Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BOCAH BOCAH AJAIB (Part 3)

JEJAKMISTERI - Malam telah menampakkan wajah wajah aslinya, meremang bersayup sayup menghadir sesuatu pembeda batas dipertalian waktu, angin bertiup begitu tenang hingga suara suara malam terdengar melembutkan suasana hingga menyentuh sisi sisi dan ruang ruang yang terhampar, kepakan sayap para kelelawar besar beradu di udara entah bertegur sapa, bercanda, atau saling mencaci menimbulkan suara suara seram mengumandang sampai ditelinga.

Kini tampaklah serupa hantu hantu malam mengerikan pengikut alif mulai menampakkan diri dengan segala ekspresi yang menakutkan, tapi kini mereka tak mendekat sedekat mungkin, hanya menampakkan beberapa meter dari tubuh alif karena ada jelitheng yang mendampinginya.


Bau wewangian mulai tercium dari perkampungan berarti tanda tanda ritual pemanggilan hantu hantu pesugihan laut telah dimulai, biasanya dilakukan oleh seorang dukun beserta pemilik pesugian itu.

Dan hantu hantu pengikut ALIF mulai berjingkrak jingkrak kerasukan bringas menikmati wewangian yang disulut dari salah satu rumah di perkampungan tempat alif tinggal.

ALIF dan jelitheng diam melihat tontonan tarian tarian kebringasan tak karuan dari para hantu hantu itu, kadang jelitheng tersenyum sendiri dan alif tetap diam pada maksudnya, lalu JELITHENG berbisik sesuatu kepada alif.
"Nanti kalau hantu yang dari laut muncul kamu ambil ikan mas yang ada pada tandu pengiring dan bawa pulang ya.." alif tetap diam sambil mengangguk.

Tak lama setelah itu muncullah iring iring pengawal dari laut dengan membawa sebuah tandu, dengan cepat alif berlari mencegat iring iringan dan meminta isi dari tandu tersebut dan tanpa ada halangan berarti alit telah mengambil ikan mas dalam sebuah baskom dan dibawanya ke jelitheng dengan cengar cengir, maka disuruhnya pulang dengan membawa ikan mas tersebut, lalu iringan pengawal tetap menuju ke perkampungan tetapi tidak membawa isi pesugihan laut tersebut.

Kini alif punya mainan baru sebuah baskom perak berisi ikan mas yang merupakan pesugian laut kidul, jika diritualkan air yang berada dibaskom digunakan untuk di kepyurkan kealat tangkap ikan dan kapalnya maka akan selalu dapat hasil tangkapan ikan banyak semacam pelaris untuk mendapatkan ikan sebanyak mungkin.

Dengan jenakannya Alif membawa baskom tersebut menuju perkampungan dan jelitheng mengikuti dari belakangnya, dalam dugaanya sebentar lagi pasti ada dukun yang mencari baskom berisi ikan mas yang dirampok alif tadi, dan memang benar dugaannya dari arah berlawanan muncul dua orang di kegelapan malam temaram sinar bulan purnama, sosok seseorang berpakaian serba hitam satunya lagi berpakaian biasa.
Mereka menghadang diantara batas perkampungan agak jauh dari rumah paling belakang, karena jelas jelas melihat alif membawa baskom yang mereka inginkan, ketika jelitheng dan alif sudah dekat dengan mereka berdua, salah satu dari mereka yang berbaju hitam mungkin dukunnya berkata,
"Kembalikan baskom itu kepadaku agar tidak terjadi sesuatu pada kalian berdua"

Alif memandang dengan sorot mata yang tajam nan menyala seperti pandangan seekor srigala memandang mangsanya, entah dendam apa yang bergelayut di hatinya sehingga memunculkan gelombang amarah yang begitu besar dan meledak ledak ingin dimuntahkan, jelitheng yang merasakan hawa panas dari tubuh alif segera memegang pundak anak itu seraya untuk mendinginkan gelombang amarahnya,,"

"Kembalikan..." dengan nada yang agak meninggi dari mulut dukun itu.
Apa ingin ku buat kau sakit lagi seperti dulu.

Ternyata ini yang membuat alif sakit demam yang amat tinggi hingga menimbulkan kejang kejang pada tubuhnya bikin dia traumah dan tak mau bicara, guman jelitheng.

Maka muntaplah juga darah jelitheng mendidih ingin membuat perhitungan dengan dukun tersebut.

