Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BOCAH BOCAH AJAIB (Part 5)

JEJAKMISTERI - Hari hari telah berlalu begitu cepat ayu cahyaning ati masih sama dalam keadaan semula jika keberadaan jelitheng tidak bersamanya, tangisnya masih sama ketika baru datang kesurabaya tetapi ditiap kali ada jelitheng dia tak menangis sekalipun, entah ada apa, padahal perseteruan kekuatan dalam dirinya terus bergolak pada jiwa anak itu, kalaupun tak menangis kemurungan melanda dirinya, suatu senja di sebuah beranda depan rumah jelitheng, kinanthi, dan putrinya, bermain lalu dengan keisengan jelitheng mulai mempengaruhi kekuatan kekuatan yang ada dalam diri ayu cahyaning ati di pangkunya ayu, lalu di tujukkan sesuatu benda untuk mengambilnya  tetapi tidak boleh dengan berjalan melainkan dengan diam, dengan iming imingan di beliin ice crem sesukaannya, ia mulai memandangi benda yang dituju oleh matanya terus menerus, tangannya mulai berontak ingin lepas dari dekapan jelitheng tetapi jelitheng terus mendekapnya hingga sedikit memaksa agar tak lepas tangannya, dalam hitungan 5 menit dikening ayu nampaklah bulir bulir keringat mulai keluar tanda dia memang mengeluarkan atau menggunakan kekuatannya untuk mendapat hadiah ice crem kesukaan yang sudah dibenak tentang kelezatannya dan tiba tiba benda yang disebut jelitheng mulai terangkat mengambang beberapa detik dan jatuh kembali, disuruhnya lagi oleh jelitheng mengangkat kembali lebih lama, benda tersebut kembali melayang lagi, kinanthi sampai melongoh tak percaya apa yang dia lihat dan apa yang dilakukan anaknya, terperangah sampai sampai ia mencubit jelitheng tanda tak percaya apa yang sudah dilihat oleh matanya sendiri tentang kejadiaan ini, hingga cubitannya mengagetkan jelitheng dan membuyarkan konsentrasi ayu cahyaning ati dalam berkonsentrasi mengangkat benda tanpa tangan hingga benda itu jatuh kembali.


Keringat dikening ayu deras mengucur tanda kekuatan yang digunakan melebihi tenaga yang ia punyai, kemudian jelitheng melongarkan dekapannya menyuruh kinanthi mengambil minuman air putih dan langsung mengajaknya membeli ice crem kesukaan si ayu sambil bercanda canda melupakan kejadian yang barusan terjadi agar tak menjadi beban pada diri si ayu, kinanhti masih tak percaya dengan kejadiaan tersebut, bahwa anaknya sendiri bisa mengangkat sebuah benda tanpa menggunakan tangan tetapi menggunakan kekuatan kekuatan yang ada dalam dirinya sendiri.

Malam heningkan suasana kerlip bintang bertaburan memenuhi angkasa raya jika terangkai bisa jadi ribuan bait puisi yang indah penyunting kemesraan dunia yang begitu mempesonakan malam yang kian menemukan maksudnya, angin ungkapkan rahasia rahasia hati, melepas menyebar hingga akal jadi mudah menerima segala keluh kesah bahagia tanpa ada resah, keheningan membawa guguran daun flamboyan kian pasrah menyentuh tanah tempat pengasingan terakhir, runtuh bunganya sebagai penabur setia dan lambaian daun hijaunya sebagai salam perpisahan dan kesetiaan akan arti kehidupan ini.

Sunyi telah membelai insan insan dalam peraduaan mimpi mimpi indah mengiringi lenah pasti akan malam yang kian larut bergelayut memanjakan hari dikias kias pikir yang sudah terlena dan terlelap, si ayu sudah larut dalam mimpi digendongan jelitheng yang memang sudah terlelah dan kecapekan di sore tadi dalam menggunakan tenaga untuk mengangkat benda yang disuruhkan jelitheng, sedang kinanthi masih pada penasaran yang sama seperti tadi sore, dalam benaknya terus dihantui kata kata “kog bisa” dan pertanyaan itu akan ditumpahkan kepada jelitheng setelah nanti selepas menidurkan si ayu, tetapi ia urungkan pertanyaan pertanyaan itu entah apa yang dibenaknya ini ketika pertanyaan itu ia urungkan dan ungkapkan kepada jelitheng, mungin ia takut akan jawaban ketika pertanyaan itu dilontarkan dan jelitheng mala bertanya balik anak siapakah sebenarnya si ayu itu, mungkin jawaban tersebut yang ditakutkan kinanthi jika pertanyaannya ia sampaikan kapada jelitheng, nah dua sosok manusia yang secara bersamaan memiliki pertanyaan yang susah ia tanyakan dikarenakan takut akan jawaban jawaban semestinya ia jawabkan, kepada sang penanya, karena dengan keterbukaan keduanya akan memudahkan dalam menangani kasus si ayu, bukankah mereka adalah sepasang manusia manusia yang bisa dalam hal hal diluar nalar manusia biasa, lagi lagi egoisme yang dipermasalahkan dalam keterbukaan  memecahkan masalah, kinanthi tak menjawab dengan kejujuran yang biasa ia sampaikan kepada siapa saja ketika mengungkap apa saja.
Sedangkan jelitheng sendiri pastinya tak akan memberi penjelasan ketika pertanyaan terlontarkan dari mulut kinanthi karena belum mendapat jawaban yang pasti tentang anak tersebut, hal yang sebenarnya mudah bagi mereka jika ada keterbukaan sedikit saja, tapi mungkin kinanthi merahasiakan kebenaran itu ada sebabnya karena dia masih berstatus istri orang untuk menghormati hak dan kewajiban sebagai istri yang patuh pada suami dan juga menjaga kehormatan sang suaminya sendiri. 

Biarlah itu semua menjadi rahasia mereka berempat jelitheng, kinanthi, ayu cahyaning ati, dan nyoman (suami kinanthi) suatu saat pasti ada penjelasan sendiri ketika waktunya tiba entah dari keterus terangan pribadi masing masing atau pemberitahuan dari gaib gaib alam semesta yang akan mengabarkan.

Hari hari kini mulai ada kemajuan yang sangat pesat dari kemampuan si ayu, dia sudah bisa lebih lama mengangkat benda benda yang dperintahkan cuman belum mampu mengambil sampai ketangannya sendiri dalam jarak lebih dari sepuluh meter, pasti ditengah perjalanan benda yang melayang jatuh, mungkin faktor umur dan tenaga serta pikiran yang terbatas perlu pembelajaran dan pelatihan yang berlanjut, tangisnya masih suka terjadi itu yang membuat jeliteng memeras otak untuk memecahkan kejanggalan pada diri ayu cahyaning ati dalam hal tangisan tidak wajarnya yang di picu oleh perseteruan sisi dingin dan sisi panas dalam tubuhnya.

Suatu hari ketika kinanthi mengajak ke kota malang untuk liburan serta ingin menikmati kesegaran serta kesejukkan alam pegunungan, dengan cepat jelitheng langsung teringat akan nisa bocah yang ia temukan di kota malang dan sudah memanggil jelitheng papa, kemudian diputuskannya mampir kerumah nisa sekalian mengajaknya dalam acara liburan kali ini, sesampai dirumah nisa, dia sudah menanti kedatangan papa jelitheng yang memang dia ketahui ketika jelitheng memutuskan untuk mampir dan mengajaknya, karena kemampuan nisa yang sudah bagus akan telepatinya, apalagi dengan jelitheng langsung kontak tanpa halangan berarti.

Dia sudah memberitahu mamanya bahwa papa jelitheng akan datang dan menyuruh mamanya untuk memasak makanan  kesukaan papa jelitheng, dan ketika sebuah mobil berhenti didepan rumahnya, dia (Nisa) langsung berhambur menyambut dengan sukacita.

Disambutnya jelitheng 
dengan pelukan dan langsung minta gendong seraya berkata papa, tetapi keinginan minta gendong langsung dia urungkan karena melihat jelitheng sudah mengambil si ayu untuk diperkenalkan,
“Assalamuallaikum,,,” sambil memcium tangan.
“Alaikum salam” jawah jelitheng. haaii ini papa bawah adik ayu namanya ayu cahyaning ati, dan ini kenalin mama kinanthi, dan mereka pun langsung akrab terutama si ayu dan si nisa langsung menyatu, berkali kali nisa menciumi adik kecilnya yang baru, dan keanehan baru terjadi setelah mereka semua habis makan bersama, si nisa mengandeng adiknya keluar rumah dihalaman samping yang kebetulan ada pohon jambu air yang berbuah besar besar mereka (nisa dan ayu) duduk memegang boneka main anak anakan tiba tiba nisa mengarahkan telunjuknya kearah segerombolan buah jambu air, entah pikiran apa dibenak mereka berdua si ayu ikut merentangkan tangannya juga menunjuk satu arah gerombolan buah buah jambu air tersebut dan ketika kedua jari jari telunjuk mereka  bersama sejajar menunjuk maka rontoklah semua buah tak bersisa yang menempel diranting dan dahan hingga menimbulkan suara “ggrrrooooodoooook,,,” dan tertawalah mereka berdua sambil berjalan punguti buah buah itu dan dimakannya, jelitheng, kinanthi, dan mamanya nisa yang dari tadi asyik ngobrol dibikin kaget dengan suara gaduh berjatuhan semua buah jambu air tak bersisa dipohonnya.

Dengan cueknya sambil terus bercanda mereka tak memperdulikan barusan apa yang mereka perbuat, jelitheng dan kinanthi keluar menemui mereka sedang mamanya Nisa hanya dibelakang kinanthi ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan diam,
”Nisa emang barusan ada angin gedhe lewat ya, kog jambunya pada jatuh,,” kata jelitheng. Lalu nisa menjawab “Iya pa,, angin satu di tambah angin satu sama dengan angin gedhe,, hihihihiii,,” hmm mulai niih becandanya tak jewer looh,,, yaa,, kata jelitheng, si nisa masih senyam senyum sambil sesekali menciumi adik barunya, kemudian jelitheng bercerita sedikit tentang ayu yang kalau menanggis suka menjerit jerit kepada nisa, tetapi jawaban simple nisa membuat diri jelitheng dan kinanthi lega, nisa hanya berkata “Jangan nangis ya,, dik kalau pengen nangis bilang nisa ya,,, biar nisa bikin nangisnya pergi yaa,,“ sambil mencium si ayu kembali hingga ayu mengusap pipinya yang mulai klomo nan basah.

Malam datang dengan perlahan mengurai bias bias keheningannya pada pekat kekuasaannya beriringan datang melelapkan daun daun pohon trembisi berserta burung burung pengguninya, bintang bintang mulai bertaburan menghiasi kekuasaan langit, angin sejuk menambah dingin suasana malam ini, ayu dan nisa sudah terlelap setelah mengobrak abrik kamarnya dengan segala yang dia miliki seolah olah mengajarkan pada adiknya tentang kemampuan diri yang sebenarnya jarang dia perlihatkan bahkan dengan mamanya sendiri dia enggan pamer kecuali memang amat sangat mendadak jika diperlukan, hanya dengan jelitheng dia suka pamer kekuatan kekuatan yang termiliki, karena memang itu nasehat yang slalu didengunkan ditelinganya, tetapi entah kenapa nisa langsung unjuk pamer apakah karena adiknya juga memiliki kesamaan dengan dia yang juga memilki kelebihan kelebihan yang sama.

Kinanthi juga heran melihat kelebihan nisa, sampai didalam benaknya berpikir seperti apa kekuatan yang dimiliki ketika dia beranjak dewasa nanti jika kemampuannya terus diasah dan digembleng terus menerus, uups bayangannya terus melayang mencari cari serupa apakah mereka nanti anak sendiri i gusti ayu cahyaning ati pasti mereka akan jadi anak anak yang tangguh jika disatukan memiliki kehebatan yang saling melengkapi dan mungkin menjadi generasi penerus dia (kinanthi) nenek ni luh, jelitheng sendiri, aisyah dan abahnya yang konon kata jelitheng memiliki kelebihan yang sukar mencari kan tandingannya, pikiran kinanthi terus melayang menghayal tentang serupa apakah mereka dewasa nanti, lalu timbul dibenaknya ingin segera memperkenakan diri pada aisyah dan abahnya, keinginan juga menghantui serupa apakah kecantikan dan kelembutannya sosok aisyah yang membuat jelitheng orang yang dicintai keblinger tujuh rupa (keblinger tujuh rupa adalah kegilaan yang membuat seseorang dalam melihat apa saja serupa orang atau sesesuatu yang digilai atau disanjung) yang tak bisa saja dalam sekejap cepat melupakannya atau mengalihkan pandangannya.          

Pagi membuka indahnya hari cakrawala timur menampilkan cahaya keemasan berkilau mencerahkan langit bunga bunga pelataran mekar pamerkan keindahan serta harumnya dan rerumputan segar bermandikan embun pagi, suara burung burung alam memandu sebagai himne semesta karunia sang pencipta dan angin yang bertiup sejukkan tubuh yang penat serta lelap diselimut tadi malam, kicau dua bocah yang mandi ceriahkan rumah hingga bikin gaduh suasana kamar mandi, canda tawa mereka menghapus rasa dingin air mereka mainkan seakan tak mau keluar dari tempatnya, hari ini nisa masih ada sekolah karena masih sabtu tetapi dia tak mau sama sekali untuk berangkat seperti biasanya, dia mau berangkat kalau bersama sama adiknya, sampai akhirnya mamanya mengijinkan tetapi lagi lagi meminta syarat dia gak mau diantar siapapun baik mamanya sendiri maupun papa jelitheng, memang sekolah nisa tak jauh dari rumahnya hanya beberapa ratus meter, dengan berat hati kinanthi melepaskan putri semata wayang yang masih kecil ikut pergi kesekolah bersama kakaknya dengan berjalan kaki bergandengan, sedangkan para orang tua hanya mampu melihat dari halaman rumah sampai mereka benar benar masuk halaman sekolah.

Di sekolah nisa lebih dulu meminta ijin sama guru sekaligus memperkenalkan adik barunya ikut masuk kekelas bersamanya dan sang guru nisa pun mengijinkan, sebelum jam pelajaran dimulai nisa mengajak adiknya bermain main ditaman sekolah dan ternyata nisa di sekolah menjadi preman kecil yang ditakuti semua teman temannya hingga dia sering mendapat pemberian dari teman teman semacam upeti agar tak diganggu olehnya dan rata rata semua temannya baik serta patuh kepada nisa hingga sang adik kecilnya mendapat jatah jajan atau makanan dari teman teman nisa, tiba tiba ada kekuatan gaib yang bersemayam disalah satu gedung sekolah, nisa menangkap sinyal dari kekuatan sisi kiri atau sisi panas yang terpancar dari tubuh si ayu ingin menyatu kedalam tubuhnya, seketika tubuh ayu menolak dan mulai menegang murung tak ceria kembali berdiam disatu sisi ayunan sambil berpegangan, nisa langsung bereaksi melihat sosok kekuatan gaib yang ingin menyatu pada diri ayu, ditariknya tangan kiri ayu direntangkan sejajar dengan pundaknya lalu dari pangkal bahu ayu ditariknya dengan kekuatan yang ia miliki dengan penuh hingga mata ayu yang menegang sedikit melotot mereda kembali, kemudian nisa berlari menuju sebuah gedung kosong serupa gudang, tangannya menggenggam keras menegang wajahnya sungut sungut memendam amarah  lalu nisa memasuki gudang yang memang masih meremang gelap belum tersinari matahari, ternyata didalamnya merupakan kerajaan dari para kuntilanak yang berdiri berjubel jubel memenuhi ruangan itu, seketika suara gaduh mulai terdengar seperti benda jatuh atau sesuatu terseret mengeret pada lantai ketika nisa melepaskan amarah ingin berseteru dengan para kuntilanak tersebut dan satu pukulan sudah nisa lepaskan, mereka pun melawan dengan mengeroyok berputar putar melayang hingga membentuk satu suatu pusaran yang menyelimuti nisa, pintu gudang pun menutup dengan sendirinya, tetapi tak sedikit pun meyiutkan nyali nisa didalam gudang gelap nan pengap sendirian dikelilingi pusaran gaib kaum para kuntilanak, dia (nisa) ingat yang pernah dikatakan papa jelitheng bahwa nisa punya kekuatan yang dapat menghipnotis makluk gaib apapun bentuknya dan kerajaan setan manapun akan patuh juga tunduk kepadanya, dalam pusaran para kuntilanak nisa menyilangkan kedua tangannya pada bahu memejamkan mata dengan diam perlahan lahan membuka tangannya dan direntangkan lalu berputar putar mengikuti arah pusaran yang memulasnya, nisa terus berputar putar mengikuti pusaran para kuntilanak lalu diam dan membuka mata seketika para kuntilanak juga ikut diam hanya melayang tak berkutik, nisa menghelai nafas lega lalu membatin dalam hati untuk memperingatkan kepada para kuntilanak agar jangan merasuki atau mengganggu  adiknya si ayu.

***

Bel sekolah pun terdengar tanda masuk sekolah untuk pelajaran dimulai nisa pun berlalu membuka pintu yang tertutup sendiri tadi melenggang kearah adiknya yang ditemani teman teman sekelas nisa, pelajaran baru dimulai kurang lebih sejam, ayu cahyaning ati mulai menegang kembali matanya sedikit melotot kembali seperti menahan luapan yang amarah yang tinggi, nisa baru menyadari karena menyimak pelajaran dari bu guru hingga menyentuh tangan adiknya yang berkeringat basah dan dipanggilnya jelitheng dengan telepati, “paa,,, adik“ kata nisa. Seketika mendengar panggilan nisa jelitheng bergegas beranjak menuju kesekolah nisa dengan sedikit berlari, sesampai di sekolah nisa sudah menggandeng adiknya berada diluar kelas dengan mata melotot mulut bungkam mengembung dan tangan berkeringat basah, digendongnya si ayu oleh jelitheng lalu si nisa mengadu bahwa sri ratu kuntilanak ingin mengambil ayu dan menguasai jiwanya, tanpa pikir panjang diajaknya mereka berdua pulang oleh jelitheng, tujuannya menjauhkan pengaruh pengaruh negatif yang ada dilingkungan sekolah agar dapat dinetralinisir dengan cepat.

Sesampai dirumah mulai ada rasa mendendam pada diri nisa tampangnya sungut sungut memandang jalan arah dimana dia sekolah, sementara kinanthi tak mengetahui kalau anaknya mendapat masalah ketika diajak nisa kesekolah, kinanthi telah pergi bersama mamanya nisa untuk berbelanja keperluan si ayu yang memang tak membawa banyak sejak dari surabaya kemarin, nisa masih mondar mandir penasaran akan sri ratu kuntilanak yang ingin mengusai adiknya tadi, jelitheng yang tahu persis kelakuannya berusaha menenangkan jiwanya setelah menetralkan hawa si ayu, kemudian jelitheng berkata kepada nisa “Nanti malam kita satroni sekolahan mu” langsung legalah perasaan nisa ketika pendapat kepastian balas dendamnya nanti malam. 

