Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BOCAH BOCAH AJAIB (Part 4)

JEJAKMISTERI - "Ki suro dapat salam dari nenek ni luh" kata kinanthi dengan lantang tanpa basa basi.

"Hahahaaaa alam tak akan pergi kemana ketika rindu akan menyampaikan dendam, kegelapan telah menyampaikan maksud hatiku ingin menbunuh hahahahaaa“ ki suro menjawab dengan tertawa.


Ternyata ki suro pandai bersyair layaknya pendekar syair berdarah dalam cerita radio ketika bertemu musuh yang ingin dibinasakan.

Seketika itu serangkaian kabut kabut hitam pekat membalut jelitheng dan kinanthi dengan kekuatan yang besar, mereka terkurung dengan hantaman hantaman hawa beracun yang melemahkan seluruh kekuatan mereka berdua, jelitheng dan kinanthi tahu apa yang harus mereka perbuat ketika kabut kabut mengurungnya.

Rengkah bumi dipukulkan oleh jelitheng hingga terlihat lubang yang menganga lebar dari pusaran kabut hitam sedangkan kinan melepasakan kibasan tangan leak menghalau angin hingga membuyarkan kabut hitam yang menyelimuti mereka berdua.

Kinan ini sudah tak berparas ayu lagi rambutnya awut awutan berdiri jari jari tangannya direntangkan hingga seperti sedikit memanjang dan lengannya direntangakan ke kiri juga ke kanan melangkah lebar lebar kanan ke kiri sebuah tanda ilmu leak putih telah sempurna diturunkan nenek ni luh kepada kinan, maka kagetlah kisuro melihat kejadian itu mereka dapat keluar dari kabut hitam beracun dan kinan kini sudah berubah menjadi sosok leak putih yang pernah hampir menewaskan ki suro dalam perseteruan di singaraja delapan tahun yang lalu.

Kilatan kilatan sinar putih yang keluar dari jari jari kinanthi menyambar nyambar tubuh kisuro hingga suara desingannya sangat amat mengerikan ketika para setan yang menjadi tameng kisuro terkena sinar putih yang dilancarkan oleh tangan tangan kinan, bau bau gosong menebar ke udara, ki suro kewalahan menahan gempuran kinanthi yang sudah kesetanan parah dalam menyerang tak memberi sedikitpun ruang untuk ki suro melepaskan serangan balasan.

Kau harus mampus ki suro,,, kau harus mampus ki suro,,, sambil terus menyerang seakan akan kinanthi terbang dalam menyarangkan serangannya, sementara itu jelitheng menghampiri ki dukun gila, tapi lagi lagi alif sudah disampingnya dan mencegah untuk bertindak kepada ki dukun gila ketika alif merentangkan kedua tangannya seketika itu ki dukun langsung sujud dilepak kaki alif seraya berkata,
"Ampun,,. ampun,,,,"

Ternyata ki dukun merasa jerah terhadap siksaan yang terjadi selama ia menjadi gila, lalu jelitheng menghampiri seraya berkata,
“Ya sudah kalau sampean mau tobat berdirilah dan pulanglah jangan ikuti ajaran ki suro yang menyesatkan  biarlah alif yang membersikan semua jin yang bersemayam ditubuh sampean“

Lalu alif meletakkan kedua tangan pada pundak ki dukun serta membacakan ayat ayat suci yang begitu indah nan merdu hingga ki dukun luruh dalam alunan bacaan alif hingga menangis terseduh seduh,,

Malam kian mencekam sementara gemuruh angin laut semakin bringas, mendessa ombak pantai gemuruhnya membabi buta sehingga menutup lengkingan dan teriakan teriakan kinanthi serta ki suro yang terus bertarung mati matian,, memang ada sengketa serupa dendam membara dikubur keduanya, ayah dan ibu dari kinanthi terbunuh atas kolaborasi ki suro yang membantu para dukun di bali untuk menghabisi keluarga kinanthi dengan segala ilmu hitamnya, hanya kinanthi yang terselamatkan berkat tangan malaikat nenek ni luh.

Pertarungan mulai tak seimbang ki suro kian terdesak sampai beberapa tombak dari pantai dan kini kakinya mulai menginjakkan di air laut yang datang selalu bergulung gulung dengan ganas, ombak telah membasahi tubuhnya satu persatu tameng setan yang melekat di anggota tubuhnya gugur dengan lengkingan kematian yang mengerikan sedangkan kinanthi terus mengurung pergerakan ki suro dari segala penjuru, larikan larikan sinar putih dari tangan kinanthi terus menyambar nyambar tak kenal belas kasihan, sampai akhirnya ki suro terjebak di satu sisi sebuah perahu kecil yang terkampul kampul dimainkan ombak dan berusaha menaikinya untuk melarikan diri ketengah lautan, tetapi kinanthi terus memburu dengan segala kemampuannya, ketika ki suro hampir pasti dapat melarikan diri dengan perahu kecil itu, kinanthi menceburkan diri kelaut dan tiba tiba keluar dari laut dengan lompatan keudara tak jauh dari perahu pelarian ki suro dengan teriakkan panjang, jiiiiiaaaaaaaah,, tiba tiba gumpalan ombak memecah dengan cepat menyerang perahu ki suro,, ki suro yang sempat tertawa karena berhasil menjauhkan diri dari serangan kinanthi kini langsung pucat pasih dan menjerit mati seperti lolongan malam terterjang malaikat pencabut nyawa yang sangat amat mengerikan,, perahunya hancur sedang ki suro lenyap tak berbekas di telan ganasnya ombak laut dengan tubuh tercabik cabik oleh kemurkaan pukulan malaikat pembela ombak samudra yang dilepaskan kinanthi.

Seketika amukan alam mulai mereda ombak pun datangnya tak seganas lagi, angin pun berhenti mencaci maki berganti sepoi sepoi lelapkan sang pembawa mimpi di kedamaian malam hari, sayup sayup suara kinanthi berenang ketepian disambut jelitheng dan alif dengan senyum kemenangan, disambut tangannya dan dipeluk erat sebagai perhatian.

Mereka pun bertiga berjalan ke perkampungan dengan canda canda seperti tak terpikirkan kejadian yang terjadi malam itu.

Malam hadirkan tembang tembang keindahan di belaian sang pembawa mimpi insani membungkus rupa rupa kebahagaian dalam selimut peraduhan yang menghangati rembulan, meski pucat pasih di kerling bintang sana sini masih jua kabarkan hari yang damaikan hati, keelokan sang pembawa damai mengirim hembusannya sampaikan pesan indah disenyap mimpi mimpi ruang ruang kehidupan melepas lelap, ada di benak ketika hati ingin menyatu lagi dengan mimpi mimpi kisah lama,, apa daya janji suci hati sebelah termiliki yang lain dalam kidmat lingkar kehidupan ini.

Pagi menyibak indahnya hari alam membangunkan lelap mimpi sang penghuni kehidupan ini mentari mulai menduduki singgasana memberi senyum kehangatan pada seluruh semesta, bulir bulir embun meluruh setelah semalam mencumbu daun dan buah buah  hingga nampak segar nan ceria, kidung penyanyi dahan menyanyi dan menari mengkirap suasana kian berseri dan sepoi angin menambah lengkap pagi yang indah.

Kinanthi pergi ke pasar bersama ibu dan alif sejak dari habis subuh tadi dengan mobil karena pasar besar harus ke kota sekalian menyenangkan alif yang jarang jarang naik mobil, jelitheng pergi bersama bapak alif mencari ikan untuk makan besar hari ini sekalian merayakan syukuran atas kesembuhan si alif.

Hari ini,, hari kebahagian keluarga kecil yang tinggal ditepian pantai, mereka sangat berbahagia bertemu orang orang yang bermurah hati sudi menolong dengan sungguh sungguh  tanpa pamrih bahkan jelitheng berencana memasukkan alif kesebuah pondok pesantren agar bakat bakat alamnya bisa terasa dan digunakan untuk menolong sesama juga untuk meningkatkan mental serta kepekaan nalurinya ketika dihadapkan pada kejadian kejadian yang diluar nalar dan logika dari kemampuan pikir manusia manusia biasa, kedua orang tuanya pun menyetujui setelah diberi penjelasan tentang kekuatan kekuatan yang dimiliki si alif biar kelak setelah dewasa alif menjadi sosok lelaki tangguh yang bisa membangun pola pikir desanya yang mana masih kental dengan pemuja pemujaan pada setan untuk semua urusan.

Mereka masih lebih percaya kepada dukun jika sakit dari pada ke dokter, mereka juga lebih percaya pada sesaji sesaji klenik tempat tempat yang di yakini bisa memberi rejeki dari pada berkerja keras dan memohon kemurahan hanya ke pada Allah taa’ala, mereka juga taat beragama tetapi masih saja melakukan penyembahan penyembahan selain tuhannya, memang pola pikir itu tak bisa serta merta dihilangkan dari cara berfikir mereka yang memang sudah turun temurun, jadi harus orang dari daerah tersebut sendiri yang merubahnya yang di yakini masyarakat sebagai panutan dan juga pembimbing yang bisa memberi jalan keluar dari kesulitan kesulitan mereka saat ini.

Mereka lebih suka membakar kemenyan, menabur bunga bunga, membuat sesaji disuatu tempat, pada hari hari tertentu seperti hari jum’at legi atau hari hari yang di sakralkan lainnya, mereka kadang meninggalkan tempat tempat peribadatan seperti masjid, gereja atau purah maupun vihara ketika ada kejadian tertentu yang dijadikan suatu kesakralan disuatu tempat tersebut.

Kemusyrikkan dan penyekutuan terhadap tuhan sudah menjadi tradisi turun temurun dan diatas namakan budaya yang harus dilestarikan, memang budaya harus tetap dilestarikan tetapi jangan meninggalkan khodrat manusia beragama, manusia yang memiliki yang Maha Esa dan hanya kepadaNya seluruh umat memohon dan berserah diri atas segala ampunan dan rejeki kemurahanNya juga.

Pemandangan itulah yang terjadi beberapa hari belakangan ini ketika jelitheng berada di desa tersebut dan dari hasil tanya menanya tentang pola kebiasan masyarakat yang bertempat tinggal di desa itu dan sekitarnya, jelitheng hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat sesuatu yang lebih, dia hanya bisa membantu membetulkan sedikit sedikit kekeliruan yang terjadi pada beberapa gelintir orang yang dia kenal dengan baik, tak bisa serta merta merubah kebiasaan kebiasaan yang terjadi turun temurun itu. 

Sementara kita tinggalkan dulu si alif dengan kebahagiaannya karena jelitheng sudah memasukkan disebuah pondok pesantren terbesar dikotanya tanpa membayar sepeserpun alias gratis karena kepandaian menghafal al qur’an sampai khatam hingga membuat takjub para pengasuhnya.

Kini jelitheng dan kinanthi melaju ke surabaya bersama sama, mereka slalu bercanda sepanjang perjalanan ada saja lelucon lelucon yang keluar dari mulut mereka hingga tertawanya lepas tanpa hambatan.

***

Sesampai disurabaya mereka langsung menuju kesebuah rumah dikawasan industri rumah saudara kinanti, disana telah menanti sang suami kinanthi bersama anak kecil perempuan berumur tiga tahunan, tak lain adalah anak dari kinanthi sendiri.

Ketika pertama melihat anak tersebut jelitheng berdebar debar jantungnya seakan melihat suatu yang ia miliki pada diri anak itu, mata anak itu menggambarkan dirinya sendiri lalu benaknya pun melayang mengingat ingat kejadian empat tahun yang lalu ketika dipulau dewata saat saat masih bersama kinanthi dalam suasana apapun waktu itu.

Kini serupa pandangan balik kemasa lalu yang sudah terlewati menaburi benih kisah kisah itu kembali bersemi, lalu pertanyaan menghantui hati jelitheng, apakah yang telah kulakukan ketika itu empat tahun yang lalu ketika aku terserang pelet peluruh sukma dari sepasang dukun nyai ayu wandira dan ki anom sute yang ingin memiliki keperjakaanku untuk menambah kesaktian mereka, lalu datanglah nenek ni luh menolong dan mengobrak abrik keberadaan mereka berdua hingga terjadi pertempuran mengadu nyawa dan nenek ni luh dapat mengalahkan mereka juga mengejarnya ketika mereka melarikan diri, sementara kinanthi menjaga diriku yang sudah terasuki pelet peluruh sukma yang membuat nafsu memuncak di ubun ubun kepala, apakah kinanthi rela kujamah tubuhnya ketika pelet itu menyelimuti tubuhku yang memang pada dasarnya dia (Kinanthi) juga mencintaiku, pertanyaan dan pertanyaan terus menghantui benak pikir jelitheng seperti ribuan lebah yang keluar masuk dikepalanya, lalu kenapa kinanthi tidak memberi tahuku, apakah dia sudah terikat janji perjodohan dengan cucu tersayang nenek ni luh sebagai balas budi karena telah menyelamatkanya dari kematian walau kedua orang tua kianthi tak terselamatkan.

Renungan renungan itu kini menyumpal di hati mengundang tanya dalam benak jelitheng anaknya, tetapi semua tertutup oleh senyum kinanthi yang membuka senyum dan canda ketika bersama sama saling melepaskan rasa, suami kinanthi pun sendiri terlihat orang yang ramah tak terlintas dibenaknya rasa cemburu pada diri jelitheng meski telah bersama sama istrinya sendiri, hanya perasaan jelitheng sendiri yang grogi dan canggung ketika melihat mata anak itu adalah matanya sendiri dan suami kinanthi sendiri juga tahu kalau memang Dengan membesarkan kekuatan hati jelitheng mendekati anak itu lalu mencoba mengajak bicara dengan memegang tangan seraya membuka telapak tangannya untuk dilihat, lalu sambil melihat lihat telapak tangan anak kinanthi jelitheng bertanya,
”Namanya siapa sayang,,“

Yang di tanya hanya diam tetapi memandang dengan sangat tajam seperti jelitheng sendiri jika memandang sesuatu yang susah mengerti maka dia akan tamatkan pandangannya sama persis dengan anak ini ketika memandang jelitheng.

Hati jelitheng semakin berdebar kencang terpacu dalam dada hingga dia lepaskan pegangan tangan anak kinanthi karena mulai gemeteran melanda.

Lalu dari belakang kinanthi menyahuti,
”Ayu cahyaning ati papa,,“  bertambah grogi dan gerah perasaan jelitheng ketika kinanthi menyebut nama anaknya yang ber embel embel papa kepada jelitheng.

Kemudian jelitheng menoleh kinanthi dan suaminya mereka mala tersenyum memandang, semakin tidak mengerti jelitheng dibuatnya. Lalu kinanthi menggendongnya seraya menjelaskan ke pada si ayu kalau jelitheng adalah papanya juga sama dengan papanya sendiri, jadi ayu punya papa dua dan masih dalam gendongan kinanthi si ayu disuruh mencium tangan jelitheng sebagai papanya, dan akhirnya mereka bercanda bersama sambil makan bareng dalam suasana gembira  yang nyata.

Tetapi dalam benak jelitheng terus berkecamuk ingin tahu sebenarnya, ditelapak tangan anak kinanthi ada guratan yang sama dengan tangannya jadi ada dua kesamaan yang terjadi tapi matanya dari anak itu adalah mataku, kata jelitheng dalam hati, dengan sesekali memandang anak dihadapannya ketika pandangan si ayu dan jelitheng beradu ada perasaan aneh yang menjalari seluruh tubuh jelitheng hingga menimbulkan getaran yang kemudian tertangkap oleh kinanthi hingga dia nyeletuk hai sayang itu looh dilihatin ama papa terus senyum doonk,,

Kemudian kinanthi membuka pembicaraan mengatakan bahwa kalau ayu cahyaning ati menangis itu seperti kesurupan beberapa bulan ini yang biasanya dia ceria kini jadi pendiam seperti ini dan kinanhti sendiri sudah berupaya mencari solusi solusi tetapi tetap saja kalau menangis kayak kesurupan sampai sampai nenek ni luh sendiri yang menggendong dan menangani tetap saja menangisnya, sampai pada akhirnya saran nenek untuk membawa ke surabaya menemui jelitheng.

Empat tahun yang lalu ketika terjadi perseteruan besar di pulau dewata antara golongan putih dan hitam jelitheng terlibat didalamnya, bukan maksud untuk melibatkan diri secara tak sengaja menolong orang yang terkena kiriman ilmu hitam hingga menimbulkan belas kasihan dihati jelitheng, kemudian sang pengirim tak terima karena korbannya dapat disembuhkan oleh jelitheng, maka secara tak langsung menimbulkan perselisihan antara jelitheng dengan pengirim ilmu ilmu hitam itu yang tak lain dan tak bukan adalah nyi ayu wandira dan ki anom sute.

Kinannthi adalah seorang teman yang di temui jelitheng  disurabaya waktu perkenalan pertama kali sampai akhirnya keakraban terjadi sangat cepat terjalin seperti layaknya telah mengenal bertahun tahun diantara mereka, ada perasaan dan felling yang sama diantara mereka hingga kesedihan dan kegembiraan dapat mereka rasakan satu sama lain, sampai akhir kinanthi kembali ke bali mereka masih terlibat kontak kontakan, kemudian setelah beberapa bulan jelitheng memutuskan untuk hijrah kebali karena ada perasaan yang tak menentu dibenak pikirnya dan di tiap malam dihantui mimpi mimpi buruk yang bakalan terjadi akan menimpa kinanthi, maka terjadilah kisah kisah antara mereka berdua dalam perseteruan dengan para dukun dukun berilmu hitam yang terjadi karena saling  turun temurun lama terjadi.

Tapi kini jelitheng dihadapkan dengan persoalan pribadinya sendiri berkecamuk terus menerus mengusik ketenangannya yang biasanya senyam senyum kini rada rada diam bertanya kepada kinanthi dibalas dengan senyuman bertanya kepada suaminya tidaklah mungkin, sedangkan anak itu telah mengambarkan dirinya dibeberapa sisi tingkah laku yang sama dengan dirinya sendiri.

Malam kini menyerupai pertanyaan besar yang mengantung pada langit lalu digulirkan oleh angin menebar, menyebar hingga menjadi kecil kecil berurai pada bayang bayang lalu lalang pada dahan dan ranting serta daun yang terus melambai lambai digoyang maksud angin, tiba tiba dari dalam rumah terdengar suara ayu menangis,, sebentar saja tangisan itu telah menjadi jadi, inilah yang tadi siang diomongkan kinanthi perihal anaknya  kalau menangis seperti kesurupan makanya jelitheng tak diperbolehkan langsung pulang oleh kinanthi supaya dapat melihat kejadiaan sebenarnya yang menimpa anaknya, karena dalam pengelihatan kinanthi dan nenek ni luh tampak wajar wajar saja tak terjadi sesuatu yang merasuki atau lainnya, lalu jelitheng masuk kedalam memangkas lamunan tentang malam yang mengantung besar sebuah pertanyaan di cobanya melihat yang terjadi diraihnya ayu yang menangis menjerit jerit ke pelukan jelitheng diciuminya kening dan kepalanya berulang kali sampai sedikit mereda, kemudian beberapa saat sejenak menangis menjadi jadi lagi bertambah histeri, kini barulah jelithheng merasakan adanya hawa hawa dingin dan panas berseteru dalam jiwa ayu cahyaning ati, seketika itu dipegang kepalanya dan dihisap keningnya dengan sekuat tenaga oleh jelitheng hingga dia berkeringat membasah di tubuh, setelah itu redalah tangis itu yang tadi menjadi jadi.

Jelitheng kemudian meminta kinanti untuk membuatkan susu untuk si ayu dan sebelum diberikan kepada si ayu jelitheng mengAsmai susu itu untuk ketenangan lalu diminumkan, ada apa sebenarnya pada diri ayu “kenanthi bertanya“ sambil tetap mengendong ayu yang lagi ngedot susunya jelitheng menjawab,, ada dua kekuatan gaib yang ingin menguasai tubuh ayu tetapi tubuh ayu sendiri tak mau menerima keduanya hingga dia menangis sejadi jadinya,
“Haaaah,,,,” kinanthi dan suaminya melonggo keheranan secara bersamaan,,  jadi,, sebelum kinanthi menyelesaikan kata katanya jelitheng sudah melanjutkan perkataan lagi,, dua kekuatan gaib itu sisi dingin dan sisi panas, sisi kanan juga sisi kiri, sisi baik serta sisi jahat, kedua sisi ini akan terus bertarung hingga tubuh atau jiwa ayu nanti yang akan memilih sendiri nantinya, kalau yang menang sisi kanan maka akan baik pula perangainya dan akan sebaliknya jika sisi kiri yang menang,, “Terus gimana donk..” kata kinanthi kepada jelitheng.

Kita usahakan bersama sama untuk menaklukkan kedua kekuatan tersebut kalau memang tak bisa ada beberapa orang yang sanggup menetralisir jiwa si ayu, ”Siapa ???” kata kinanthi lagi. “Ada dee” sekenanya jelitheng menjawab. ”Pasti mertua yang gak jadi,, atau putrinya si aisyah hihihihiiiii,,,” kata kinannthi. ”Ya kita lihat perkembangan hari hari berikutnya saja“ jawab jelitheng.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close