Memang dari dulu musuh utama jelitheng adalah para dukun dukun jahat yang suka mengguna gunai menggunakan kekuatan jin dan setan piaraanya, yang membuat korban jadi sakit aneh aneh dan juga meninggal dengan tak wajar seperti santet, teluh dan guna guna lainnya.

Jelas malam ini akan menjadi suatu pertarungan seru, karena kedua belah pihak punya keinginan saling menjatuhkan satu sama lain yang diselimuti dendam pribadi dan keinginan ingin menguasai juga ingin merasa hehat sendiri.

Malam kian larut, angin mulai tak ramah pada siapapun gemuruh suaranya menggunungkan gelombang gelombang yang datang menghampiri pantai, gemerisik daun daun kepala mulai bergoyang goyang bringas dimainkannya seperti tarian tarian kuda lumping yang mulai kesurupan, sedang purnama masih tenang menjadi penonton setia yang kadang masih juga mau di goda sang awan.

"Jadi kisanak yang membuat anak ini sakit,,, kenapa tidak dibunuh sekalian agar dikemudian hari tidak merepotkan kisanak seperti saat ini..." kata jelitheng lantang.

Sebentar lagi kisanak akan dibuat jadi kesakitan oleh anak ini.. aku jamin itu karena dia sudah mengerti apa yang sudah kisanak perbuat waktu dulu pada dirinya dan jangan harap baskom berisi ikan mas ini kembali padamu lagi.

Kini dukun itu sudah menyiapkan pasukan jin dan setannya, makhluk makhluk itu berkumpul dibelakang mereka yang akan diperintah untuk menyerang alif dan jelitheng..

Malam kian bergemuruh ditindas angin, suara suara mengerikan mulai diperdengarkan menjadi tarian tarian mencekam menyelimuti suasana malam akan purnama yang tampak lebih pucat oleh selimut tipis awan sang penghalang.
Riak riak gelombang laut bergemuruh terhempaskan dibibir pantai, kadang bulirannya pecah terbawa angin ketika menabrak karang, menyiram hasrat sampai pada nyiur dedaunan kelapa yang melambai lambai mengiringi angin yang termakan dendam.
KINI tampak garis garis pertempuran tak biasa diantara kelompok kecil umat manusia di lingkup malam yang tertiup angin dendam, ki dukun dan juragan kapal pemilik pesugian laut akan berhadapan dengan sosok pria muda dan seorang bocah kecil kumel nan kurus, sepintas seperti lawan yang tak sepadan dari ukuran tubuh, apalagi dilihat dari jumlah, jika dilihat dikasat mata tampaklah dua orang berhadapan dua orang tapi jika dilihat menggunakan mata bathin akan tampak sepasukan jin dan setan piaraan dibelakang ki dukun yang berbaju hitam itu.

Ki dukun maju beberapa langkah kedepan berkomat kamit dan menyebut nyebut nama ALIF seraya menggoyang goyangkan tangan dengan getaran getaran aneh dan sedikit tengadah tampaklah mata liarnya mulai menyala nyala bagai tarian kuda lumping yang mulai kerasukan, geliat bringas menggetarkan tubuhnya, mulutnya berbusa meludah ludah seakan merangkai semua pasukan jin dimasukkan kedalam tubuhnya demi suatu kekuatan maha dahsyat akan gaib yang menyatu dalam tubuhnya.

JELITHENG dengan tenang maju selangkah mempersiapkan sesuatu yang istemewa untuk ki dukun, agar selalu di ingat selama karier hidupnya biar tahu dengan siapa dia berhadapan, kini sosok yang lebih muda nan ganas jika dijahati, tetapi langkahnya terhenti oleh tarikan tangan si alif, lalu alif meletakkan baskom peraknya mengambil air yang berada baskom tersebut meminumnya sedikit kemudian mengusapkan ke mukanya seraya berkata,
"BISMILLAH" lalu melangkah selangkah kedepan dan merentangkan tangan kearah ki dukun sambil membaca ayat ayat suci dengan merdunya seperti mengaji tengah malam yang mampu menenggelamkan apa saja dalam alunan nan shadunya bagi pendengarnya tapi bagi ki dukun merupakan suara halilintar menggelegar bersaut sautan memengkakkan telinga, hingga dia tak sanggup membawa tubuhnya yang sudah di penuhi pasukan jin dalam tubuhnya untuk kekuatan yang akan digunakan melukai alif dan jelitheng.

