Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BOCAH BOCAH AJAIB (Part 7)

JEJAKMISTERI - Dan di kesempatan lain pada suatu sore yang indah ketika mereka berdua jalan jalan menggunakan sepeda kumbang berboncengan menelusuri jalan jalan yang berkelok nan asri menikmati pemandangan sore karena memang keduanya sangat suka  dengan bersepeda menghabiskan waktu bersama.

Suasana sore menyapa dengan sahaja ayunan dahan dan dedaunan berirama beriring sepoinya angin, bocah bocah bermain dipelataran celotehnya bikin suka siapa saja, padi padi mulai menunduk bersahaja dengan umur menguning hendak pindah kelumbung lumbung, mulai enggan bergoyang sudah berat diatas walau angin sedikit mengoda dengan tiupannya, sepeda terus dikayuh menghabiskan sisa sore yang sebentar lagi meninggalkan hari yang berganti dengan malam, tampaklah sesuatu pemandangan mencengangkan, sebuah rumah mewah nan megah tetapi beraura remang nan temaram dan begitu sangat amat banyak penduduknya berupa makhluk astral yang memang nampak dimata aisyah lailyah madu, jelitheng belum melihat penampakan itu tetapi sudah mencium bau badan para hantu hantu yang begitu khas dari semua makhluk gaib yang mempunyai bau badan rupa rupa itu hingga menghentikan kayuan laju sepeda kebonya dan berhenti di seberang jalan yang kebetulan ada sebuah bakul es cendol, dalam pelataran rumah itu banyak parkir sepeda motor dan mobil, dari keliatannya mereka semua adalah pasien berobat atau sejenisnya, ternyata dari pengamatan mereka juga mendapat keterangan dari penjual es cendol memang perdukunan dan pasiennya banyak sekali hingga tamunya meluber sampai badan jalan sebelah rumah mewah tersebut, tetapi anehnya miskipun begitu ramai pengunjung para penjual makanan dan minuman yang ada diseberang jalan itu tak pernah betah atau kerasan dalam berjualan di situ, hanya penjual es cendol saja yang mencoba peruntungan di tempat itu, beberapa hari ini saja mangkal  karena di pandangannya disitu tempat keramaian pasti banyak yang akan jajan sedang dia tak punya saingan sama sekali, begitulah kira kira pemikirannya, tetapi hari hari berkendak lain mungkin besok dia akan pergi meninggalkan tempat itu setelah tiga hari mangkal situ.


Sayup sayup terdengar suara adzan maghrib berkumadang tak jauh dari tempat aisyah dan jelitheng singgah atau kurang lebih seratus meter dari tempat perdukunan itu, ada sebuah surau tetapi sebuah pengeras suara atau corong pengeras menancap di wuwung atas tetapi tidaklah berfungsi sebagaimana mestinya, hingga tak terdengar suara adzan di surau tersebut cuman ada beberapa orang menuju tempat peribadatan itu, setelah membayar es cendol jelitheng dan aisyah menuju surau tersebut dan maghriban, kemudian sehabis sholat mereka berbincang bincang dengan imam yang ada di situ dan beberapa warga setempat, aisyah menanyakan perihal pengeras suara yang tak berfungsi sebagaimana mestinya, lalu imam surau itu menjelaskan, bahwasannya ditiap kali di betulkan pasti rusak lagi sampai sampai mereka membeli sepuluh kali pengeras suara tetaplah sama tak bisa di pergunakan, paling banter berfungsi hanya dua hari saja, makanya mereka hanya bisa berpasrah saja  menjalani ibadah dengan atau tanpa panggilan adzan memakai pengeras suara.

Jelitheng dan aisyah hanya manggut manggut saja, lalu dalam kesempatan itu, yang kebetulan ada seseorang bernama mujid yang bertindak sebagai muadzin juga sekaligus yang mereparasi atau yang membetulkan alat alat surau tersebut sampai berputus asa dalam berkeluh kesah, kemudian disuruhnya mujid mengambil pengeras suara yang baru di beli seminggu kemarin dan sudah rusak itu,, dengan seijin imam surau tersebut, tak berselang lama mujid kembali membawa pengeras suara atau corong ke dalam surau, dia bilang ini sudah dibetulkan dan berfungsi dengan baik ketika diuji cobakan dirumah, tetapi kenapa setiap dipasang diatas surau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Aisyah memperhatikan, kemudian mengusap usap corong pengeras itu persis ketika mengusap punggung jelitheng yang gatal karena ulat berbulu atau memang gatel karena ada panunya atau memang waktu itu ingin mengerjain aisyah saja ketika itu, jelitheng ketika memperhatikan tangan tangan halus aisyah ketika mengusap usap corong itu, langsung dia ingat kejadian ketika tangan halus nan mulus itu membelai punggungnya, yang menimbulkan cengar cengir pada dirinya sendiri, waktu sudah beranjak akan menunjukkan waktu isya’ lalu disuruhnya mujid memasang pengeras suara itu keatas surau, seraya berkata,
"Insya’alloh sudah bisa lagi kalau sampai mati lagi akan ku obrak abrik rumah itu,," kata aisyah yang membuat bingung mujid dan pak imam.

Karena merasa tidak memahami arti perkataan aisyah tentang “yang akan mengobrak abrik rumah itu" mujid pun naik keatap wuwung dari surau itu, tetapi dia turun kembali katanya ada pocong sedang berdiri bersandar pada tiang penyangga dari corong surau tersebut, kemudian aisyah mengambil tanah di lemparkan kearah pocong tersebut dan seketika pocong itu lenyap, mujid pun melanjutkan pemasangan corong tersebut hingga selesai, waktu isya’ pun tiba adzan pun dikumandangkan oleh mujid dengan merdunya dan mereka pun sholat berjama’ah sebagaimana mestinya,, aisyah memohon diri berpamitan pulang kepada warga setempat dan berjanji besok waktu magrib akan datang kembali ke surau untuk sholat berjama’ah kembali, sekalian mengontrol keadaan pengeras suara  itu, mereka pun bersalaman dan saling mengucapkan terima kasih, aisyah dan jelitheng pun melangkah pulang dan dikayunya lagi sepeda kebonya  berboncengan, dijalan yang sepi ada lelaki paruh baya  mencegatnya pas didepan rumah mewah tadi, jelitheng turun seraya mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan tetapi bapak paruh baya itu menolaknya,
“Ooh jadi kamu yang membuat piaraanku menangis tadi,,” kata bapak itu.
Kemudian melanjutkan perkataannya lagi
"Anak anak bau kencur sudah berulah dihadapan yang sudah malang melintang didunia ini,, sudah bosan hidup yaa,," katanya menyombongkan diri.

Aisyah hanya diam saja tetapi sudah pengepul amarahnya di ubun ubun seakan akan ingin melumat dan menelan hidup hidup orang yang sombong dihadapannya ini,, jelitheng hanya tersenyum kemudian berkata,
"Bapak yang ganteng emang siapa piaraan bapak, yang katanya tadi bisa menangis" dengan cengar cengir 
Lalu bapak itu menjawab "Tanyakan kepada lontemu itu, dialah yang membuat piaraaku menangis kesakitan,," mulailah hati jelitheng tersulut amarah karena sudah ada kata kata lonte yang disematkan kepada aisyah, gadis yang membuatnya jatuh bangun untuk mendapatkan cintanya.

Tiba tiba aisyah langsung menimpali,
"Emang kenapa kalau pocong bapak menangis,, beliin susu atau suruh istri bapak mensusuinya kan beres,,"

Maka merahlah sang dukun itu bersungut sungut dan geram, lalu pak dukun pun komat komit entah apa yang dibaca sambil meremas remas tangan, ternyata dia mengunakan guna guna ilmu hitam ingin membuat mata aisyah selalu dirundung ketakutan yang tinggi dan berupaya membuatnya gila dalam ketakutan terus menerus sepanjang hari, ketika getaran guna guna itu tiba jelitheng sudah merasakan dan ingin mengambil inisiatif menangkal tetapi aisyah menolaknya dan membiarkan tubuhnya menerima guna guna yang dirapalkan oleh pak dukun itu dengan tangan terbuka dan tersenyum manis, semanis tebu ireng yang terkunyah dimulut lalu menelan air manisnya dengan perlahan hingga membasahi tenggorokan yang dirundung dahaga tingkat tinggi, aisyah membiarkan tubuhnya dijalari kekuatan guna guna itu kemudian mengumpulkan ketelapak tangan kirinya semua kekuatan rapalan sang dukun dengan masih senyam senyum sendiri dan itu membuat jelitheng berpikir,
“Waa parah sudah ketularan bener ama virus ketawaku" membatin jelitheng dalam hati.

Pahadal dia (aisyah) diserang dengan guna guna tingkat tinggi, dan siapapun yang kena akan gila seumur hidupnya jika sang penbuat guna guna itu yang tidak mencabutnya sendiri, tetapi si aisyah hanya tersenyum menerimanya hingga sang dukun bermandikan keringat dalam merapal guna gunanya tersebut dan pergi meninggalkan mereka berdua kemudian aisyah berkata,
"Pak bapak sudah apa belum ini,,!!! ???" tetapi pak dukun tak menjawab seraya melangkah masuk rumah tanpa menjawab dari kata kata aisyah,, sebelum meninggalkan tempat itu aisyah mengambil tanah dengan tangan kirinya di buat lima bulatan kecil tanah itu kemudian dilemparkan kelima titik rumah pak dukun sambil cengar cengir dan tertawa sambil mengajak jelitheng untuk pergi dari tempat itu, entah apa yang akan terjadi setelah lima bulatan yang dibuat aisyah dilemparkan atau dikembalikan kerumah pak dukun itu,,???.

Keesok harinya disore yang sama sesuai janji aisyah kembali ke kampung yang kemari ia datangi untuk melihat surau yang diganggu oleh si dukun dengan mematikan pengeras suara dan juga untuk berjamaah di maghrib serta isya’nya, masih bersama jelitheng mengayuh sepeda kumbang tua peninggalan penjajahan dulu, dengan kesederhanaan mereka isi sore itu dengan senyum karena bahagia itu sederhana, tergantung kitanya menyikapi suatu kenikmatan hidup dan kehidupan yang terjalani sebagaimana kesederhanaan yang terlihat walau mereka berdua tergolong mampu, sisi kehidupan kalau disikapi dengan bersyukur dengan apa yang di berikan sang pencipta alam, maka kita akan selalu bahagia serta ikhlas dalam menjalani hidup.

Ketika sampai didepan rumah pak dukun aisyah dan jelitheng menoleh kerumah mewah itu dan tak seramai kemarin sore parkiran mobil dan sepeda motornya kebanyakan orang orang yang berkunjung langsung balik entah kenapa,, lalu terdengarlah dessa senyum aisyah yang tertahan ketika melihat wajah wajah pengunjung rumah itu ketika keluar dari rumah tersebut, lalu jelitheng bertanya ke aisyah,
"Kenapa" dan terdengarlah tawa riang kemenangan aisyah karena kejahilannya pada sang dukun, mungkin sebertar lagi pengunjung atau pasien sang dukun akan terus berkurang seiring hari yang akan berlalu karena kekuatan kekuatan yang membantu si dukun sudah gak betah bermukim dirumah itu karena aisyah telah memberi sesuatu berupa lima butir tanah yang diasmai dan dikelemparkan kerumah itu, agar para hantu hantu yang membantu perdukunan tidak betah bersemayam hingga menimbulkan ketidak ampuan dukun itu dalam praktek prakteknya.

***

Sesampai di surau yang dituju mereka pun bersilatuhrahmi dengan para jamaah surau tersebut dan mereka pun berjamaah di maghrib yang menjemput untuk semua bersujud kepada illahi penguasa semesta ini dan terus bersyukur atas semua karunia yang didapat selama hidup ini.

Jelitheng pun didaulat menjadi iman di maghrib itu dan selesai sholat berganti isya' memberi sedikit tausiah sebagai siraman rohani di surau tersebut, dengan gamblang dan cerdas aisyah menyampaikan surat surat yang terkandung dalam al qur’an dengan lafal lafal yang indah bagai seorang khori’ah begitu syahdu pengucapannya  membuat pendengarnya menyimak terpukau kagum,, itulah aisyah kalau sudah mengaji semua akan terkesima mendengarkannya bahkan para alam gaib muslim pun selalu menjadi pendengar setia kala dia mengaji dan menjadi simakan alam nyata dan alam gaib dalam setiap dia melantumkan ayat ayat suci.

Begitu indah untuk didengarkan dan penghayatannya menyentuh kalbu sang pendengar, juga dalam penyampaian hadits haditsnya mudah dipahami serta diiringi contoh contoh yang nyata di kehidupan kadang mengundang tawa para pendengar setianya, tak terasa waktu sudah menjelang sholat isya’ yang kemudian diakhiri dengan doa doa dipimpin oleh pak imam surau dan dilanjutkan dengan sholat isya’  berjamaah kembali dan kini yang menjadi imam lagi lagi si jelitheng yang di daulat sebagai imam di malam itu.

Kisah kisah tentang aisyah memang layak dibicarakan dan didengarkan, kemampuannya dalam spiritual sangat amat mumpuni yang memang beliau yang satu ini dibesarkan dipesantren yang juga mempelajari ilmu ilmu langkah yang berasal dari kitab suci al qur’an sebagai pedoman dan inti sari semua ilmu ilmu tentang alam semesta yang mengandung kekuatan kekuatan yang tak terbatas jika sanggup mempelajarinya dalam kehidupan sehari hari,, aisyah sosok putri yang cantik juga anggun serta bersahaja dalam berkata kata dan perbuatan, suka menolong dan banyak mengajarkan kebajikan dalam bertata perilaku dalam sehari hari, selain itu juga menjadi panutan dari para junior dan seniornya di pesantren, sebagai anak semata wayang dari seorang kyai penggembara dengan nama shidik atau dikenal dengan sebutan gus shidik yang memiliki ilmu aneh aneh dibumi ini yang dikaji dalam ilmu ilmu yang terdapat kitab suci  menjadikan beliau rendah hati dalam bersikap dan perbuatan juga memiliki teman serta santri santri dari kalangan jin jin muslim yang tersebar di nusantara ini, menjadikan beliau semakin menunduk dalam bersikap dalam perbuatan semakin santun, dan ilmu ilmunya sebagian sudah diturunkan kepada aisyah sebagai anak semata wayangnya, di kehidupan pesantren aisyah sangat bersahaja tetapi ketika berjalan dengan jelitheng diluar pesantren perilakunya sudah beda entah ketularan sifat jelitheng atau kebawa pengaruh pengaruh kejahilan jelitheng tak tahu jelasnya, aisyah begitu  peka dengan kejadian jadian yang dihadapi diluar kehidupan pesantren yang  begitu nyata terlihat dengan mata kepalanya maupun mata bathinnya, ketidak benaran dalam penggunaan kekuatan setan sebagai kekuatan yang di puja hingga membuat naluri hati tentang kemusrikan atau penyekutuan kepada pencipta semesta, menimbulkan dia ingin membasmi dengan cara cara jelitheng yang terkesan tak memperlihatkan tetapi memberi efek jerah kepada para penganut ilmu ilmu sesat, setan setan sebagai pujaan dalam setiap kehidupannya  sehari hari yang memang sudah pada tingkat parah dalam masyarakat, rejeki rejeki  sudah dicari dengan bantuan setan baik dalam jualan atau dagangan, kedudukan, proyek proyek yang bertender kecil dan besar semua dilakukan dengan bantuan bantuan setan agar mendapat kemudahan dengan instan nan cepat bak naik pesawat sekali duduk langsung melesat tinggi, dan itu ada yang menyetir yaitu para kuncen (juru kunci) atau dengan kata lain dukun dukun yang memang sudah menjadi profesinya menjaring umat manusia dengan semua yang berbau klenik nan mistis untuk diajak berjama’ah menyembah atau memuja setan setan yang nanti memberi kemudahan dalam segala urusannya, bahkan saat ini sudah ada orang yang disebut sebagai ustads, kyai atau ahli spritual berdagang khodam khodam sebagai sikep atau perlindungan diri, dengan demikian mereka yang menggunakan merasa percaya diri dengan sikep itu seolah olah perlindungan ada pada sikep itu bukan dari Allah taa’ala sebagai pemilik semesta ini, kehidupan beragamanya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan beralih menjadi penganut para setan setan dan sangat percaya dengan apa yang diucapkan dukun dukunnya, dan sudah tak lagi mencari perlindungan kepada sang penciptanya yaitu Allah taa’ala.       
                   
Aisyah ketika mengetahui ketidak benaran akan selalu terletup semangatnya untuk membenarkan jalan jalan yang dianut sebagaian manusia yang salah jalan, menggunakan cara cara yang pernah jelitheng contohkan, tidak serta merta memerangi tetapi membuat seseorang sadar tanpa mengetahui kalau dia atau mereka disadarkan kejalan yang benar dengan cara yang sederhana dan halus,, sebagai contoh perdukunan yang semakin marak dikalangan masyarakat, maka aisyah dengan gamblang membeberkan contoh nyata tentang ilmu perdukunan yang dia pelajari dari ayahandanya sendiri dan diterapkan dalam dukun dukun sakti agar para pasiennya merasa tak manjur lagi ketika meminta pertolongan kepada sang dukun..

Aisyah hanya datang kedukun atau ustad maupun kyai yang menggunakan cara penyembuhan, pelarisan, atau pamor kepribadian yang menggunakan kekuatan jin jin atau khodam, berpura pura minta tolong kepada dukun atau kyai yang sebelumnya dia sudah mengAsmai rumah sang dukun atau lebih tepatnya sudah mengikat para jin jin atau khodam agar tak bisa membantu praktek sang dukun hingga apa yang diinginkan aisyah tidak dapat dilaksanakan oleh sang dukun atau kyai tersebut maka akan lambat laun sang dukun akan tidak manjur lagi dalam setiap prakteknya dan akan dijauhi oleh pasien pasien hingga hilanglah kekuatan dalam yang memperbantukan.

Kekuatan setan, jin dan lain sebagainya, itulah yang dilakukan aisyah ketika mencontoh kebiasaan kebiasaan jelitheng dalam membantu yaitu memberi tanpa memperlihatkan tangan, menolong tanpa meminta imbalan tetapi untuk urusan makan enak selalu meminta lebih ketika disuguhi atau jahilnya akan semakin menjadi jika tidak dituruti.

Itulah kenangan kenangan ketika aisyah dan jelitheng masih bersama merajut hari dengan berpetualang di daerah sekitar lingkungan kota, menebar kebajikan kebajikan dengan menyembunyikan tangan, bersedekah tausiah, berdakwah langsung kepada pribadi hati setiap orang yang dirasa perlu disadarkan dari, kekeliruan dalam pandangan hidup agar tak terjerumus alam kesesatan duniawi yang kian hari semakin menutupi sendi sendi umat beragama pada umumnya, menjernihkan pola pikir tentang kerukunan umat beragama saling rukun walau beda adat dan cara berpandangan dalam suatu tatanan berkehidupan berdampingan bersama.

Ada kejadian saat mereka berkunjung kerumah teman dan bersamaan itu ada juga seorang tamu, mereka pun ngobrol bersama dalam satu ruangan setelah beberapa saat perkenalan si tamunya temannya aisyah bernama bapak sukardi menawarkan penggandaan uang dengan menjadi sepuluh kali lipat dari modal utama dan bapak sukardi ini adalah seorang ahli spritual dalam pengobatan guna guna dan pelarisan dan lain sebagainya, juga beliau ini adalah salah satu ustad yang sudah dipanggil gus dikalangan perkampungan sekitar dia bermukim, itu menurut cerita teman asiyah tadi dan dia amini oleh beliaunya (pak sukardi atau gus kardi) jelitheng hanya manggut manggut kayak kebo bego dalam mendengarkan cerita cerita mistik beliaunya ini, sedangkan aisyah menyimak sambil terus berfikir untuk bisa mengetahui siapa dia dan benarkah dia punya kemampuan itu, lalu aisyah menyeletuk dan berkata,
"Pak saya punya uang 2 juta dan hanya 2 juta"

Lalu aisyah mencolek jelitheng, jelitheng pun yang tadinya berlagak bego kayak kebo langsung tanggap colekkan aisyah, dan berkata,
"Iya pak saya tambahin 3 juta jadi 5 juta uang kami berdua"
Dan aisyah menyahuti,
"Kapan bapak bisa ritual itu dan dimana rumah bapak, tetapi dengan syarat kalau berhasil uang hasil penggandaan kita sumbangkan kepanti asuhan dan bapak saya beri 10 juta saya cuman ambil modalnya saja 5 juta,, ya,, tetapi kalau bapak gak berhasil saya minta ganti rugi 2juta plus modal kami,, gimana pak.."

Merasa tertantang bapak kardi atau gus kardi menyanggupi setuju,, lalu aisyah berkata kembali,
"Butuh berapa lama bapak mengadakan ritual ini, kalau lebih dari sehari saya tidak setuju harus sehari uang itu harus nambah kalau tidak bisa saya tidak jadi menanam modal penggandaan kebapak..

"Ooh gak lama nak cuman beberapa jam,, besok malam kita adakan ritual karena besok malam adalah purnama di kamis kliwon sangat baik untuk memanggil khodam khodam pengumpul uang" kata pak kardi.

Setelah kesepakatan terjadi dan lokasi telah ditentukan maka mereka saling berjabat dan pulang untuk menyiapkan ritual di hari besok purnama kamis kliwon.

Di keesokan harinya dalam senja yang cerah selepas ashar jelitheng dan aisyah bergerak kesebuah kawasan perkampungan yang telah ditentukan oleh pak kardi, jelang maghrib mereka telah tiba di sebuah perkampungan yang tak bergitu ramai penghuninya, lalu mereka berdua menuju mushollah sebelum kerumah yang telah ditentukan oleh pak kardi, untuk maghriban, selepas maghrib mereka menuju kerumah pak kardi yang diberi tahu oleh jama’ah mushollah tadi, dalam perjalanan kerumah pak kardi aisyah sudah merasakan memang banyak khodam khodam disekitar rumah pak kardi dengan tanggap dan cekatan ia tangkapi satu persatu untuk diikat agar tak bisa membantu pak kardi dalam ritual penggandaan uang yang sudah akan direncanakan malam ini, kemudian dimasukkan kedalam botol minuman yang di bawa jelitheng hingga sampai dirumah yang dituju aisyah masih terus menangkapi dan ada yang diikat di pohon pohon agar tak bisa berkerja membantu pak kardi, sesampai dirumah pak kardi mereka beramah tamah sejenak saling bercerita sambil menunggu agak malam sedikit.

Adzan isya’ berkumandang mereka memutuskan untuk sholat bersama tetapi aisyah menolak beralasan ingin sholat di mushollah dan pak kardi menyetujui, berangkatlah jelitheng dan aisyah menuju mushollah tadi untuk melaksakan sholat isya’ sehabis sholat aisyah berzikir khusyuk sekali, ternyata dia memanggil jin jin dan khodam untuk disatukan dan dimasukkan kedalam kotak amal mushollah tersebut dan itu dirasakan oleh jelitheng hingga dia berguman "Subhanalloh,,, hebat banget ilmu dari malaikat cantikku ini" sambil geleng geleng kagum.

Setelah selesai ada bulir bulir keringat membasahi jidat bening aisyah menambah semakin cantik saja kala dipandang dalam malam, iiicch napa lihat terus,, sambil mencubit pinggang jelitheng,, membuyarkan lamunan jelitheng tentang keindahan dan kecantikan malaikat yang satu ini.

Mereka pun mengadakan ritual dirumah pak kardi, uang 5 juta diserahkan ke pak kardi ditaruhnya dibawah sajadah  kemudian lampu dimatikan di buat remang remang wewangian ditaburkan kesajadah dan ditiap sudut ruangan di dinyalakan hio hio wangi dan taburan bunga bunga sebagai sarat pemanggilan, aroma  wewangian menebar keseluruh ruangan hingga membuat jelitheng menjauh mencari udara segar, karena memang dia tak tahan dengan wewangian dupa atau hio hio yang mulai menyengat hidungnya,, pak kardi duduk bersila dihadapan lipatan sajadah dan aisyah di hadapan pak kardi berjarak tak lebih dari dua meter, pak kardi mulai merapal doa doa yang dilanjutkan dengan wirit terus menerus untuk memanggil semua khodam khodam penggandaan uang, dengan khusuk pak kardi terus memanggil para jin jin untuk membantunya tapi tak satu pun yang datang hingga keringat mengucur dari seluruh tubuhnya tetapi yang dipanggil tidaklah datang hingga akhirnya jelang pagi aisyah tetap menunggu pak kardi merapal doa doa, sedangkan jelitheng molor diteras depan rumah pak kardi, bagaimana mau datang semua sudah diikat aisyah dan dimasukkan di kotak amal mushollah, dan pak kardipun menyerah hingga mau membayar ganti rugi yang sudah ditetapkan tetapi aisyah menolak dan berterus terang bahwa semua khodam yang dipanggil pak kardi telah ia ikat dan dimasukkan kedalam kotak amal mushollah, juga menerangkan bahwa perbuatan itu tidak diperbolehkan oleh agama kecuali hanya untuk kegiatan amal dan pembangunan tempat peribadatan yang memang benar benar membutuhkan. kini pak kardi pun semakin sungkan dan hormat pada aisyah bahwasannya ada anak muda yang ilmunya jauh diatasnya, dengan begitu hormat pak kardi berjabat tangan ingin mencium tangan aisyah tetapi ditolaknya dengan halus.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close