Malam telah melarut bersama maksud alam mewarnai kegelapan dengan segenap para penggembara ruang ruang semesta kidung kidung sunyi telah ditakbirkan pada segenap penjuru mata angin, jelitheng dan kinanthi berencana menyatroni sekolahan nisa hanya berdua, tetapi nisa memaksa untuk ikut, lalu jelitheng membujuk nisa agar adiknya ada yang menunggu dirumah bersama mama, dimungkinkan agar kalau ada penyusup yang nyampai dirumah nisa bisa langsung mengambil tindakan, karena kalau yang menunggu adik hanya mama sedang papa mama kinan dan nisa ikut bisa beresiko, karena mama tak bisa merasakan kehadiran para penyusup yang ingin menguasai jiwa adik ayu, dengan sedikit tak terima akhirnya nisa mengerti maksud papa jelitheng.

Dan maka pergilah jelitheng dan kinanthi menuju ke sekolah nisa malam itu, setelah sampai didepan pintu sekolah ditemuinya penjaga sekolah, seseorang paruh baya warga setempat yang mengetahui persis setiap kejadiaan yang aneh aneh di kawasan sekolah tersebut, pak kardi namanya, jelitheng memohon masuk dan minta didampingi oleh pak kardi, kemudian pak kardi menceritakan dulu sebelum di bangunnya gedung yang sekarang dijadikan gudang, dulunya dibangun untuk dijadikan kelas untuk belajar mengajar, karena sering terjadi kesurupan terhadap murid murid dikelas itu dan banyaknya murid yang sakit aneh aneh bahkan meninggal maka oleh ahli spiritual setempat dianjurkan  tidak memakai gedung tersebut untuk proses belajar mengajar, karena tanah yang di bangun gedung tersebut adalah kerajaan para lelembut dan akan terus mengganggu karena wilayahnya jadi ramai suara suara anak anak belajar, pada waktu pembangunan pertama gedung itu pak kardi sudah memberi saran agar tak membangun gedung ditempat tersebut, tetapi pihak sekolah tetap melaksanakan pembangunan dikarenakan memang sekolah sedang membutuhkan tambahan gedung untuk menambah kapasitas sekolah, sejak awal pembanguan gedung sudah terjadi kejadian kejadian aneh hingga terjadi meninggalnya pekerja bangunan tetapi pihak sekolah tetap melanjutkan pembagunan dengan alasan yang logis, kata pak kardi menuturkan, dan kini mereka bertiga sudah didepan pintu gudang, jelitheng menjelaskan kepada pak kardi maksud kedatangannya ke gudang tersebut, bahwa tadi pagi anaknya hampir celaka oleh ratu penghuni gedung tersebut dan sekarang dia (jelitheng) bermediasi agar jangan menganggu semua anak yang ada di sekolah ini terutama anak anak yang sudah menjadi anak anak jelitheng sendiri, dengan manggut mangut pak kardi mengerti apa yang dijelaskan oleh jelitheng, ketika pintu dibuka oleh pak kardi, tampaklah bergentanyangan para kuntilanak yang datang dalam gedung itu, kemudian jelitheng berkata pada pak kardi “apakah bapak ingin mengetahui semua yang ada didalam gedung ini, kalau ingin melihat semua yang ada biar kinanthi yang akan membuka, agar pak kardi dapat melihat semua yang ada tidak dengan setengah setengah” kemudian pak kardi menjawab  “iya“ maka kinanthi langsung membelakangi pak kardi seraya berkata mohon maaf pak, sambil mengusap kepala lalu diteruskan kemata, setelah itu pak kardi mundur beberapa langkah melihat isi dari pada gudang tersebut, dia sekarang berdiri dibelakang kinanthi dan jelitheng sesekali berucap “Astogfirulloh” berkali kali ketika ada pergerakan pergerakan dari para kuntilanak, kemudian jelitheng menyuruh pak kardi menunggu agak menjauh sedikit ketika jelitheng dan kinanthi memasuki garis batas gaib mereka, maka terjadilah kebringasan kebringasan dari para kuntilanak meneror agar keduanya menjauh dari wilayah kekuasaan mereka, tetapi jelitheng  dan kinanthi bersepakat tidak mengadakan kontak perseteruan secara langsung karena sifat mereka yang memang dari jenis pendendam apa lagi dalam koloni kerajaannya, jelitheng dan kinanthi sudah paham betul watak watak dari berbagai macam para makluk gaib, bukannya tak mau membabat habis mereka para kuntilanak tetapi lebih melihat kebelakang kepada anak anak murid sekolah tersebut agar dikemudian hari tidak menjadi sasaran balas dendam dari pada para kuntilanak kuntilanak itu, dalam bermediasi atau berkomunikasi mereka para kuntilanak telah merasa tidak tenang oleh tangan nisa tadi pagi ingin menuntut balas dan juga ingin menguasai diri adiknya si ayu cahyanig ati kerena dalam diri ayu adalah jiwa jiwa leluhur mereka yang digariskan pada diri ayu, itu yang dikatakan oleh ratu kuntilanak digedung sekolahan tersebut, dan itu membuat darah amarah kinanthi mendidih hingga jiwa leak yang terserap disari pati ilmunya mulai menampakkan gejolak gejolak aneh ingin segera menyerang ratu dari pada para kuntilanak tersebut, tangannya mulai menggenggam dibuka berulang ulang hingga nampak jemari jemarinya mulai memanjang tanda ilmu leak putih segera mengalir dalam darah diri kinanthi, tetapi dengan sigap jelitheng memegang tangannya untuk menenangkan gejolak gejolak yang mulai memanas, jelitheng tetap komitmen melakukan mediasi tanpa pertempuran segala upaya telah digunakan agar supaya mereka melepaskan maksud daripada ingin menguasai diri dari ayu cahyaning ati yang kini dalam lindungan nisa dirumah, tetapi mereka tetap pada pendirian semula, hingga peringatan jelitheng memberi solusi terakhir, mereka tetap tak menuruti, hingga akhirnya jelitheng berkata  “ngapunten (maaf) saya harus mengusir jenengan sedoyo (kalian semua) dari tempat ini,,”  maka dengan menjejakkan tanah sebanyak tiga kali seraya berkata “kunto“ lalu mengajak kinanthi mundur beberapa langkah, seketika datanglah suara angin berhembus mengitari gedung dan kini si kunto telah berdiri menyeringai memamerkan taring taring yang tajam memanjang mengerikan dan berkata  “kang mas aku rawuh (kang mas aku datang) dan tertawa hohohohhooo,,, gandenganmu ayu kang mas sambil melirik kinanthi, kinanthi yang dilirik mala melotot tajam hingga pandangan mereka beradu membuat si kunto tak mau memandang lagi, kemudian jelitheng berkata kepada kunto “Pindahkan mereka semua dari tempat ini biar tak mengganggu para murid yang sekolah“ dan mereka para kuntilanak merasa tidak senang bahwasannya kekuasaan mereka dihadiri oleh kunto yang merupakan bukan dari bangsa mereka melainkan dari bangsa gendruwo, tak pelak perseteruan baru di munculkan dan jelitheng adalah dalangnya, pertarungan pun tak bisa dielakkan antara bangsa gendruwo dan kuntilanak tapi ini merupakan pertempuran yang tak seimbang si kunto sendirian dikeroyok para kuntilanak yang jumlahnya entah berapa, hingga menimbulkan suara gaduh yang begitu menyayat dan lolongan serta jerit kengerian sering terdengar dalam gedung tersebut, kinanthi keluar berinisiatip memagari seluruh gedung dari luar agar tak ada nantinya satu pun yang keluar untuk melarikan diri, ditemani pak kardi kinanthi mengeliling gedung untuk memagari.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close