BOCAH BOCAH AJAIB (Part 8)
JEJAKMISTERI - Malam telah menumpakan sepinya pada suasana, dihiasi bintang dan cerah langit angin melepaskan maksud pada daun daun untuk mengikuti nyanyian syahdu iramanya, kerlap kerlip bintang saling menyapa mega mega menggoda dengan sedikit menghalangi keceriaan para bintang bintang, separuh purnama enggan tersenyum meski sang bintang gemintang terus menggoda,, kidung kidung serangga malam tampilkan harmoni kedamaian dipeluk malam kian rapat dinginnya yang setia menemani, ujung ujung maksud angin membawa kabar tentang kesunyian menyatukan peluk hangat peraduhan dengan nafas nafas lelap pembaringan.
Burung malam mengepakkan sayap melayang berputar putar seolah olah tahu ada sebangsa gaib sedang melintas malam, di tembang tembang mimpi mereka menyerupai perjalanan sebuah keinginan yang terpacu dalam arah benak sang pemimpi dalam nyatanya, yang lalu dianggapnya sebuah pertanda atau khayalan akan sebuah kisah yang akan terjalani disaat esok hari.
Dalam perjalanan kisahnya aisyah adalah sosok yang terlahir dari seorang ibu bernama nur khamidah dengan bapak bernama shidik, lahir di pedesaan yang berbatasan dengan hutan di kabupaten malang, sejak berumur beberapa hari ibunya telah meninggalkannya selamanya kembali ke rahmatulloh dalam tenang senyum mengembang, hingga membuat aisyah kecil piatu ibu, sejak lepas dari asi sang ibu aisyah kecil tak mau menyentuh air susu yang lain, berbagai upaya sang bapak mencari akal agar anak semata wayangnya mau meminum susu sebagai makanan untuk kelangsungan hidupnya tetapi si aisyah tetap menutup rapat rapat mulutnya, hingga sang bapak selalu mencari para ibu ibu yang sedang menyusui untuk dapat memberi asinya kepada aisyah tetapi yang disusui tetap tak mau menyentuhnya, susu formula, susu sapi, bahkan susu kambing pun sudah pernah dicobakan tetap saja si aisyah kecil tak mau menyentuhnya seolah olah tak mau makan dan ingin berjumpa dengan ibu kandungnya.
Tubuhnya kian kering tangisnya pun kian melemah karena tak ada asupan yang masuk kedalam tubuhnya, hingga membuat sang bapak ikut puasa seperti aisyah yang puasa air susu yang diberikan kepadanya, itu membuat iba siapa saja yang menjenguk atau melihatnya, keduanya pun semakin layu bapak anak melayu lemas tak berdaya dan bergairah difana kehidupan ini, sampai suatu malam selepas malam sang bapak bertahajud memohon dan berserah diri kepada gusti Allah dalam rimba hutan yang gelap nan lebat di kaki gunung semeru karena memang sang bapak ingin menyepi menyatukan perasaan dengan alam, apa yang sedang terjadi dengan putri kecilnya hingga tak mau meminum susu atau memakan sesuatu sebagai sumber nutrisi bagi kelangsungan hidupnya, sehabis bertahajud sang bapak terus berzikir mengumandangkan asma Allah dalam hati yang ditakbirkan kepada alam semesta di keheningan hutan lebat dengan kekhusukan setara hening alam malam, sampai beliau ini tertidur tak sadarkan diri, lelap dalam kelelahan juga lemas karena berpuasa, dalam tidurnya beliau didatangi sosok yang dia kenal dan cintai berpakaian putih putih selayak jubah ikhrom dan mengelus kepalanya dengan lembut seraya menyuruhnya pulang ke aisyah, kemudian menunjukkan jemarinya kearah sarang lebah yang ada diatas tempatnya bertahajud dan berdizir tadi, lalu tersenyum dan menghilang pergi.
Pagi telah menjemput selepas subuh dengan keadaan setengah tak percaya bahwa dirinya telah bermimpi istrinya yang menyuruhnya pulang dan menunjuk sebuah sarang lebah, adalah sebuah pertanda bahwa dia harus pulang dan mengambil madu pada sarang lebah itu untuk asupan aisyah, dengan tanpa kesulitan gus shidik mengambil sarang lebah yang penuh dengan madu itu lalu bergegas membawanya pulang dengan harapan agar si aisyah kecil mau meminumnya, dan memang benar sesampai dirumah diperahnya madu hutan itu kemudian dioleskan kebibir aisyah kecil hingga bibir kecil nan mungil itu merasakan manis yang kemudian mengecapnya berulang ulang seakan akan meminta lagi, maka pada saat itulah aisyah kecil terus meminum madu alam sebagai penganti asi yang tak ia dapatkan dari seorang ibu yang memang sudah pergi meninggalkannya semenjak usianya baru beberapa hari menginjak kelahiran.
Sang bapak pun akhirnya terus berkelana keluar masuk hutan untuk mendapatkan madu alam yang disukai aisyah kecil karena madu madu hasil kebunpun aisyah kecil tidak mau juga meminumnya, nama aisyah pun berganti dari aisyah lailliyah khamidah menjadi aisyah lailliyah khamidah madu atau lebih dengan di sebut aisyah lailliyah madu sampai saat ini, karena terus mendapat asupan dari alam itu membuat tubuh aisyah mendapat kekuatan kekuatan alam semesta yang sudah tergaris dari kodratnya hingga dia dengan cepat bisa menyerap unsur unsur kekuatan alam dengan cepat sesuai dengan arahan dan petunjuk sang bapak tanpa mendapat halangan yang berarti, tetapi hingga sampai dewasa dia tak sekalipun menyentuh kehidupan hutan dan gunung gunung seperti yang dilakukan oleh sang bapaknya, dia hanya keluar masuk area pondok pesantren saja dan tak lebih, karena memang tak ada kesempatan atau keinginan untuk memasuki hutan itu, yang memang tidak diperbolehkan oleh sang bapak yang dikwatirkan akan banyaknya kekuatan kekuatan hutan yang ingin hinggap pada tubuh aisyah sedangkan tubuh atau sukmanya belum siap dengan masuknya kekuatan kekuatan gaib yang berasal dari hutan yang ikut kepadanya yang bisa mempengaruh dalam kejiwaan nantinya.
Sang bapak pun berpesan nanti bila tiba saatnya kalau memang dia si aisyah menginginkan melihat apa saja yang ada dalam hutan gunung dan ingin mengambil atau menolak kekuatan kekuatan gaib tersebut harus sudah menikah terlebih dahulu itu di mungkinkan agar supaya pengaruh pengaruh keburukan yang ada bisa secara langsung tidak bisa serta merta menempel atau mengikuti dalam jasad kasarnya atau lebih dikenal merasukinya dalam penyampaian pesan pesan yang kurang berkenan di kehidupan sehari hari, aisyah telah menyerap hampir delapan puluh persen ilmu ilmu yang diajarkan oleh sang bapak dan banyak lagi dari paman dan guru guru yang ada dipondok pesantren karena memang dia adalah memiliki jiwa cerdas dan tangkas dalam menyerap ilmu ilmu yang diajarkan kepadanya, bahkan jika seseorang mempelajari suatu ilmu bisa mencapai bertahun tahun aisyah cukup sebulan atau beberapa bulan saja, karena memang ada unsur unsur kekuatan alam yang melekat pada dirinya yang jarang dimiliki oleh kebanyakan orang pada umumnya disamping sejak kecil mendapat gemblengan dari sang bapaknya sendiri, dia sendiri mempunyai bakat alam dan turunan dari kekeluarga ibu maupun bapaknya yang memang dari golongan orang orang mumpuni.
Dalam mengaplikasikan kehidupan sehari hari asiyah selalu berpedoman pada ajaran ajaran yang diperoleh dari pesantren tetapi lebih ke yang fleksibel bukan kaku atau mengikat, dia tahu batas batas antara boleh dan tak boleh tidak kaku maupun keras dalam aturan aturan yang memang ketika berada di kemajemukan bermasyarakat, tidak serta merta memusuhi atau melarang sesuatu yang memang dilarang tetapi memberi pengertian agar hal hal yang dilarang itu tidak diterapkan melalui pendekatan pendekatan yang sangat bersahabat, keluwesan inilah menjadian sosok aisyah dijadikan panutan bagi mereka mereka yang mengenalnya, tetapi yang dibenci adalah orang orang yang suka mencari jama’ah dalam menyembah setan atau jin melalui ritual ritual yang memang menyesatkan dalam kebera Agamaan dalam masyarakat pada umumnya, tetapi tidak serta merta menghukum manusianya atau pelaku pemujaan tetapi kepada gaib yang dipuja entah diusir diikat atau pun harus dimusnakan dengan caranya sendiri yang lebih condong kemanusiawi nan beradap dari pada menampilkan kekejaman.
Pernah suatu ketika ada seseorang yang hidupnya senang dengan hal hal gaib dan mempelajari ilmu ilmu dari jin jin yang dijadikan pedoman dalam dia berguru, dia bukanlah sosok dukun atau paranormal tetapi merupakan sosok pengidola jin jin dengan segala bentuk kelebihannya dan juga menimbal ilmu dari jin jin tersebut, setelah dia dapat mempelajari dan menguasai, dia praktekkan ilmunya untuk dicobakan kepada tetangga teman maupun orang yang tidak disukainya, sebagai uji coba ilmu ilmunya tersebut, setelah orang yang diuji coba mengalami hal hal aneh dalam beberapa hari entah kesakitan atau di goda rumahnya dan lain sebagainya, kemudian dilepaskan kembali sesuai keinginannya dan itu terus menerus dilakukan pada setiap korbannya.
Dan kebetulan korbannya adalah junior aisyah dipesantren yang waktu itu pulang kekampungnya dan menjadi korban dalam uji coba tersebut, namanya siti maimunah, dia dapat merasakan kalau dia mendapat gangguan dari seseorang tetapi tidak bisa berbuat banyak dalam menangkal, maka dia pun menghubungi aisyah untuk menjenguknya, seketika setelah tahu bahwa temannya mendapat gangguan aisyah pun menetralisir terlebih dahulu si siti dengan membersihkan seluruh kekekuatan gaib jahat yang menyelimuti dirinya, kemudian mendatangi rumah sang pembuat sakit seraya bersilaturahmi berpura pura meminta tolong, bahwa dia (aisyah) mengalami sakit seperti yang dialami oleh siti maimunah dan dia katakan persis lalu orang itu bertanya lebih detail perihal sakit yang dialami oleh aisyah, dan dalam hati pak ponijan berguman,
"Anak ini katanya sakit seperti ilmu yang ku cobakan kepada si siti, berarti ada orang lagi yang seperti diriku didaerah sekitar sini yang mempunyai ilmu seperti diriku, hmm,,,, siapa ya.." guman pak ponijan.
Lalu pak ponijan meminta waktu sebentar kepada aisyah untuk masuk kedalam rumah meminta petunjuk kepada para JINnya untuk berkomunikasi, seketika itulah aisyah bergerak karena pak ponijan memanggil para JINnya, dengan cepat aisyah memberi pembatas atau serupa garis pelindung agar para jin yang ada didalam rumah keluar, yang diluar rumah pak ponijan tak bisa masuk kedalam, semacam asma an pembersih atau penyapu jin maupun setan agar tak bisa memasuki rumah atau ruangan tertentu, setelah itu aisyah juga mempersiapkan ilmu ajian serap jiwa yang dipelajari dari sang ayahandanya yaitu gus shidik untuk memusnahkan ilmu ilmu sesat pak ponijan tanpa dia sadar bahwa ilmu yang dimilikinya telah hilang, pak ponijan pun keluar rumah lagi kerena tak mendapat petunjuk dari para jin nya, yang memang sudah di netralkan semua oleh aisyah hingga dia keluar menemui aisyah dengan geleng geleng kepala tak percaya bahwasannya dia tidak sadar apa yang telah dilakukan aisyah pada rumahnya, dan aisyah pun memohon pamit seraya berjabat tangan memohon diri untuk pulang, dengan berjabat tangan inilah ajian serap jiwa menarik semua ilmu ilmu sesat pak ponijan menjadi musnah tanpa pak ponijan menyadarinya, itulah kehebatan aisyah dalam membasmi kesesatan seseorang tanpa mereka tahu sebelumnya.
***
Kota malang masih hadirkan kesejukan abadi memberi arti pada nuansa tersendiri pada pribadi pribadi yang memang butuh ketenangan dan kedamaian dalam mengisi sisi sisi hidup yang kadang kadang membikin penat dan resah rasa, nyiur udara pegunungan yang turun berhembus ke kota terus menerus seperti nafas kehidupan yang mungkin akan kekal nan abadi, hiasan hiasan alam dan pemandangan masihlah hijau pada setiap sudut kota menambah asri suasananya, kinanthi dan putrinya i gusti ayu cahyaning ati masih dikota malang dirumah nisa, sedangkan jelitheng pergi kepesantren tebu ireng untuk menemui si aisyah walau didalam hatinya sudah malas untuk bertemu atau berbicara karena itu akan membuka kenangan lama yang sudah hampir dia lupakan dengan mencari kehidupan lain yang bisa membuatnya tersenyum kembali, tetapi ini demi si kecil ayu cahyaning ati yang selalu menangis dalam pergolakan pada kedua sisi jiwanya, memang jelitheng bisa menenangkan apa yang terjadi pada si ayu tetapi tidak jika dia jauh dengan si ayu maka tangisnya pun tetap berlangsung, sedangkan kinanthi punya keluarga sendiri tidaklah mungkin harus menemani si ayu seterusnya karena itu jelitheng pergi ke aisyah untuk membicarakan perihal yang terjadi pada diri ayu cahyaning ati.
Sesampai dipintu gerbang pondok jelitheng disapa gus sholeh yang memang adalah paman aisyah adik dari gus shidik abahnya aisyah dan baru akan meninggalkan pondok yang sedang menikmati kopi sebelum pergi,
"Heii cah gendeng kowe arep nyapo mrene" (hei anak sableng kamu ngapai datang kesini) kata gus sholeh. Dan jelitheng langsung menoleh mengenali suara yang khas ditelinganya dan menjawab,
"Waallaikum salam paman bro,,, heheheee,,, " jelitheng menghampiri sambil berpelukan melepas rasa kangen setelah beberapa bulan tidak saling jahil dalam canda nya.
"Ayo mangan sik opo ngopi kene" (ayo makan dulu atau ngopi disini) tanpa basa basi jelitheng langsung memesan nasi pecel dua piring dan segelas es teh tawar kesukaannya.
"Tambah ganteng ae wes ra gondrong tambah klemis lemu pisan seger koyo banyu degan hahaahaaa" tawa mereka berdua pun meledak.
"Ono opo kowe mrene" (ada apa kamu kesini) ketemu aisyah,, kata jelitheng.
"Loo,, sik kikuk kikuk to,," (loo masih ada felling ya,,) kata gus sholeh.
Jelitheng pun menjawab dengan tawa,
“Aisyah di jemput abah e muleh nang malang aku yo kepengen ketemu ambek kikuk kikukmu suwe ra ketemu blas,, sak jane aku yo ra setuju lek dilamar cah ganteng kuwi,, aku seneng lek kowe ae sing dadi ambek aisyah ben keluargaku komplit dadi wong edan kabe,," (Aisyah dijemput abahnya pulang ke malang, aku juga pengen ketemu ama kikuk kikukmu, lama tidak ketemu, sebenarnya aku tidak setuju kalau aisyah dilamar anak ganteng itu,, aku lebih senang kamu yang jadi pendamping aisyah biar keluargaku jadi komplit orang sableng semua) kata gus sholeh, diiringi tawanya yang renyah renyah garing.
"Waduuh" kata jeliteng sambil mengunyah rempeyek nasi pecel dua piring yang tersisa hanya rempeyeknya saja,, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke malang.
Sebelum balik meneruskan perjalanan kembali ke malang jeltheng terlebih dahulu berpamitan masuk pondok pada para pengasuh pondok yang beberapa dia kenal baik dan kyai sepuh lalu bersama gus sholeh melanjutkan perjalanan ke kota malang, dalam perjalanan mereka selalu bercanda, dalam obrolan yang tertangkap,
"Kita ini bodoh sudah tau bisa telepati dan pikiran yang kuat kog ga digunakan dulu,, atau smsan dulu yang dicari itu ada apa gak, malah seneng dijalan di gerogoti angin" dan tawa mereka pun meledak terpingkal pingkal hingga penumpang bis yang lain ikut tertawa melihat mereka dua orang beda generasi saling bercanda tanpa ada sekat tata krama.
Sesampai di kota malang mereka langsung menuju ke rumah aisyah tetapi mampir dulu ke masjid untuk sholat magrib, habis itu makan di emperan toko, dari situlah gus sholeh melihat sosok jenglot betina berputar putar di sekitar pohon bringin tak jauh dari tempat mereka makan, kemudian gus sholeh mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kulit kerbaunya berupa botol kecil yang sangat wangi hingga jelitheng nyengir menyingkir karena memang dia tidak tahan dengan aroma wewangian mistik, dan juga mengambil sapu tangan menaruh paha ayam yang sudah tergigit sedikit ditaruh disapu tangannya untuk pembungkus, yang terlebih dulu di laburi minyak mistik tersebut, lalu berjalan menuju pohon beringin dan bungkusan sapu tangan yang berisi paha ayam tersebut diletakkan di bawah pohon beringin, tak seberapa lama ada hembusan angin begitu cepat di sekitar pohon beringin dan kemudian hilang, dan gus sholeh melangkah mengambil bungkusan sapu tangannya yang berisi paha ayam tersebut, ternyata sudah berisi jenglot betina dengan kuku tajam berambut putih memanjang melebihi panjang kakinya, mulut menyeringai dengan gigi gigi yang tajam tak beraturan dan paha ayam pun lenyap tak bersisa, sambil tersenyum nyengir sapu tangan itu beliau masukkan kedalam tasnya dan jelitheng hanya garuk garuk kepala dengan senyam senyum geli melihat penangkapan jenglot yang dilakukan oleh gus sholeh, jenglot itu memang harus diamankan oleh gus sholeh dan nantinya akan dilepas atau di dikembalikan kealamnya agar tidak mengganggu masyarakat di sekitar situ, biar tidak menjadi tahayul dan dipuja hingga menjadi tempat permintaan permintaan yang tidak sebagaimana mestinya jika diketahui bahwa di pohon beringin itu ada jenglotnya, jika seseorang yang tahu bahwa di pohon beringin itu berpenghuni jenglot maka orang akan berasumsi akan memuja untuk sebagian orang yang beriman tipis, maka akan memberikan sesaji sesaji yang berujung kemusrikan dalam kepercayaannya, bisa saja menjadi tempat tempat permintaan rejeki atau lainnya, itulah yang dikawatirkan oleh gus sholeh nanti dikemudian hari.
Mereka berdua pun bergerak kearah barat menuju rumah aisyah, jelang isya’ jelitheng dan gus sholeh telah sampai dirumah aisyah, entah kenapa tiba tiba langkah kaki jelitheng begitu berat dan dadanya bergemuruh tak karuan seperti gelombang pantai yang terlanda badai hingga sedikit tertinggal dari langkah gus sholeh yang kian cepat ketika memasuki pekarangan rumah aisyah, mereka berdua masuk kedalam rumah dan tampaklah aisyah dan gus shdik menyambut ramah saling berjabat tangan dan saling berucap salam sebagaimana layaknya tak saling jumpa untuk waktu yang memang beberapa lama, ini pertama kali jelitheng memasuki rumah asli kediaman gus shidik rumah yang sederhana dipenuhi dengan hiasan dinding kali grafi ayat ayat suci serupa lukisan indah, ada patung patung mungkin dari jaman dahulu yang masih begitu terawat, jelitheng sengaja mengambil tempat duduk dipojok sedikit menjauh agar getar hatinya tak terdengar oleh orang orang mumpuni yang berada di ruangan tersebut terutama gus shidik yang begitu peka terhadap apa pun yang hadir diruangan tersebut.
Seperti biasa kalau gak garuk garuk kepala ya ngupil itulah tanda dari jelitheng ketika suasana hatinya tidak tenang, aisyah duduk dihadapannya begitu cantik nan anggun dipadu hijab hitam, wajahnya yang putih berseri sangat kontras dengan hijabnya, hingga menambah cantik raut wajah, senyum terus terkembang entah melihat jelitheng yang mati kutu atau sedang bahagia kerena ketemu paman tercintanya, tak tahu pasti itu yang membikin jelitheng semakin klepek klepek ingin menggigitnya,
"Kog bisa kamu sampai bareng ama si jelitheng" kata gus shidik kepada adiknya yaitu gus sholeh.
"Iya ini tadi ketemu di tebu ireng sama sama nyari cah ayu ini" kata gus sholeh.
"Ono opo to leh,, ???" kata gus shidik kepada jelitheng, dan yang ditanya cengar cengir gak karuan kayak orang linglung bingung kehilangan arah jalan untuk beberapa saat dan pada akhirnya menemukan jalan ketenangan setelah mengambil nafas dalam dalam.
"Ini yai ada keperluan dikit yang tak bisa ku selesaikan jadi aku mohon bantuan aisyah" kata jelitheng.
"Tumben kowe meminta tolong ke aisyah biasanya kan aisyah yang meminta tolong, biasanya kowe kan bisa menyelesaikan masalah walau seberat apapun kowe pasti bisa selesaikan" kata gus shidik.
"Yang ini beda yai, ruwet bin kusut makanya aku minta tolong ke aisyah,," jelitheng menjawab.
"Yo wis nang ngomong,," (ya sudah bicarakan) kata gus shidik, memang ada perasaan canggung diantara mereka berdua, yang memang lama tak jumpa dan saling tak berkomunikasi sejak pertunangan aisyah ditebu ireng beberapa waktu yang lalu.
Jelitheng waktu itu juga menghilang bak ditelan bumi pergi menyendiri atau pun berdiam dalam persenbunyiannya, kadang kalau bosan pergi berpetualang tanpa ada tujuan sebelumnya yang tertuju, kini mereka dipertemukan kembali dalam suasana resmi bersama para tetua yang memang akrab ketika berpetualang bersama sama, dengan gus sholeh lebih kenal dahulu, lalu aisyah dan yang terakhir dengan abahnya waktu menjelajah gunung penangungan, welirang dan arjuno, walau beberapa hari tapi memberi arti tersendiri bagi jelitheng, dalam waktu yang singkat itu jelitheng mendapat warisan sedikit ilmu dari gus shidik yang amat luar biasa jika digunakan dalam keadaan terjepit, dan dapat pengalaman dikenalkan dengan teman temannya gus shidik dari golongan jin muslim yang sakti sakti serta mengenal baik dengan nenek penangungan yang sukar di cari kehebatannya dikolong muka bumi ini, semua berkat campur tangan gus shidik, ya mungkin hanya gus shidik yang bisa membaca pikiran jelitheng dan itu sudah terbukti ketika petulangan pada kisah makam wasiat iblis, para ahli ahli spiritual mana pun yang pernah mengenal jelitheng tak pernah sanggup menebak atau pun bisa membaca jalan pikiran jelitheng, nenek ni luh, nenek penangungan, dan para kyai sepuh atau pun aisyah sendiri tak mampu menebak jalan pikirannya, apalagi kinanthi, hanya gus shidik yang bisa, mungkin nanti nisa dan alif akan menyusul bisa membaca pikiran jelitheng, karena sudah ada arah menuju kesana.
Malam semakin melarut udara kota malang semakin meremangkan bulu bulu tubuh karena dinginnya, gus shidik dan adiknya asik berbicara jenglot yang ditangkapnya sedangkan aisyah dan jelitheng berbicara di teras depan sambil memandang bintang bintang yang sedang bimbang karena megah megah menutupi keceriaannya, jelitheng menceritakan masalah yang menyelimuti ayu cahyaning ati dan begitu jujurnya kepada aisyah sampai sampai dia bercerita siapa ayu itu sebenarnya, begitu jujurnya dia curhat hingga membuat aisyah ada rasa cemburu pada kinanthi mama dari pada ayu cahyaning ati, dan itu terlihat jelas pada raut wajahnya yang memang dikenal baik oleh jelitheng.
Jelitheng terus membakar api cemburu aisyah, yang dia inginkan adalah sekarang untuk mengetahui seberapa besar cinta yang masih tersimpan dihati kecil aisyah, jelitheng kini mulai berbohong hanya untuk membakar api cemburu aisyah dengan menambah nambahi cerita tentang kinanthi dan anaknya, serta menyembunyikan cerita suami kinanthi seakan akan jelithenglah suami kinanthi, maka semakin tumpahlah kecemburuan aisyah semakin membara amarah, hingga dia (aisyah) masuk kamarnya tanpa sepatah kata berlalu begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan paman dan abah atau jelitheng yang sejak tadi dihadapan nya.
Setelah aisyah berlalu dengan senyum kemenangan jelitheng tersenyum sendiri sambil bersiul tak berlagu memandang langit, membikin heran paman dan abahnya aisyah.
Mereka berdua memanglah heran kepada aisyah yang tadinya senyum terkembang kini masuk kamar dengan muka ditekuk persis kayak unta cantik tanpa salam tanpa sepatah kata berlalu begitu saja, gus sholeh bertanya tanya tentang apa yang diomongkan jelitheng hingga si aisyah begitu cemberut, tetapi gus shidik malah tersenyum dan berkata,
"Cah gendeng" (bocah sableng) sambil mengenggamkan tangan diarahkan kepada jelitheng, jelitheng pun tersenyum sambil garuk garuk kepala, lalu berkata lagi,
"Kowe turu kene opo minggat" (kamu tidur disini atau pergi,,) kata gus shidik.
Yang di tanya jelitheng hanya menunjukkan jari keluar rumah, tanda kalau dia ingin pergi,, tanpa mendekat si jelitheng pun berucap salam dan berlalu tanpa jabat tangan di takutkan nanti kalau mendekat dikerjain oleh abah dan pamannya aisyah karena memang kedua orang itu raja jahil, ketakutan jelitheng adalah tidur diluar yang dingin dalam keadaan tertotok karena mereka punya ilmu totok satu jari yang tidak bisa dilepaskan dan hanya mereka yang bisa membukanya sendiri, jelitheng memilih pergi kerumah nisa meski sedikit jauh dari pada dikerjai oleh paman dan abahnya aisyah,
"Hai setan alas kowe nang endi" tetapi jelitheng tetap pergi sambil tertawa tak menghiraukan panggilan gus sholeh.
"Besok pagi aku datang lagi" jelitheng menjawab yang sudah tertelan gelapnya malam melangkah pergi.
Keesok harinya jelitheng datang lagi bersama nisa dan ayu dengan membawa mobil kinanthi, mereka hanya bertiga sambil menggendong ayu dia masih cengar cengir mengingat kejadian tadi malam, melarikan diri ditengah gelapnya malam, kini dia datang membawa dua anak anak tak mungkin akan dikerjain oleh abah dan pamannya aisyah.
"Assalamuallaikum,," jelitheng memberi salam di ikuti kedua anaknya.
"Waallaikum salam" jawab jawab gus shidik dan gus sholeh yang kebetulan berada diteras rumah.
Nisa langsung nyelonong berjabat tangan dan mencium tangan beliau beliau berdua kemudian ayu mengikuti yang memang sudah minta turun dari gendongan jelitheng.
"Anakmu to iki" (anakmu ini) kata gus sholeh heran,, yang ditanya mala garuk garuk kepala.
"Pa,,, mana mama aisyah" nyeletuk nisa bertanya kepada jelitheng.
"Tanya ama kakek kakek ini kemana mama aisyah" jelitheng menjawab, kontan saja tawa gus shidik dan gus sholeh meledak hahahhahahaaa, membuat aisyah yang memasak di dapur keluar melihat,
"Aku wis dipanggil mbah" kata mereka berdua dan saling berpandangan.
"Cah gendeng iki ngekek i putuh loro hahahhahahaa" (bocah sableng ini memberi cucu dua) kata gus shidik.
"Ini pasti mama aisyah yang cantik" kata nisa waktu melihat aisyah keluar.
"Aiiich jangan panggil mama donk,, tante aja ya,," kata aisyah.
"Mama lebih keren,,, hihihii" nisa menjawab.
Merekapun larut dalam canda dengan hadirnya anak anak tersebut nisa dan ayu langsung akrab dengan keluarga aisyah, gus shidik, gus sholeh dan aisyah kagum melihat bakat luar biasa pada anak anak yang dibawa jelitheng dan memanggil jelitheng dengan sebutan papa.
Dalam kesempatan itu gus shidik mengendong ayu membawanya pada sebuah pohon mangga di depan pelataran kemudian beliau menunjukkan sesuatu diatas pohon mangga tersebut dan ayu pun menunjuk kearah yang ditunjukkan oleh gus shidik tiba tiba dua, tiga dan lima buah mangga yang sedikit masak lepas dari tangkainya dan menyentuh tanah dengan sangat pelan seperti diambil dan diletakkan ditanah, lalu nisa datang menyuruh kakek shidik dan ayu menyingkir dari pohon mangga kemudian nisa meletakkan tangannya pada batang pohon sambil tersenyum kepada kakeknya dan berguguranlah ranting ranting kering yang ada diatas pohon tanpa membuat daun atau buah mangga terjatuh dari pohonnya, kemudian tangannya menganyunkan ke buah mangga yang ditanah seraya berkata paa,,, tangkap,, maka satu persatu buah mangga yang diambil ayu melesat kearah jelitheng satu persatu tanpa tangan nisa menyentuhnya, itu menambah kekaguman mereka mereka yang melihat atraksi nisa dan ayu cahyaning ati, masih dengan menggendong ayu gus shidik menyuruh aisyah memegang lengan kiri ayu dan berkata,
"Kita harus mengeluarkan pengiwo (tubuh kiri) dari ayu agar kelak tak membebani kita sebagai yang tua tua" maka aisyah pun tanpa bertanya lagi dia pegang tangan kiri ayu serta meluruskannya, ayu hanya diam, gus shidik memegangi kepala ayu dengan lembut seraya mulutnya komat komit seperti merapal doa doa agar mengaruh buruk pada tubuh ayu atau yang disebut dengan pengiwo dapat dikeluarkan dari tubuhnya, aisyah mengurut tangan ayu perlahan demi perlahan hingga apa yang dia maksud keluar dari tubuh ayu kemudian dalam genggamannya terdapat sesuatu, dan dia pun melepaskan pegangan tangannya menuju pelatan dekat pohon mangga sambil berjongkot menepuk tanah, itulah tanda bahwa pengaruh buruk dalam tubuh ayu cahyaning ati telah dikeluarkan dan dimasukan kedalam tanah oleh aisyah.
[BERSAMBUNG]
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya