serombongan orang orang yang keluar dari laut agak kejauhan menuju perkampungan, mereka membawa sebuah tandu yang begitu terhiasi dengan indah berarak arakan, dengan rasa penasaran jelitheng mengikutinya dari kejauhan tapi masih terjangkau dari pandangan matanya.
Mereka memasuki rumah salah satu penduduk yang paling kaya dikampung itu, konon katanya JURAGAN KAPAL.
Jelitheng mencoba mendekat mengamati dari balik pohon, lalu berguman sendiri,
"Ooh.. pesugihan laut kidul.. ini berarti purnama pertama, maka akan ada purnama kedua dan ketiga untuk pengambilan sesembahan.."
Lalu tersenyum dan membatin, awas ntar tak kerjain, aku punya senjata kecil dikampung ini yang hebat.
Lalu jelitheng pergi meninggalkan pengintaian, pulang menuju rumah pak kepala dusun dengan segudang KEJAILAN untuk rencana besok malam ditempat yang sama dengan senjata temuan barunya.
Adzan subuh memecah mimpi indah diatas bantal membuyarkan kisah indah dalam sekejap, dipersimpangan cerita si KINAN dan si AISYAH yang membekas jadi luka dalam bungkus kisah cerita cinta.
Mentari menyingkap tabir selimut subuh menandai alam semesta akan senyum, bersatu dengan angin sepoi sepoi untuk mengumandangkan kepada seluruh makluk akan kedatangan pagi, daratan dihiasi warna warni bunga yang indah dan udara diharumi oleh keharumannya.
Sewaktu merangkul tidur, mata malam menjagainya dan ketika bangun, pandangi matahari yang menjadi satu satunya matahari itu.
Meminum embun bagai kesegaran air hayat dan mendengarkan burung burung berkicau ramah juga menari mengikuti irama lambaian rumput.
Bunga bunga adalah seutas tali kasih bagi pecinta, menjadi rangkaian pernikahan dan kenangan saat saat bahagia juga menjadi hadiah terakhir dari kehidupan untuk kematian, serta bagian sukacita dan bagian juga dari dukacita.
Ketika memandang laut, seelok yang menyentuh batas cakrawala indah memadu dua warna biru dan rona tembaga bersentuhan pada garis lurus nan panjang, maka akan seperti arti dari KEHIDUPAN yang ada batasnya.
KEHIDUPAN ibarat sebuah pulau ditengah kerimbunan samudra kesendirian, sebuah pulau yang tanah tanahnya adalah harapan, pohon pohonnya adalah impian, bunga bunganya adalah kesunyian, dan sungainya adalah kehausan.
Inilah kearifan yang harus direnungi manusia.
Jelitheng melangkahkan kakinya menuju rumah alif membawa coklat dan beberapa telor asin, untuk pelengket agar mulut alif mau berkata kata dan memamerkan kemampuan yang ia miliki.
Dengan santun jelitheng memohon kepada orang tua alif untuk mengajak jalan jalan kepantai, dan memang mengijinkan dan alif hanya diam ketika tangan jelitheng menggandengnya, matanya hanya yang bicara, bicara layaknya dua jiwa yang saling mengerti dan perasaan untuk ingin melengkapi dan melindungi.
Dengan mengandeng alif mulut jelitheng terus merancau tak karuan agar alif mau membuka suaranya, segala tipu daya sudah dia kerahkan tapi yang diajak bicara tetap diam dan mengunyah coklat tiada hentinya.
Sampai akhirnya jelitheng terhenti dikumpulan pohon kelapa memandang laut yang mulai panas akan sang surya, alif ikut duduk disampingnya dengan diam dan memandang kearah laut juga, tiba tiba JELITHENG berSHOLAWAT NABI sambil memegang kepala alif, belum sampai separuh tasbih ia bersholawat kepala alif mengeluarkan asap tipis dari pori pori rambutnya lalu hilang terbawa angin, lalu begitu seterusnya sampai satu putaran tasbih, kemudian jelitheng mengusap usap kepala alif yang mulai berkeringat seraya berkomat kamit sebentar..
Dan kemudian alif menoleh ke jelitheng seraya tersenyum mengejek, maka pecahlah tawa jelitheng kegirangan karena tanda tanda kejenakaan seorang anak telah kembali pada diri alif.
Siang telah menghampiri suasana pantai, hingar bingar debu yang tiupkan angin menari nari menerpa siapa saja yang menghadang, merekapun pulang menuju ke perkampungan dan didepan pintu sang ibu telah menunggu kedatangan mereka, tangan sang ibu langsung dicium oleh alif seraya tersenyum seperti dulu sebelum sakit, selalu mencium tangan sang ibu baik mau berangkat main atau pulang dari mengaji, sang ibu pun heran melihat perubahan perilaku sang anaknya, yang biasanya diam seribu bahasa dan cuek bebek kini mulai kembali seperti sediakala.
Jelitheng pun memohon pamit pulang kerumah pak kepala dusun, seraya berpesan bahwa nanti malam akan mengajak alif lagi jalan jalan, supaya lekas dapat normal kembali.
Malam yang dinanti telah tiba, selepas isya' jelitheng mendatangi rumah kediaman alif, seperti biasa dengan membawa makanan kesukaan alif yaitu coklat dan telor asin, setelah berpamitan kepada sang bapak dan ibu, mereka menuju pantai dimana kemarin malam tempat munculnya hantu hantu pesugihan laut untuk mengambil sesembahan di salah satu warga tempat kampung alif tinggal.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya