Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BOCAH BOCAH AJAIB (Part 6)

JEJAKMISTERI - Semakin malam semakin seru perseteruan di dalam, sampai pada akhirnya kunto kewalahan meladeni pertarungan yang tak seimbang bukannya kalah, satu persatu kuntilanak yang tertangkap kunto di ikat dengan “tali pengikat jagad” apa pun bentuk dari makhluk gaib itu jika terikat dengan tali pengikat jagad mereka tak akan sanggup melepaskannya kecuali pemiliknya sendiri yang melepaskan, sampai pada akhirnya kunto memanggil keluarganya untuk membantu mengikat para kuntilanak untuk di pindahkan ke suatu tempat agar tak bersemayam di gedung sekolah ini lagi, maka dengan cepat berdatanganlah para keluarga si kunto langsung terlibat dalam pertempuran itu, mereka bahu membahu seperti yang sudah sudah ketika terjadi perseteruan, yang paling bengis adalah istri dari kunto yang begitu bernafsu menghabisi, hingga membuat para kuntilanak keder dibuatnya, tak seberapa lama mereka para kuntilanak sudah terikat semua tinggal sang ratunya yang masih bertarung habis habisan dengan istri kunto.


Kita tinggalkan sejenak pertarungan digedung  sekolah antara bangsa gendruwo dan bangsa kuntilanak, ternyata ada beberapa suruhan dari ratu kuntilanak untuk menyatroni rumah nisa sebelum gedung tersebut dipagari oleh kinanthi, beberapa dari mereka sudah berada disekitar rumah nisa tetapi mereka tak bisa langsung masuk, karena rumah nisa sudah terpagari terlebih dahulu oleh kinanthi sebelum dia melangkah pergi meninggalkannya, nisa yang dari tadi mendendam begitu merasakan kehadiran para kuntilanak langsung keluar menyambut dengan larikan larikan sinar putih yang keluar dari jari jari telunjuknya diarahkan kepada para kuntilanak tanpa basa basi terlebih dahulu dan mereka pun langsung menghindar maka terjadilah saling melepaskan kekuatan masing masing, barisan para kuntilanak berusaha menarik kekuatan yang nisa miliki tetapi terhalang dinding pagar yang dibuat kinanthi hingga nisa leluasa dalam menyerang, meski dikeroyok beberapa dari bangsa kuntilanak nisa tak gentar karena dia mempunyai tameng yang sangat amat kuat yang dibuat oleh mama barunya yaitu kinanthi, mungkin seandainya nisa tanpa tameng dia akan pasti kalah dalam pengeroyokan itu, dari sisi umur yang masih dibilang anak kecil sedangkan musuhnya adalah dari golongan lelembut yang umurnya mencapai ratusan tahun dengan jumlah yang banyak pula dan dari sisi kekuatan mungkin dia lebih mampu tetapi segi pengalaman dalam pertarungan jelas tidak ada apa apanya dibanding dengan mereka, para kuntilanak memancing nisa untuk keluar dari batas pagar gaib yang di buat kinanthi dengan berlari menjauh agar supaya nisa mengejar mereka dan menjauh dari garis batas pagar gaib itu, tetapi nisa bukanlah bocah bodoh yang mau dipancing begitu saja, seandainya ada papa jelitheng mungkin dia langsung mengejarnya tetapi ini tidak dia sendirian sedangkan adiknya belum bisa mengunakan kekuatan yang dimiliki, maka dengan mengatupkan kedua tangan didada dan kemudian direntangkan kembali seraya berkata sedikit bersuara “mendekat,, mendekat,, mendekat,,“ ternyata nisa menggunakan kekuatan hipnotisnya untuk membuat para kuntilanak mendekat dan semakin dekat sampai pada akhirnya hanya bergentayangan melayang dihadapan nisa kemudian memasuki garis pembatas pagar gaib kinanthi, lalu terbakarlah mereka dengan lolongan menjerit pilu kematian menyayat malam dan lenyap ablas.

Itulah kekejaman pagar gaib punya kinanthi  selalu memakan korban jika mereka memaksakan masuk dalam lingkaran pagar itu, karena itu warisan dari nenek ni luh yang memang tanpa belas kasihan kepada para makhluk makhluk jahat yang bisa mencelakai atau pun sampai membuat nyawa meninggalkan raga, itu dikarenakan kehidupan yang keras ditanah dewata yang sangat kental dengan mistis mistis dan gaib gaib yang bisa mengambil nyawa seseorang tanpa permisi lagi.

Kini legalah nisa setelah diyakini para lelembut dari golongan kuntilanak itu lenyap, maka dia pun masuk kembali kedalam rumah dan langsung ke kamar dimana ada adik dan mamanya.

Pertarungan masih terjadi dengan sengitnya antara istri kunto dan ratu kuntilanak,vsaling melepaskan kesaktian masing masing sedang kunto dan anak anaknya hanya menyaksikan saja, kekehan dan erangan mereka berdua saling bersautan dalam gedung tersebut hingga menimbulkan geteran getaran aneh seisi ruangan itu, sampai akhirnya kinanthi melerei atau memisahkan mereka berdua tetapi keasikan perkelahian mereka disambut salah paham oleh mereka berdua  dan berbaliklah mereka berdua mengeroyok kinanthi hingga terjadi pertempuran baru antara kinanhti, nyai darmi (istri kunto) dan ratu kuntilanak, ya tiga perempuan bertarung sekaligus dari bangsa berbeda manusia, gendruwo dan kuntilanak saling serang dan saling mengalahkan, sampai pada akhirnya kinanthi berubah menjadi leak yang sadis dan mengerikan bukan lagi perempuan cantik yang dilihat kunto tadi, maka mundurlah mereka berdua nyai darmi dan ratu kuntilanak melihat perubahan yang terjadi pada kinanhti, dan tunduk dihadapan kinanthi, tangan jemarinya menjulur julur mengembang dengan kuku putih panjang nan tajam, matanya melotot tajam juling kekiri dan kekanan rambutnya acak acakan berdiri semua mulutnya menyeringai berdesis, melenggak lengok pada satu tumpuan layaknya penari bali yang kadang gemulai kadang bringas memainkan tubuhnya.

Dengan masih bergoyang goyang dan menyeringai leak kinanthi mengancam barang siapa yang mengancam jiwa anak semata wayangnya akan dibuat menyesal pada akhir ajalnya, dan ratu kuntilanak pun tunduk mematuhi semua serta tak akan lagi ingin memnguasai jiwa anak kinanthi yaitu ayu cahyaning ati selamanya, lalu jelitheng menyuruh kunto bersama keluarga untuk pulang bersama para kuntilanak yang tertangkap tadi untuk dipindahkan ke suatu tempat yang nanti ditentukan oleh si kunto sendiri, dengan sangat cepat kunto pun telah pergi dari tempat itu, kini tinggalah ratu kuntilanak sendirian menjadi penghuni gedung ini dan berjanji tidak akan menggangu keberadaan semua siswa yang bersekolah disitu, dengan berucap puji syukur jelitheng dan kinanthi memohon pamit kepada pak kardi karena urusan di gedung tersebut telah selesai.         

Sesampai dirumah berbahagialah mereka karena semua urusan bisa terselesaikan dengan tanpa ada yang terluka, rasa laparpun memanggil yang memang kebetulan didepan rumah ada aroma sate kelinci memanggil memanggil untuk di nikmati, dan tak ditunggu lagi mereka semua pun menikmati lezatnya sate kelinci yang tersaji hangat mengoda untuk mengisi kelaparan perut yang menanti, ternyata mereka pada kerasukan dalam makan sampai sampai si nisa dan ayu menghabiskan dua puluh tusuk sate, melihat itu jelitheng merasa tersaingi dalam pola makan banyak, sampai dia (jelitheng) nyeletuk,
“Ternyata kalian anak anak gendruwo dan sundel bolong ya,, kog doyan sekali makan sate“ lantas nisa tertawa dan diikuti oleh semua tak terkecuali penjual satenya.

Hari hari yang sebentar dalam pertemuan persaudaraan mereka manfaatkan dengan mengisi keceriaan dan kegembiraan, tawa canda selalu terlontar dengan mulus tanpa hambatan, dengan pergi ketempat tempat ternyaman yang ada di kota malang, mereka isi dalam kebersamaan, kadang kadang kejailannya jelithenrg mulai menular ke pada para si kecil nisa dan ayu, sering kali terlihat mereka berdua ngupil dan hasilnya mereka bandingkan besar besaran, lalu tertawa bersama sama suatu pemandangan yang mengasikkan bagi mereka yang tua tua terutama jelitheng, dan itu menjadi sebuah candu bagi mereka berdua tiap kali senggang dalam bermain maupun bercanda “ngupil“.

Ada sebuah cerita klenik yang terjadi ketika mereka liburan di kawasan wisata di kota malang, waktu itu siang nan sejuk tepatnya ketika lapar memanggil, nisa minta memilih sebuah tempat makan yang biasa biasa pengunjungnya dari pada yang ramai sekali, jelitheng pun menyetujui, memilih tempat yang pojok dan agak luas mejanya, setalah memesan makanan nisa sambil ngupil memandangi tempat makan yang ramai tersebut, kemudian setelah mendapat hasil dia sentilkan kearah warung yang ramai tadi, begitu seterusnya, sampai sampai mamanya sendiri melarang untuk tidak melakukan hal tersebut, tetapi bukan nisa namanya kalau sekali perintah dapat mendiamkan kegiatan ngupil tadi, sampai akhirnya mama kinanthi melihat arah tempat makan yang ramai tersebut dan kinanthi pun menggeleng geleng sambil membetulkan posisi duduk si ayu, kemudian nisa menghentikan kegiatan ngupilnya tapi tetap memandang kearah yang sama, jelitheng yang melihat kegiatan nisa berdiam saja seakan akan tak tahu menahu apa yang akan dilakukan nisa demikian juga dengan kinanthi, ketika pemilik warung mengantarkan pesanan ke meja mereka, kinanthi nyeletuk kepada pemilik warung,
"Bu sebentar lagi tempat makan ibu ini akan ramai untuk beberapa hari kedepan, dan dimulai dengan hari ini,," Amien alhamdulillah" kata ibu pemilik warung.
"Tapi kita dapat diskon ga.." kata kinanthi menawar.
"Kalau bisa ramai hari ini juga minuman dan nasi yang sudah dipesan gratis,, lauknya aja yang bayar..." kata ibu pemilik warung.
Jelithing dan kinanthi langsung berucap bersamaan,
"Terima kasih ibu amien,," sedangkan mamanya nisa sendiri hanya melongo dan geleng geleng kepala saja, kemudian nisa mengambil sebuah gelas teh paling manis kesukaannya di bawanya kepelataran dari tempat makannya lalu di tuangkannya di didepan pintu yang disaksikan oleh ibu pemilik warung, sebelum menuangkan gelas berisi teh manis itu nisa meminumnya sedikit baru menuangkannya depan pintu masuk pas disisi luar, dan ibu pemilik warung heran melihat kelakuan nisa hingga menghampiri dan berkata,
"Teh nya gak  enak ya,, sayang kog dibuang,,"
Dengan polosnya nisa menjawab,
"Biar semutnya pada datang kesini" lalu nyelonong kemeja makannya dan di ikuti ibu pemilik warung dengan keheran heranan mendapat jawaban dari si nisa.

Tak berselang lama pengunjung warung itu pun berdatangan satu persatu hingga mulai ramai dikunjungi para pembeli dan si ibu itu dengan sibuk melayani pengunjung juga mengerti arti dari jawaban polos nisa tadi   "Semutnya memang pada datang" kata ibu itu kepada kepada nisa.

Mereka pun akhirnya berpamitan pergi karena memang sudah kenyang dan pengunjung tempat makan itu kian dipadati pengunjung, sampai pada akhirnya di gratiskan semua makanan yang sudah dimakan tetapi kinanthi tetap membayar sesuai perjanjian sebelumnya yaitu membayar lauknya yang dipesan aja, dan ibu pemilik warung itupun berucap ribuan terima kasih kepada mereka terutama ke nisa, itu adalah sedikit kejailan nisa ketika melihat suatu ketidak wajaran dalam hal dagang berdagang yang menggunakan kekuatan kaum astral sebagai pelarisnya hingga mempengaruhi atau melemahkan pesaingnya.

Pelaris atau penarik dalam hal dagang adalah hal yang jamak bagi masyarakat pada umumnya yang memang pengetahuan tentang agama yang kurang atau lebih dikenal dengan tingkat keimanan yang lemah hingga pergi kesuatu tempat sesembahan pada bangsa jin maupun setan agar di bantu dalam mencari rejeki yaitu pelarisan tersebut.

Pada jaman dahulu biasanya para jin atau setan yang membantu pelarisan meminta tumbal pada keluarga yang bersangkutan sebagai timbal balik, entah anak, istri, suami bahkan orang tuanya sendiri, tetapi dengan perkembangan dan perubahan jaman tumbal atau sesembahan bisa di belikan, jadi bukan dari pihak keluarga lagi, melainkan orang lain seperti pegawainya sendiri atau orang sekitarnya yang sering mendapat kebaikan  berlebihan dari sang juragan pemilik pelarisan atau pesugihan tersebut, semisal gaji atau bonus yang berlebih, royal kepada keluarga dari pegawai atau orang yang akan di jadikan tumbal pada jauh jauh hari sebelum orang tersebut diserahkan untuk dijadikan tumbal, dan orang yang akan dijadikan tumbal biasanya sebelum ajalnya dia akan tampak lebih pendiam atau kelihatan paling happy sedunia, karena dia sudah diikuti atau lebih tepatnya di tempelin sampai pada waktunya pengambilan tumbal yang telah ditentukan, juga arwahnya biasanya suka menangis dirumahnya sendiri atau suatu tempat dimana dia biasanya berkumpul dengan teman terdekat ataupun keluarganya  dan terdengar jelas oleh mereka ratapan tangisannya.

***

Dalam perjalanan ketempat rekreasi lain kini yang jadi lakon adalah nisa, entah ingin menunjukkan kemampuannya pada jelitheng yang memang ingin mengetahui perkembangan dari kemajuan kemajuan yang ia miliki atau mungkin pamer kepada mama baru kinanthi, ketika mobil yang mereka tumpangi melewati sebuah tempat tepian desa, dilihatnya beberapa orang membawa sesaji kesebuah pohon rindang nan besar, sebuah tumpeng plus ayam panggang dengan segala tetek bengeknya, kemudian dia menyuruh mamanya memperlambat laju mobilnya dan terus berhenti,
"Ada apa nisa“ kata mamanya.
"Ada makanan gratis" jawab nisa.

Seketika meledaklah tawa jelitheng terpingkal pingkal, ternyata apa yang dia (jelitheng) ceritakan kepada nisa dulu akan diperaktekan ini hari,
“Makanan gratis" kemudian,
"Apa belum kenyang tadi" kata mamanya.
"Ayam panggang ma,, enak kesukaan papa, apa lagi itu pantatnya (brutu) nyam nyam,," kata nisa, kini bertambah terpinggkal pingkal jelitheng.

Kinanthi pun nyeletuk dengan ketawa,
"Ternyata penyakitmu cepat nular ke anak anak juga ya.. hihihihiii... jangan jangan si ayu ketularan juga ni kalau lama lama dekat kamu”  mereka pun tertawa semua dalam mobil.

"Sudah nisa ga usah nyari yang gratis ntar kalau ada tempat ayam panggang kita beli, sudah ga usah ya,," kata jelitheng yang masih menahan tawa. Tetapi yang diajak ngomong sudah keluar mobil berjalan mengikuti iring iringan orang orang yang membawa tumpengan kepohon besar itu, kemudian jelitheng mengikuti dari belakang, orang orang didepan ternyata berencana mengganti kain putih pelilit batang pohon besar itu dengan yang baru, ketika mereka akan melepas kain putih yang lama seseorang entah dukun atau kuncen (juru kunci) telah merapal mantra mantra dan mulai membakar kemenyan, bau bau kemenyan mulai merebak sekitar tempat itu, menambah sakral suasana karena memang pohon itu rimbun hingga berkesan angker, juga sinar matahari sulit menerobos ke celah celah rimbunnya dedaunan dan ranting membuat area sekitar menjadi rada rada gelap dan singup, empat orang melepas kain pembungkus pohon besar itu sedangkan sang kuncen masih tetap berdoa didepan pohon itu sambil sesekali menabur kemenyan ke cawan pembakaran hingga asapnya bertambah pekat.

Kini dimulailah aksi jail nisa yang disaksikan jelitheng karena jarak mereka dengan kegiatan orang orang tersebut tak lebih dari dua puluh meter, kain putih lusuh yang sudah terlepas di taruh dibelakang mereka dan kain baru pun sudah terpasang hingga pohon besar nan rindang itu telah berganti kain sarung putih bersih juga baru, nisa merentangkan tangan kanannya menujuk satu titik pada kain lusuh yang teronggok berada dibelakang mereka yang sedang mengadakan ritual, tiba tiba kain putih lusuh itu terangkat melayang ke udara, jelitheng mulai tahu aksi yang akan dilakukan nisa dengan sedikit menahan tawa, kain itu tetap melayang membentuk seperti kuntilanak atau pocong yang melayang layang mendekati ke empat orang yang duduk di belakang sang kuncen yang sedang berdoa khusuk atau merapal mantra mantra, ketika kain lusuh putih yang melayang persis di belakang ke empat orang tersebut menyentuh bagian pundak mereka seakan akan ada yang membelai dari belakang, secara bersamaan mereka berempat menoleh kebelakang lalu mereka saling pandang karena kain yang mereka lepas tadi sekarang melayang layang dibelakang mereka, dengan wajah pucat pasih mereka berempat berteriak lari tunggang langgang meninggalkan sang kuncen sendirian, dan sang kuncen pun heran belum menyadari apa yang terjadi yang membuat cantrik cantrik dia lari ketakutan, kemudian dia mencari sumber yang menjadi para teman atau cantriknya melarikan diri, dan ketika melihat kain putih lusuh masih melayang layang dia (kuncen) masih tetap bertahan memberanikan hingga menyembah nyembah memohon ampun,
“Ampun mbah,, ampun mbah“ kata sang kuncen.

Kemudian kain itu lepas tak melayang dan jatuh menyelimuti sang kuncen yang sedang sujud memohon ampun, maka terdengarlah jerit ketakutan sang kuncen yang teramat sangat lantas lari tunggang langgang menyusul teman temannya meninggalkan tumpeng beserta ayam panggang yang masih hangat dan belum tersentuh sama sekali, kemudian nisa berlari lari kecil sambil tertawa menghampiri tumpeng tersebut dan membungkus ayam panggangnya saja dan berlalu dengan cengar cengir kemenangan, jelitheng, kinanthi serta mamanya nisa pun ikut tertawa bersama.

Tak cukup sampai disitu kejailan nisa, setelah berhasil mengerjain juru kuncen, pada saat perjalanan pulang jelang senja menuju malam selepas sholat maghrib di sebuah mushollah perkampungan, mereka becanda didepan mushollah sebentar, tiba tiba tak jauh dari situ terlihat dua bocah tuyul yang sedang asyik bermain petak umpet, nisa yang tahu pertama kali langsung menghampiri diajaknya bermain bersama dan coba ditanya siapa ayah dan dimana rumahya, tetapi sang tuyul berdua tetap bermain tak menjawab sepatah kata pun, jelitheng kinanthi pun akhirnya tahu kalau dihadapan nisa ada dua bocah tuyul sedangkan mamanya sendiri heran melihat nisa main sendirian dan senyum serta tertawa sendirian, tetapi tak berselang itu akhirnya tahu karena kinanthi memberitahu mamanya nisa, bahwa di hadapan nisa telah ada dua sosok bocah tuyul mungkin yang punya warga setempat perkampungan itu, setelah tak berhasil mengorek keterangan dari sang tuyul siapa pemiliknya, nisa balik ke jelitheng dan kinanthi serta mamanya, kemudian mengambil makanan adiknya si ayu lalu di berikan kepada jelitheng seraya berkata,
"Pa,, jadiin mainan kesukaan anak anak kecil itu (tuyul)"
",,udalah kita pulang sudah pada capek niih,, biarkan mereka bermain main ya,,," kata jelitheng.
"Sebentar aja pa,, ya,," kata nisa lagi.

Mau tak mau akhirnya jelitheng merubah makanan biskuit si ayu cahyaning ati menjadi yuyu dalam pengelihatan para bocah tuyul tersebut, kemudian diajaknya si ayu kearah para tuyul dengan mengandeng tangannya dan biskuit  yang sekarang berupa yuyu dalam pengelihat tuyul dipegang ayu seolah olah dialah pemilik yuyu tersebut, dan begitu si kedua tuyul melihat mainan kesukaan di bawah ayu mereka langsung menghampiri dengan antusias.

Dengan begitu mereka baru dapat diajak komunikasi oleh nisa, kemudian kedua tuyul tersebut meminta mainan berupa yuyu dalam pandangan mereka yang sebenarnya adalah cuman biskuit, tetapi nisa tak langsung memberikan, tetapi ditanya tentang semua akan hal hal mulai asal usul dan tetek bengek perlengkapan mainan di rumahnya dan tak lupa siapa nama bapak atau ibu yang memelihara serta dimana rumahnya, ternyata si tuyul menunjuk sebuah rumah bercat warna warni tak jauh dari mereka bermain dan menyebut nama bapak pengasuhnya, setelah puas bertanya jawab nisa mengambil ranting kering lalu dibasahi dengan ludahnya biskuit yang dianggap oleh tuyul tersebut dilubangi dengan ranting tadi kemudian ditancapkan kedalam tanah seperti dipaku ditanah, diharapkan agar si kedua tuyul tak bisa mengambilnya dan hanya dapat melihat saja, sehingga mereka tak akan melakukan perkerjaannya sebagai pengambil uang dari masyarakat sekitar daerah tersebut, dan benar si tuyul mulai ketawa ketiwi melihat mainan yang ditancapkan nisa di tanah tadi hingga mereka lupa akan pekerjaan wajib mencuri uang untuk kekayaan sang pengasuh atau pemilik, kalau pun pemilik atau pengasuh tuyul tersebut mengetahui anak anaknya tak menghasilkan uang, dia akan mencari sebab musabab akan perilaku menyimpang dari anak anaknya, kemudian mengetahui kalau anak anaknya punya mainan yang dibuat oleh seseorang yang mengerti seluk beluk dari sosok tuyul, mungkin dia akan mengambil tindakan akan merusak mainan yang disukai anak anaknya maka akan berakibat fatal, dengan begitu si tuyul akan marah malah tak akan mau berkerja kembali karena mainan kesukaannya telah dirusak, hingga mogoklah si tuyul lalu  terlantarkan dan liar kembali, akan seperti kodrat semula menjadi sosok makhluk halus yang suka bermain seperti anak anak kecil pada umumnya, kalau pun sang pengasuh atau pemilik mengerti dan tak merusak mainan tersebut maka sang pemilik akan mencari siapa pembuat mainan itu untuk menebusnya atau membeli mainan yang disukai oleh situyul itu, tetapi masalahnya sang pembuat mainan itu adalah bukan orang dari sekitar daerah tersebut hingga menyulitkan pencarian sang pembuat mainan, itulah skenario yang ada di otak nisa dan jelitheng kalau jailnya lagi kumat dengan tegangan tinggi.

Melihat para tuyul mulai asik dengan mainannya, nisa menggandeng  adiknya bergegas meninggalkan tempat itu dan langsung masuk mobil seraya cengar cengir dan tersenyum kemenangan, dan jelitheng serta kinanti pun ikut tertawa menuju mobil sambil memperhatikan karya kejailan dari si nisa, sedangkan mama nisa hanya menggerutu nyeletuk,
"Dasar orang orang gila" mendengar itu jelitheng tertawa tambah kenceng sambil masuk mobil, dan kinanthi pun berkata,
"Aku yakin si pemilik akan pusing tujuh keliling melihat anak anaknya tak lagi mau mencari uang dan kalau pun harus menebus atau membeli mainan itu mau di cari kemana, dan kita sudah jauh pergi tanpa meninggalkan nama dan alamat,,“ sambil tertawa masuk mobil, ya itulah kejailan kejailan jelitheng yang selama ini secara tak langsung menurun kepada si nisa, padahal mereka jarang ketemu, seandainya bertemu setiap hari mungkin akan bertambah para kejailannya, tetapi kejailan kejailan itu adalah buah membantu yang tak ingin di gembor gemborkan, memang keisengan sosok jelitheng sangatlah cepat menular bak penyakit ganas menyebar, semua yang pernah berteman denganya pasti ketularan bahkan sosok aisyah yang begitu baik pun telah ketularan jailnya.

Pernah suatu hari waktu itu mereka masih bersama, ketika berjalan jalan ke suatu tempat di suatu perkampungan, ada ibu haji yang sangat kaya raya di perkampungan tersebut tetapi pelitnya minta ampun, kalaupun beramal selalu diperlihat lihatkan dan diumumkan pada kalayak ramai setidaknya disekitar kampungnya sendiri, waktu itu jelitheng dan aisyah selesai makan tempe penyet yang menjadi makanan favorit mereka berdua, dan melihat ibu haji itu sedang memberi sesuatu kepada duafa dan anaknya makanan tetapi dengan diomeli bermacam macam seraya menghina serta pamer kekayaan kepada mereka, aisyah pun mendengar ocehan ibu haji tersebut lalu dia (aisyah) mengambil sebutir kerikil yang amat kecil disentilkannya ke tangan ibu haji tersebut hingga rasanya seperti di gigit nyamuk ketika mengenai tangan dari ibu tersebut, dengan masih ngomel ngomel ke duafa dan anaknya tersebut, tiba tiba tangan dari ibu haji tadi sudah tidak dapat digerakkan sama sekali, hingga dia teriak teriak memanggil duafa dan anaknya untuk meminta tolong kepada mereka berdua, tetapi mereka berdua tambah bingung karena tak bisa berbuat apa apa, sampai datanglah beberapa warga menghampiri untuk menolong tetapi yang di tolong malah mengumpat umpat duafa tadi dengan kata kata kotor,,

Didepan orang banyak ibu itu berkata,
"Ini pasti gara gara kamu,, tanganku ini tak boleh memberi sedekah kepada orang semiskin kamu" bertambah bersalah perasaan duafa dan anaknya tersebut sampai akhirnya berniat mengembalikan pemberiaan itu, setelah tangan yang lumpuh kini perlahan tapi pasti kelumpuhan itu menjalar kekaki yang satu, jadi yang lumpuh tangan kanan maka kaki kanan juga akan lumpuh, itulah kehebatan ilmu totok satu jari milik aisyah yang mendapat warisan dari abahnya yaitu kyai sidik,, orang orang pun pada berdatangan melihat keanehan itu sampai akhirnya aisyah dan jelitheng menghampiri keberadaan mereka,, dengan berpura pura tak tahu menahu aisyah pura pura bertanya,, dan memberi pengertian bahwasannya memberi  sodakoh atau beramal itu harus tidak dengan pamrih atau diberitakan kepada khalayak ramai,, kemudian aisyah ngomong ke ibu haji tersebut,,
“Ibu kalau mau sembuh seperti sedia kala meminta maaflah kepada ibu duafa dan anaknya itu dengan ikhlas, dan berjanjilah kalau beramal tidak ngoceh kesana kemari ya,,," akhirnya ibu haji itu mau menerima nasehat aisyah meminta maaf kepada ibu duafa dan semua warga yang ada disitu, mengaku selama ini dia bersalah,, setelah itu aisyah memegang tangan ibu haji tesebut kemudian memijat jari kelingkingnya, seketika lumpuh itu hilang, ibu haji sangat berterima kasih kepada aisyah.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close