Tapi keadaan telah berbalik hanya dengan seorang bocah yang didampingi sosok muda yang cengengesan dan kelihatan lemah, ki dukun sakti pemilik ratusan jin dan setan sudah kelabakan menahan sakit ditelinga dan para pasukan jin dan setan tak bisa lepas dari tubuh sang dukun karena jalan keluarnya telah ditutup oleh alif dengan ayat ayat suci yang keluar dari mulutnya mengalun indah menutup semua urat urat nadi sang dukun, hingga didalam tubuh sang dukun menjadi pergolakan sendiri sesama jin yang tak bisa keluar dari raga sang pemelihara, inilah senjata makan tuan, mereka akan bersemayam dalam tubuh sang dukun selamanya sampai ajal menjemputnya, fatalnya akan berakibat dikewarasan pikir ki dukun dan menjadi gila.

Kini sang dukun sudah kehilangan akal sehatnya lari kesana kemari meninggalkan juragan kapal sendirian yang mulai ketakutan menghantui pola pikirnya.

Dengan tersenyum lalu mengusap usap kepala alif jelitheng mendatangi si juragan kapal seraya mengajaknya pulang bersama sama meninggalkan ki dukun yang mulai sibuk dengan urusannya sendiri yaitu menjadi orang gila baru oleh piaraannya sendiri.

Sang juragan gemeteran sampai basah dicelananya ketika jelitheng memegang tangannya untuk mengajak pulang yang masih shok melihat teman dukunnya yang kini jadi gila oleh bacaan ayat ayat suci yang dilantumkan si Alif.

Alam malam kini terasa malamnya suasana kedamaian berselimut nuansa hening kian larut bersama para biduan serangga yang memainkan melodi tentang tembang tembang keindahan, ketenangan, dan kesenyapan diantara bilik bilik ruangan penyempurna kisah kisah dalam negeri dongeng mimpi.

Kilas kilas pikir menampilkan sederet kisah mendebarkan dan ketegangan telah usai ditelan angin malam yang tiada lelah terus berhembus mengiringi rasa bangga pada diri jelitheng.

Pertama dia berhasil mengembalikan jiwa seorang bocah yang lama hilang kini telah kembali, jiwa yang istimewa terengut oleh tangan tangan jahat ki dukun yang merasa bakal tersaingi kelak nanti, karena pada jiwa istimewa Alif terdapat kekuatan yang maha dashyat jika digunakan untuk hal hal pemusnah pengaruh pengaruh kekuatan hitam, sedangkan ki dukun sendiri adalah praktisi perdukunan yang sangat sangat ditakuti dan disegani masyarakat sekitar pesisir laut itu.

Kedua, dia tidak sampai menurunkan tangan jahatnya kepada ki dukun karena sudah ada Alif yang mengatasi semua pertikaian yang terjadi hingga bisa membalas sendiri apa yang dilakukan ki dukun terhadap diri alif sendiri.

***

Telah usai untuk malam ini, entah esok hari tak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi nanti dan malam ini memberi arti bahagia pada keluarga alif dan alif sendiri.

Kembalinya sosok bocah dengan seribu kejenakaan dan kelucuannya telah kembali, kembali menceriakan suasana rumah sederhana yang tak jauh dari garis pantai.

Sesampai didepan pintu rumah alif berteriak,
"EEEMMMMAAAAK.." tak berselang lama keluarlah ibu dan bapak alif membuka pintu, mereka sangat gembira mendengar suara anaknya kembali ketika berceloteh dan memanggil manggil dengan lantang seakan memberitahu bahwa dirinya telah bersuara seperti dulu lagi.

Alif memperlihatkan mainan baru yang didapat dari pesugian laut kidul hasil meminta dari para pengawal pasukan laut, berupa baskom perak dan berisikan ikan mas kepada kedua orang tuanya, mereka pun berpelukan melepas kebahagiaan dan terus berucap puji sukur kepada TUHAN YANG MAHA ESA atas semua keceriaan yang telah terkembalikan tanpa mengetahui kejadiaan kejadian yang terjadi, karena jelitheng alif dan ki juragan sepakat untuk merahasiakan kejadian kejadian dipantai malam itu agar tak menjadi heboh dan geger seisi desa, biarlah malam dan ombak laut menjadi saksi semua kejadian perseteruan antara ki dukun dan alif.

Akhirnya jelitheng pun berpamitan untuk pergi kerumah ki juragan kapal seraya mengantar dan memberi sedikit saran agar ki juragan mengamalkan sebagian hartanya untuk kebaikan, menyantuni semua fakir yang ada didesa ini, membetulkan jalan yang becek dan berlumpur serta membenahi surau kampung yang atapnya pada miring.

ki juragan pun manggut mangut mendengar saran saran jelitheng, dan jelitheng pun juga memberi tahu tak usah takut pada ki dukun lagi karena alif telah mengurung semua kekuatan dari pada sang dukun, kalau pun ki dukun bisa melepaskan kurungan kekuatan dan pulih kembali kemudian balas dendam maka jelitheng sendiri yang akan turun tangan untuk memusnakan semua kekuatan ki dukun kalau pun tak sanggup maka akan ada teman teman yang akan melumat kekuatan kekuatan jahat ki dukun. Jelitheng memberi garansi.

Pagi telah melepaskan sepi sang malam, bias cakrawala menyampaikan berita keceriaan alam akan datangnya sang mentari, kedasi didahan tinggi bersahaja melantumkan berita pagi seperti sebuah syair yang mengalir bangunkan mimpi para penggembira sejawat yang berikrar setia pada sang pencipta.

ALAM melingkarkan hayat kehidupan bersanding dengan penghuninya, beriringan saling mengisi menghaturkan sujud pada sang bumi pagi, suara adzan telah berlalu berganti para biduan dahan dan ranting semarakkan harapan pada mega mega yang melukiskan tinta keemasannya pada cakrawala dirona rona menyambut hari baru.

Semua data dari penelitian jelitheng telah terpenuhi lengkap, mengemas barang berpamitan pada semua warga yang telah membantu dalam perolehan data penelitian sudah siap dilakukan dan pulang kembali ke kota tercinta sudah dibawa dalam benak pikirnya, tapi kecemasan seorang ibu yang berlarian menuju rumah pak kepala dusun membuatnya mengurungkan semua khayalan keberangkatan pulangnya, ternyata kecemasan itu datang dari ibu nya ALIF, yang mengabarkan bahwa anaknya sakit aneh, badannya demam tinggi kejang kejang dan matanya memerah nan saga.

Lantas dengan bergegas jelitheng pak kepala dusun dan ibunya alif berlari menuju rumah alif untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, teryata di dalam rumah alif mengejang sedang dipegangi oleh bapaknya, matanya memerah bak mata si BANAS PATI, mulutnya mulai berbusa dengan panas tubuh yang tinggi, pak kepala dusun menyarankan untuk langsung dibawa kerumah sakit, tapi jelitheng mencegah karena dia melihat ini bukan penyakit yang wajar, ikan mas dibaskom perak yang kemarin telah raib hanya berisikan airnya saja, maka dengan cepat jelitheng menyuruh sang ibu untuk mengusap seluruh tubuh alif dengan menggunakan air yang ada dibaskom tersebut.

Berarti ada yang mencuri dari tangan alif dan memakannya sebagai peningkat kekuatan atau pemujaan untuk memanggilan para hantu laut selatan, jelitheng mengerahkan energi matanya pada baskom perak tempat ikan mas yang sudah selesai di buat ibunya alif mengusap seluruh tubuh dari pada alif, lamat lamat tampaklah sebuah bayangan kejadian yang mengakibatkan sakitnya alif, nampak seseorang tua memakai ikat kepala hitam berjanggut putih mengambil ikan itu dan menyentuh kepala alif yang sedang tidur tadi malam, tapi siapakah lelaki tua itu, saudara atau si guru dari sang dukun yang kini telah dibuat gila oleh piaraannya sendiri.

Kini pertanyaan memenuhi kepala jelitheng, siapakah lelaki tua itu, apa hubungannya dengan ki dukun, lalu sejenak dia diam memegang baskom perak dan ditatapnya dalam dalam lalu berkata,
"LEK SEJANINENG SAMPEAN LANANG OJO MUNG WANI NE KARO BOCAH CILIK AYO METU O,,, TAK ENTHENI" (Kalau sejatinya kamu lelaki jangan cuman berani sama anak kecil, datanglah aku tunggu)

Lalu jelitheng meletakkan baskom itu dan melihat alif dengan komat kamit sebentar dan mengosok gosok tangannya kemudian diusapkan ke kepala alif dan ditahannya sebentar, dengan perlahan mata alif kini yang tadi memerah mulai berangsur angsur pulih dan suhu tubuhnya tak sepanas tadi, mulai bisa mengerang dan merengek, kejangpun sudah tidak lagi.

Ibu bapak serta pak kepala dusun berulang ulang mengucap puji syukur atas perubahan pada diri sang alif.

Hari ini mentahlah semua rencana jelitheng untuk pulang kampung, serasa ada lagi anak duri dalam tubuhnya yang harus dicabut dan diselesaikan dengan tuntas dan juga merasa iba serta kasihan melihat keluarga alif yang lagi sedih kembali setelah beberapa hari mendapatkan kebahagiaan dimana telah pulihnya anak mereka satu satunya bersuara kembali, kini mengerang sakit ulah tangan jahat seseorang lelaki tua yang tak diketahui keberadaannya sampai saat ini.

Jelitheng mondar mandir didepan rumah alif memikirkan strategi apa yang harus diperbuat jika nanti berhadapan langsung dengan lelaki tua yang tega tega membuat si alif menjadi sakit kembali, tetapi untunglah tidak membuat kepanikan pihak keluarga dari alif karena tertangani langsung dan demamnya tak menyengat tubuh lagi, hanya nampak bibir mengering pecah pecah mata sedikit memerah dan wajah jadi pucat sepucat rembulan malam.

Hp jelitheng bergetar mendapat panggilan tak lain tak bukan dari kinanthi yang mengatakan telah berada disurabaya, mereka pun ngobrol kesana kemari dan kinanthi memutuskan untuk menyusul jelitheng ke tuban dengan mobil suadaranya, mungkin dengan 3 sampai 4 jam kinan akan sampai di desa nelayan dimana kini jelitheng berada.

Legalah hati jelitheng mendengar ada teman lebih tepatnya mantan cinta dari bali menyusul ke tempat dia, dimana kini mengalami sedikit gangguan dari tangan tangan dukun jahat, kinan lebih tepatnya.

I gusti ayu kinanthi maharani adalah sosok perempuan dari bali yang memiliki kelebihan diatas rata rata berparas ayu nan manis jenaka dan tak bisa diam kalau mulai bicara tentang kesukaannya, tangan jahatnya lebih kejam dari si aisyah dan nenek penanggungan tetapi tangan baiknya melebihi para malaikat pembagi rejeki.
(Untuk lebih lengkapnya tentang I Gusti Ayu Kinanthi Maharani baca "BABAT TANAH DEWATA")

Siang telah mengupas maksudnya pada debur ombak dan pasir pantainya nyanyian alam menghayati rupa rupa warna kehidupan, pekik sang elang laut mengilhami para nelayan sing singkan baju membiru bersama alur laut penghidupannya, nyiur daun daun kelapa pantai bergemersik melambai dimainkan sang angin sewajah iringan pembawa kehidupan yang hakiki.

kini jelitheng duduk dipantai pandangi birunya laut luas tak berbatas dataran sambil benaknya berkhayal tentang tembang tembang alam buah kehidupan dan sambil berjaga juga menunggu, menunggu munculnya lelaki tua juga menunggu kinanthi
karena lelaki tua itu pasti sudah mendengar tantangan jelitheng di baskom perak yang dia tebarkan pagi tadi.

Senja telah merambat dipangkuan bumi menyentuh tepian laut ingin pergi keperaduan sang malam para nelayan pun mulai menambatkan perahu kecil kecil mereka pada sandaran pantai, jelitheng pun berlalu menuju rumah alif sengaja bermalam disitu sekalian menjaga hal hal yang tidak dinginkan menimpa alif kembali.

Disambut hidangan nasi sambel ikan bakar begitu lahapnya sampai sampai bakul kecil isi nasi lunas tak bersisa dia habiskan, sang ibu alif senyum senyum melihat cara makan jelitheng yang rakus, malah dengan nyeletuk senyum senyum ibu alif
"Mau nambah lagi mas.."
Dengan cengar cengir khas jelitheng menjawab "Sampun terima kasih bu e.."

Adzan maghrib berkumandang membela angkasa menebarkan benih benih ketaatan pada sang pencipta untuk ditunaikan, sementara mentari merambat pergi dari sisi bumi diiringi semesta menyambut kedatangan malam menyanjung kesunyian para camar dan elang laut pulang ke sarang masing masing hanya debur ombak dan tawa angin yang terus menggema.

Jelitheng melangkah kesurau terdekat menunaikan kewajiban sebagai umat yang taat pada penciptanya, hpnya berdering ternyata kinan sudah sampai dijalan raya menuju perkampungan dimana jelitheng tinggal sekarang dan minta dijemput.

Setelah dari surau dia pun langsung berangkat menjemput kinan dijalan raya, tak lama berselang mereka pun berjumpa diujung kampung kinan langsung menghambur memeluk jelitheng yang masih cengar cengir berjalan mereka pun berpelukan untuk beberapa saat lalu ngobrol dalam mobil kesana kemari saling melepas rindu menuju rumah alif.

Mobil kinan diparkir dirumah pak kepala dusun karena pelataran cukup luas lantas mereka berdua berjalan kaki menuju rumah alif, didepan pintu ibu alif sudah menyambut berserta sang bapak mereka berjabat tangan dan jelitheng memperkenalkan kinan kepada kedua orang tua alif lalu memperkenalkan pula kepada alif, kinan pun tersenyum seraya berkata,
“BOCAH AJAIB, kalau dia anak biasa biasa saja pasti sudah bernisan dikuburan, ini teluh bukan sembarang teluh sesakti apapun orang jika kena teluh (santet) jenis ini pasti akan mati, pemiliknya pasti bukan orang sembarangan" guman Kinan lagi.

Lalu kinan meletakkan tangannya di kepala alif menari semua energi jahat yang masih bersemayam ditubuh alif, maka keluarlah asap putih tipis terserap oleh tangan kinan dan kemudian menggenggamnya dibawanya keluar rumah lalu diremat remat dimasukkan kedalam tanah.

"Sebentar lagi orang yang membuat alif sakit akan datang untuk mengambil kembali apa yang sudah dimasukkan kedalam tubuh alif dan itu sudah kumasukkan kedalam tanah sebagai penjaranya, mereka jin jahat yang didalam tanah akan terus menjerit jerit kesakitan sampai pemiliknya datang menolongnya" kata kinan kepada jelitheng

Jelitheng hanya manggut mangut seraya cengar cengir lalu berkata,
“Tambah siip aja kamu non,,,”

Kinan membalas seraya tersenyum lalu mencubit, "siapa gurunya, kan kamu yang ngajarin hihihii.." "aach bisa bisanya kamu" kata jelitheng.

Akhirnya mereka masuk lagi menikmati hidangan sederhana ikan bakar sambel dan lalapan beserta bakul nasi besar yang masih penuh, alif pun ambil bagian dalam makan bersama di balai balai ruangan depan beralas tikar, makannya begitu lahap sekali seperti kuda lumping yang mulai kerasukan, bapak ibunya tersenyum jelitheng kinan tertawa melihat cara makan alif sedangkan si alif cuek menyantap dengan lahap semua makannya.

Kegembiraan itu tak berselang lama karena jelitheng sudah merasakan kekuatan jahat yang mengunjungi sekitar rumah alif, kinan dan jelitheng pun bangkit menyuruh bapaknya alif untuk menutup pintu setelah mereka berdua keluar rumah.

Kinan mengelilingi rumah alif membuat pagar agar orang didalam rumah tak kena sasaran apapun itu bentuknya, lalu mereka berdua menuju eter (pusaran kekuatan gaib) yang berada di pantai tak jauh dari rumah alif.

Kini malam serupa keheningan yang mencekam lolongan mengerikan yang di sulut angin penebar hawa menakutkan kian beringas menerkam kegelapan, setan setan malam berkumpul membentuk pola suatu pusaran merindingkan bulu bulu kulit tubuh seperti ingin menerkam hingga bergidik menyiutkan nyali siapa saja yang mendekati pusaran kekuatan itu, tampaklah sosok sosok rupa rupa mengerikan berbagai bentuk ketika mereka berdua jelitheng dan kinanthi membuka mata ke ketiganya (mata ketiga adalah mata yang hanya digunakan oleh orang orang tertentu dalam pengelihatan dunia gaib dengan menggunakan energi alam semesta).

Jelitheng dan kinanthi sudah dihadapkan dengan pusaran gaib yang maha kuat dan jahat dibalik kekuatan itu berdiri dua orang yaitu ki dukun gila dan seseorang lelaki tua mungkin guru atau kakak seperguruan dari ki dukun gila, kinan tersenyum melihat salah satu dari lelaki itu yaitu lelaki tua yang meneluh alif dan mengambil ikan mas milik alif namanya ki suro, pernah bertemu sebelumnya di pulau dewata tepatnya di singaraja dan sempat kontak langsung dalam perseteruan ditempat tersebut tetapi bukan dengan kinan melainkan dengan neneknya ni luh, waktu itu kinan masih berumur 19 tahun kini dia sudah 27 tahun rentang 8 tahun dan masih mengingatnya dengan jelas walau dikegelapan malam nan mencekam.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close